nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Jumat, 12 Juni 2015

Kesan dalam Bis Malam

Saya ingin menceritakan kenangan kejadian saat baru saja naik Marita jurusan Cianjur-Kampung Rambutan tadi malam. Seorang bapak di barisan tengah langsung berdiri untuk menawarkan tempat duduk untuk saya yang masuk dari pintu  belakang. Karena ternyata masih ada kursi kosong di bagian  paling belakang, saya menolak tawaran bapak tersebut dan tersenyum seraya mengucapkan terimakasih.

Dalam hati,"Wah.. Di zaman yang penuh egoisme seperti saat ini, ternyata masih ada (banyak juga kali..) yang dengan refleks dan lapang dada memberikan hak duduknya kepada orang lain yang sama sekali tidak dikenalnya." Saya terkesan dan bersyukur. Alhamdulillaah.. Bentangan harapan akan masyarakat yang lebih baik masih ada. Walau mungkin baranya tidak banyak, tetapi pada lingkup ruang dan waktu tertentu, rasanya lumayan cukup.
Hati saya kembali bermonolog,"Padahal beliau sudah tua. Juga tampak lelah dalam sekilas pandang. Malah beliau memang pantas mendapat bagian duduk daripada kamu, Nel. Berdiri di bis kecil ini di sepanjang jalan tol Ciawi-Rambutan mah masih kuatlah. Tadi kan di ruang pertemuan, duduk terus. Itung-itung ganti posisi he he.." Saya jadi memperhatikan bapak itu. Kebetulan sepertinya supir lupa memadamkan lampu dalam bis, jadi saya masih bisa mengamati. Ya sengaja gak sengaja juga sih, kan sesekali sambil ngetik ini catatan :b Masya Allah, mulut beliau komat kamit, dugaan saya sih beliau berdzikir.

Sampai  Citeureup, beliau turun. Habis cerita? He. Iya. Tapi hikmahnya masih terasa. Kembali, dalam kesempatan perjalanan kerja, saya mendapat banyak nasihat tak langsung dari orang-orang di sekitar saya, baik yang saya kenal maupun tidak.

Saya tidak bisa membalas kebaikan bapak itu saat ini. Kalo ditanya," "kira-kira masih ingat gak mukanya?" Pasti saya jawab,"Nggak :b" Saya yakin, Allah yang akan memberikan balasan kebaikan kepada beliau. Mungkin lewat orang lain, mungkin bukan tertuju pada beliau langsung -bisa jadi malah 'bertuah' pada keluarganya; anak atau istrinya- Wallahu a'lam.

Demikian juga halnya dengan kemudahan atau kebahagiaan yang kita rasakan saat ini. Bisa jadi ini bukan karena kita 'beruntung'. Siapa tahu ini berkah dari kebaikan orang tua kita. Atau karena amal-amal kecil yang kita anggap remeh  seperti memberi receh pada peminta-minta, berbagi makanan dengan teman yang lapar, dan sebagainya. He he. Yang jangan sampai dilupa pastinya, itu adalah karunia dari Allah. Jangan lupa bersyukur, mengucap Alhamdulillaah.

Keburukan, katanya menular. Sama juga dengan kebaikan. Ia menular. Itu salah satu sebab mengapa kita disarankan menjaga hubungan baik dengan teman yang sholih. Harapannya, kita tertular baik dan sholih. Baru melihat atau mendengar kabar kebaikan saja kita sudah turut senang. Apalagi jika benar-benar merasakan.
Saya jadi teringat film yang berjudul PAY IT FORWARD. Intinya, mengangkat kisah seorang anak yang mempunyai ide untuk menduplikasi kebaikan dengan cara mengajak masyarakat melakukan suatu gerakan : jika mendapat kebaikan dari seseorang, maka balaskan kebaikan tersebut dengan berbuat baik juga kepada orang lain. Ternyata ide itu berdampak besar. Misalnya, bullying yang marak terjadi di sekolah berkurang, kesenjangan hubungan sosial di lingkungannya beranjak menipis, dan sebagainya.


Saya pun bertekad, akan meneruskan kebaikan bapak tadi kepada orang lain yang saya temui. Semoga, itu tidak hanya bertahan instan :)


::kalo bisa tanpa judul, ini gak saya kasih judul deh.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar