“Ly, dak minat ganti panggilan? Ibu’? Mama? Ummi...?”, wanita tersayang itu menanyakan sesuatu, padaku. “Lah, ngapo emang?” sambil mengernyitkan dahi, kutanggapi pernyataannya. “Kalu kau malu, manggil macam biaso”....
*
“Ai Mak..maaak.... ngapo pulo malu eh... itu spesial tu, hehe... nggak ah!”
*
EMAK, itu panggilanku pada sosok wanita tersayang itu. Wanita yang sedari mengandungku saja sudah banyak menderita. Lelahnya, dari cerita yang kudengar, “pendarahan sampai kepala waktu kau nak dilahirkan..”. Paling sulit, paling saro... dibanding dua saudaraku yang lain. Belum lagi dari kecil hingga besar, ada banyak kelakuanku yang membuatnya pusing, bahkan sampai menangis. Disamping -mungkin-, ada juga sih yang membuat beliau bahagia, bangga, dan tersenyum :P
EMAK, spesial. Hanya untuknya kusebut panggilan itu. Agh, memangnya ada yang salah dengan panggilan itu? Heranku menyeruak dengan pertanyaannya yang datang tiba-tiba itu. What’s wrong ada apa kok sampe beliau bertanya seperti itu....
*
Menurutku, tak masalah. Mo dipanggil ibu kek, mama kek, mami kek, ummi kek, mima kek, mom kek.. panggilan paling nyamanku untuk beliau adalah EMAK. Sulit rasanya jika aku mengubahnya. Seperti ada sesuatu yang kurang. Entah apa. Mungkin karena panggilan itu sedemikian lekat di benakku. Tiap pulang sekolah, yang kupanggil,”Maaaaak.. Maaaaak...”. Belum juga berganti seragam sekolah jika belum kutemui wajah tersayang itu. Harus kulihat dulu, agar semburat lega hadir menenangkanku.
Argh, haru. Selalu. Jika kini kukenang masa itu.
Dulu, sewaktu pertama kalinya aku merantau ke Bogor, kali pertama aku berpisah jauh dalam waktu yang lama dari keluarga kecilku, ketika aku masih belum terbiasa untuk meniadakan kebiasaan teriak-teriak ‘EMAK’, suasana baru asrama lah yang banyak menghiburku. Bahkan, untuk sekedar mengobati rindu, satu dua pakaian EMAK kubawa serta. Agar tercium aroma beliau... Telpon? Waktu itu masa sulit bagi kami untuk selalu bersua lewat telpon. Dua hari sekali EMAK dan ayah menelponku. Kuanggap ini sebagai pelajaran bagiku untuk segera menyambut masa dewasa. Ah, EMAK, tak sia-sia kau izinkan anakmu merantau....
*
Ternyata, ibuku mendengar ragam panggilan ibu yang disebut teman-temanku dan -mungkin- merasa 'anaknya akan malu jika tetap memanggilnya EMAK’. Takut terdengar kurang keren, kurang modern. Maka, bertanyalah beliau begitu padaku.
“Mak, kami tu dak masalah ah manggil EMAK. Ngapo pulo nak malu-malu... Biarla yak, hak kami. Tobo nak manggil mak-nyo mama, mami, ibu, bunda, teserah tobo tu. Kami la lemak manggil mak cak itu. Pening pulo palak kami kalu ganti-ganti kelak, hehee... Tenang bae, kami dak malu kok. Ngapoi malu..malu... Biaso ajoo.. tu spesial tu..hee...”, akhirnya jawaban itu yang keluar dari mulutku. “Yo udahlah, teserah kau ajo, mak kiro kalu kau ndak ganti, kalu biar lebih lemak... dulu kecik kan karno ikut2 ajo, mak sangko kalu kau la malu manggil emak.. jadi, buli laa kalu kau nak ganti kini, hehee...”.. emak, emak........
*
Abangku, kawan-kawan abangku, di lingkungan pergaulan masa kecil kami, semua memanggil ibunya dengan sebutan EMAK. Aku pun sebagai adik yang lucu (:P gak nyambung...), ikut-ikutan pula memanggil ibuku dengan sebutan EMAK. Lupa aku sejak kapan aku memanggil demikian. Dan tidak ada file tersendiri dalam ingatanku tentang asal muasal aku memanggil ibuku : EMAK. Apakah dulu ibuku pernah mengarahkanku untuk memanggilnya dengan sebutan khusus? Itu pun aku tak ingat. Ah, sudahlah... Tak penting lah untuk saat ini...
Sudah kuputuskan, untuk terus memanggilnya dengan sebutan EMAK. Hingga mungkin suatu saat ada sejarah yang menceritakan panggilan itu tidak baik. Tapi itupun sepertinya belum bisa menggoyahkanku memanggilnya 'EMAK'. Aku tidak akan mengganti panggilanku untuk beliau. Tetap: E-M-A-K. Toh, tiap anak punya panggilan sendiri-sendiri yang spesial untuk ibunya.
*
Mak, sungguh,
sebenarnya tak berarti panggilan-panggilan kami
jika makna panggilan itu sendiri tidak kami maknai dengan pantas
sebenarnya tak berarti apa-apa panggilan kami
jika apa yang terlaku dalam nyata
justru membuatmu luka
Mak, inginku
selalu menjadikan hari-hariku
sebagai hari ibu
spesial selalu untukmu
Kami tahu tapi kadang sombong mengaku
bahwa dengan ridhomulah
mengantarkan kami dapat mencapai ridho Allah
Mak, maafkan kami... ridhoi kami...
agar ringan langkah kami
untuk memperbaiki bakti kami
Maaaak, tindak tanduk kami..
sungguh banyak basa basi
bagai tak tulus di hati
tak tercermin tak terealisasi
padahal kasihmu tiada bertepi
Mak,
kami sayang emak
Walau terpisah jauhnya jarak
Walau perhatian [seperti] antara ada dan tidak
Walau tak sepinggan kita nikmati lemang setetak
Walau canda kita kini hanya di antara detak dan detak, riak dan riak...
kami [selalu] sayang emak
*
Ya Allah, tuntun kami untuk senantiasa mensyukuri nikmat ber-orang tua yang Engkau anugerahkan..
Lembutkan hati-hati kami untuk terus menelusupkan rasa bahagia di hati orang tua kami..
-every day is MOTHER day-
dan ayah...
kami pun sayang ayah ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar