"Pak..pak..numpang ya..", permintaan segerombolan anak kecil yang sebelumnya melambai-lambaikan tangan untuk memberi kode kepada supir angkot jurusan kampung rambutan itu kemudian dijawab dengan anggukan dan senyum oleh sang supir. Naiklah mereka dengan riang. Untungnya dalam cuaca hujan begini, jumlah penumpang di angkot ini hanya sedikit -tiga orang, termasuk saya-, sehingga gerombolan anak kecil yang ternyata berjumlah 4 orang itu masih bisa masuk tanpa mengganggu kami. Dua dari mereka memang masuk, tetapi dua lainnya naik di pintu masuk dan berpegangan pada bagian atas pintu angkot saja.
Hujan masih lebat. Tapi, sayang tidak lama kemudian (bahkan tidak sampai semenit!) hujan mereda. Lho? Sang supir kemudian berkata kepada anak-anak tadi -yang sudah basah kuyup walau membawa payung-,"Udah reda nih.. Pulang aja sana.. Aaa...telat nih datangnya.. Berhenti di sini aja ya biar gak kejauhan kalian jalan pulang." Dengan tetap saja gembira, empat anak yang semuanya lelaki itu mengangguk dan manut, lalu turun dari angkot. "Wah..telat ya kita.. Kapan-kapan lagi deh......" Sekilas saya dengar celotehan mereka. Hm.. Sedari tadi saya memang jadi memperhatikan mereka sambil tersenyum :)
Ya ya... Di terminal, perempatan, wilayah perkantoran, pasar tradisional, di lokasi yang ramai orang meneduh karena hujan, atau berbagai tempat yang ramai lainnya, kita sering menjumpai anak-anak maupun remaja yang menawarkan jasa payung. Sudah pernah memakai jasa mereka belum? Saya pernah, sekali. Seingat saya waktu itu di swalayan kemudian hujan lebat sedangkan sudah harus pulang. Karena jarak dari depan swalayan menuju angkutan umum cukup jauh, kebetulan ada anak lelaki yang menawarkan jasa payung, ditambah pula saya 'lagi baik' (hohoo....biasa aja kali..) maka saya mengiyakan. Selagi berjalan, saya tanya,"Berapa dek?". Dia menjawab sambil menggigil kedinginan,"Tiga ribu bu" (dek dan bu? what the....harusnya manggil kakak deeeek.. Wkwk..) Cukup wajarlah menurut saya.
Dibanding dengan pengorbanan mereka menahan dingin dengan kondisi baju dan badan yang basah total. Siapa yang tau kalau setelah berusaha menawarkan jasa payung tadi, mereka kemudian terkena gejala flu, atau bahkan demam? Siapa yang tau kemudian bagaimana kondisi mereka setelah itu?
Memang penjaja jasa payung itu mempunyai motivasi berbeda. Tapi, yang jelas, mereka senang dengan uamg bayarannya :) Mungkin saja mereka seperti itu karena alasan bermain sambil 'bekerja', memanfaatkan situasi, mendapatkan upah sambil menolong orang lain, atau alasan lainnya yang kita tidak tau -dan tidak perlu tau juga kali ya, yang penting tidak mengganggu dan kita juga tertolong, cmiiw-
Ketika masih kecil, imut, lucu, dan menggemaskan #cateet #halah #dezigh!, saya juga sangat suka bermain di luar rumah saat hujan: lari-larian, main bendungan, main tanah, main kincir air, atau sekedar mandi di bawah pancuran rumah. Sering sampai ujung jari-jari tangan saya berkerut karena kelamaan main air :b
Asik sekali!
Asik sekali!
Hujan menciptakan momen bagi mereka, terutama anak-anak penawar jasa payung yang sepengamatan saya, tidak ada yang tidak senang dengan hujan, he he. Bagi mereka, hujan membawa 'berkah' tersendiri. Sambil meluapkan emosi muda mereka yang haus akan bermain, mereka seperti malah dibayar untuk menikmati itu. Mereka harus benar-benar memanfaatkan waktu saat hujan turun. Tidak jarang, juga membuat strategi agar -dengan waktu yang unpredictable kapan akan berhenti- jasa mereka bisa diterima.
Disadari atau tidak, anak-anak dengan kisaran usia lima tahun sampai remaja itu juga berlatih dan diasah untuk berpolitik dalam menghadapi hidupnya di masa depan. Ya, berpolitik dalam artian mengatur strategi, menyusun rencana, dan menyiapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuannya di tengah ketidakpastian dan tidak adanya jaminan akan rentang waktu yang diberikan.
Adalah kita juga serupa mereka
Penjaja jasa payung saat hujan
Kita sama harusnya
Dalam memanfaatkan kesempatan, mengisinya agar berguna lagi menggembirakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar