Saya ingin menceritakan kenangan
kejadian saat baru saja naik Marita jurusan Cianjur-Kampung Rambutan tadi malam.
Seorang bapak di barisan tengah langsung berdiri untuk menawarkan tempat duduk
untuk saya yang masuk dari pintu belakang. Karena ternyata masih ada
kursi kosong di bagian paling belakang, saya menolak tawaran bapak
tersebut dan tersenyum seraya mengucapkan terimakasih.
Dalam
hati,"Wah.. Di zaman yang penuh egoisme seperti saat ini, ternyata masih
ada (banyak juga kali..) yang dengan
refleks dan lapang dada memberikan hak duduknya kepada orang lain yang sama
sekali tidak dikenalnya." Saya terkesan dan bersyukur. Alhamdulillaah.. Bentangan harapan akan
masyarakat yang lebih baik masih ada. Walau mungkin baranya tidak banyak,
tetapi pada lingkup ruang dan waktu tertentu, rasanya lumayan cukup.
Hati saya
kembali bermonolog,"Padahal beliau sudah tua. Juga tampak lelah dalam
sekilas pandang. Malah beliau memang pantas mendapat bagian duduk daripada
kamu, Nel. Berdiri di bis kecil ini di sepanjang jalan tol Ciawi-Rambutan mah
masih kuatlah. Tadi kan di ruang pertemuan, duduk terus. Itung-itung ganti
posisi he he.." Saya jadi memperhatikan bapak itu. Kebetulan sepertinya
supir lupa memadamkan lampu dalam bis, jadi saya masih bisa mengamati. Ya
sengaja gak sengaja juga sih, kan sesekali sambil ngetik ini catatan :b Masya
Allah, mulut beliau komat kamit, dugaan saya sih beliau berdzikir.
Sampai
Citeureup, beliau turun. Habis cerita? He. Iya. Tapi hikmahnya masih terasa.
Kembali, dalam kesempatan perjalanan kerja, saya mendapat banyak nasihat tak
langsung dari orang-orang di sekitar saya, baik yang saya kenal maupun tidak.
Saya tidak
bisa membalas kebaikan bapak itu saat ini. Kalo ditanya," "kira-kira
masih ingat gak mukanya?" Pasti saya jawab,"Nggak :b" Saya
yakin, Allah yang akan memberikan balasan kebaikan kepada beliau. Mungkin lewat
orang lain, mungkin bukan tertuju pada beliau langsung -bisa jadi malah
'bertuah' pada keluarganya; anak atau istrinya- Wallahu a'lam.
Demikian
juga halnya dengan kemudahan atau kebahagiaan yang kita rasakan saat ini. Bisa
jadi ini bukan karena kita 'beruntung'. Siapa tahu ini berkah dari kebaikan
orang tua kita. Atau karena amal-amal kecil yang kita anggap remeh
seperti memberi receh pada peminta-minta, berbagi makanan dengan teman yang
lapar, dan sebagainya. He he. Yang jangan sampai dilupa pastinya, itu adalah
karunia dari Allah. Jangan lupa bersyukur, mengucap Alhamdulillaah.
Keburukan,
katanya menular. Sama juga dengan kebaikan. Ia menular. Itu salah satu sebab
mengapa kita disarankan menjaga hubungan baik dengan teman yang sholih.
Harapannya, kita tertular baik dan sholih. Baru melihat atau mendengar kabar
kebaikan saja kita sudah turut senang. Apalagi jika benar-benar merasakan.
Saya jadi teringat
film yang berjudul PAY IT FORWARD. Intinya, mengangkat kisah seorang anak yang
mempunyai ide untuk menduplikasi kebaikan dengan cara mengajak masyarakat
melakukan suatu gerakan : jika mendapat kebaikan dari seseorang, maka balaskan
kebaikan tersebut dengan berbuat baik juga kepada orang lain. Ternyata ide itu
berdampak besar. Misalnya, bullying yang marak terjadi di sekolah berkurang, kesenjangan
hubungan sosial di lingkungannya beranjak menipis, dan sebagainya.
Saya pun bertekad, akan meneruskan
kebaikan bapak tadi kepada orang lain yang saya temui. Semoga, itu tidak hanya
bertahan instan :)
::kalo bisa tanpa judul, ini gak saya kasih judul deh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar