nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Rabu, 19 Agustus 2015

Jilbab Muslimah dalam Ceracau

Iseng-iseng gugling dengan keyword nellysapta, ada satu link yang mengarahkan saya pada satu komentar di blog suaracahaya....com, bahwa saya mau izin copas puisi tentang jilbab muslimah. Postingan lama, 2010 :)

Ini puisinya:
When You Look at Me

What do you see when you look at me?
Do you see someone limited, or someone free?

All some people can do is just look and stare
Simply because they can’t see my hair
Others think I am controlled and uneducated
They think that I am limited and un-liberated
They are so thankful that they are not me
Because they would like to remain “free”

Well, free isn’t exactly the word I would’ve used
Describing women who are cheated on and abused

They think that I do not have opinions or voice
They think that being hooded isn’t my choice
They think that the hood makes me look caged
That my husband or dad are totally outraged

All they can do is look at me in fear
And in my eye there is a tear
Not because I have been stared at or made fun of
But because people are ignoring the one up above
On the day of judgement they will be the fools
Because they are too ashamed to play by their own rules

Maybe the guy won’t think I am a cutie
But at least I am filled with more inner beauty

See, I have declined from being a guy’s toy
Because I won’t let myself be controlled by a boy
Real men are able to appreciate my mind
And aren’t busy looking at my behind

Hooded girls are the ones really helping the Muslim cause
The role that we play definitely deserves applause

I will be recognized because I am smart and bright
And because some people are inspired by my sight
The smart ones are attracted by my tranquility
In the back of their mind they wish they were me

We have the strength to do what we think is right
Even if it means putting up a life long fight

You see, we are not controlled by a mini skirt and tight shirt
We are given only respect, and never treated like dirt
So you see, we are the ones that are free and liberated
We are not the ones that are sexually terrorized and violated
We are the ones that are free and pure
We’re free of STD’s that have no cure

So when people ask you how you feel about the hood
Just sum it up by saying “baby it’s all good ;)”
—————————————————————-
A poem about jilbab, or Muslim women’s veil
Written by Suzy Fouad [suzyness@yahoo.com]
and taken from I-MAG, Issue no. 9, Winter ’06 – Spring ’07 [www.i-mag.org]

###

Hampir 12 tahun saya ikutan berjilbab, yaitu sejak 4 September 2003. Alhamdulillaah masih berada dalam barisan muslimah pemakai kerudung. Berproses memang.

Berjilbab adalah bahasa umum bagi kita. Lebih khusus, ada orang-orang yang suka detil mempermasalahkan perihal bahasa ini. Jilbab, katanya haruslah berupa pakaian longgar yang tidak berpotongan. Ukuran harus gelebor, warna sebaiknya tidak menarik mata. Jika masih mengenakan celana di luar (jangan dibayangkan seperti superm*n hihii), maksudnya berpakaian ala lelaki. Ah lieur. Padahal hal ini simpel  walau tidak terlalu menggampangkan juga. Tentu ada aturannya.

Secara umum disampaikan dalam Al Qur'an, muslimah diperintahkan untuk menutup aurat, tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Ya Allah, sungguh saya tidak menyukai perdebatan dalam hal ini. Kita asah diri untuk khidmat merenungi perintah Allah yang ini. Jika tak paham, sebaiknya mencari tau dengan membaca atau bertanya pada yang paham, mengilmui. 

Awalnya, saya ingin menutup saja. Baju lengan pendek banyak tuh, tinggal memakai manset dan kerudung. Pikir saya semudah itu. Namun, tidak nyaman juga. 'longgar' 'tidak menyerupai lelaki' artinya saya harus melepas kebiasaan memakai celana jeans dan kaos oblong santai. 'pakaian taqwa' menutup diri ketika jumpa nob mahram. Singkat cerita saya menguatkan diri memakai pakaian ber-rok atau gamis.

Kenapa menguatkan diri? Ya, karena ada banyak ujian. Menuju taat tentu ada ujian, baik itu mudah atau sulit. Kemudahan saya rasakan dengan berteman dengan sesama muslimah yang juga berusaha taat mengenakan jilbab. Pihak keluarga juga mendukung. Alhamdulillaah.. Ujian berat, apa ujian beratnya? Sesungguhnya tidak ada. Semua sebenarnya masih termasuk ringan. Tidak ada penindasan yang sampai membahayakan nyawa saya. Tidak ada halangan yang membuat saya maju mindur bertahan berjilbab. Tidak seperti muslimah lain, di belahan bumi Allah yang lain yang bahkan bisa jadi mendapat perlakuan buruk karena berjilbab (jilbab ditarik paksa, dibully), tidak bisa beribadah layak, tidak bisa mengenakan jilbab karena aturan negara mungkin, atau terancam nyawa karena dengan berjilbab identitas muslimnya diketahui musuh Islam yang sedang ingin memberangus muslim. Lebay? Tidak. Itu nyata ada. Dan saya tidak sampai mengalami itu. Kalo sekedar dicuekin, itu belum apa-apa. Masih ringan.

Muslimah berjilbab perlu menguatkan diri, menguatkan keyakinan. Bahwa ini benar perintah wajib. Tidak ada nanti, setelah baik. Cukup ketika kita yakin ini wajib, laksanakanlah..sembari memperbaiki diri. Dengan berjilbab kita tidak otomatis jadi sempurna. Belum tentu menjadi sholih, tetapi sedang menuju ke kesholihan itu sendiri, sedang berusaha patuh pada Allah. Yakinlah, kebaikan yang ini akan menuntun kita pada kebaikan yang lain. 

Sebagai muslimah berjilbab saat ini, kita dibentangkan banyak pilihan yang mengklaim termasuk model syar'i. Ya, syar'i berkaitan dengan cara. Selain niat ikhlas kepada Allah, cara berjilbab juga penting agar sempurna usaha kita mematuhi perintah ini. Syarat perlu bahwa pakaian muslimah berjilbab adalah longgar, itu jelas. Hadits Rasulullaah saw juga menerangkan bahwa janganlah muslimah berpakaian tapi telanjang. Bahasan akan panjang untuk dikupas satu-satu. Mungkin lain kali, ya
..

Kalimat saya muter-muter di artikel ini. He he. Hanya tidak ingin langsung tembak saja, karena selain mutlak, Islam itu mudah. Aturan umum sudah ada dalam Al Qur'an dan hadits. Sayapun tidak dalam kapasitas yang berhak menjelaskan secara rinci. Saya hanya menyampaikan pilihan saya. Saya pribadi memilih bertahan dengan pakaian muslimah longgar, dengan kombinasi baju-rok-kerudung atau gamis-kerudung. Saya yakin dengan pilihan saya. Beristighfar agar dijauhkan dari kesombongan ketika melihat muslimah lain masih mengenakan pakaian ketat walau berkerudung. Saya berdo'a semoga itu bagian dari proses. 

Syar'i, kata yang menasihati muslimah untuk berkaca. Sudah banyak penjelasan ulama tentang bagaimana pakaian muslimah yang syar'i. Bukan sekedar longgar, bukan sekedar berkerudung menutup dada, bukan sekedar sederhana. Jangan lupakan yang di dada : adakah benih sombong? 

I'm different and i'm proud. 
Saya masih belajar.
Saya masih berusaha patuh.
Saya berharap muslimah mempunyai hak yang sama dimanapun  berada untuk merdeka mengenakan pakaian taqwa pilihannya. 
Saya berdo'a agar Allah menuntun kita untuk memahami perintahnya dengan baik dan menghilangkan benih kesombongan dalam diri kita.
Saya berdo'a semoga bisa terus berjilbab dan memperbaiki akhlak kepada Allah dan akhlak kepada sesama manusia
Bicara muslimah tidak melulu masalah jilbab.
Banyak muslimah berjilbab yang mampu menorehkan prestasi.
Saya masih berusaha memahami akan alasan muslimah yang belum mau mengenakan jilbab. 
Saya berdo'a agar Allah membuka hati orang-orang yang memusuhi muslinah berjilbab, orang-orang yang masih berlaku rasis pada muslimah berjilbab.
Saya memohon kepada agar Allah memampukan saya untuk benar-benar ikhlas. 

Muslimah berjilbab, ceracau saya ini hanya sebuah bentuk risau. Sayangnya, pilihan-pilihan kata di sini hanya dapat dimengerti oleh saya sendiri, kemana arahnya. Sungguh ter-la-lu. Dodol juga *tutup muka pake bantal*
:-P

Saling menyemangati dan mendo'akan yaaaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar