nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Senin, 17 Agustus 2015

Waktu Kukecil, Merdeka Itu..

Waktu kukecil, merdeka itu...
Seingatku yaa
Sama seperti saat ini: ramai dengan lomba balap karung, 
makan kerupuk, lari kelereng, sepak bola pake sarung,
panjat pinang, memasukkan bendera ke botol,
parade kendaraan hias...
Juga pawai.
Sungguh seru. Semua ikut: masyarakat umum, murid sekolah, pegawai negeri maupun swasta, dan kalangan lain dari lini petani atau pedagang.
Walaupun,
Waktuku beranjak remaja, usia es em pe kirakira
Tidak ada lagi pawai. Entah kenapa ditiadakan.

Itu aku,
Waktu kecilku,
Di kampung nun jauh dari jawa yang padat sedari dulu
Itu saatku di bengkulu bagian utara, argamakmur
Kabupaten dengan suasana kota mati
Selepas maghrip semua sepi. Senyap dan gelap.

Oia, ada satu kegiatan
Yang begitu berkesan: saat kami para kanak, dilatih bersyair. 
Untuk kemudian tampil membawakan puisi-pusi tentang pahlawan, tentang pengorbanan, tentang kemerdekaan. 
Kepala diikat kain panjang merah putih
Plus baju merah putih
Jelas mengungkap masa itu masih di es de
Juga,
Saat sekolah kami kedatangan guru seni
Dan aku turut ke tim recorder, sesekali pianika... 
Saat pawai kami jadi perhatian,
Karena belum ada semacam itu. Tuh kan, benarbenar kampung :)

Waktuku kecil,
Merdeka itu...
Ya sekedar itu. Banyak lomba-lomba. 
Upacara? Sudah biasa. Seingatku tidak ada yang spesial. 
Itu bagiku. Mungkin yang lain beda. 

Lomba-lomba. Kebetulan bukan saat 17-an nih.
Waktu kukecil itu, pernah berontak.
Tidak mau mengaji lagi. 
Karena eh karena,
Jelas-jelas ku lebih unggul, tapi dinyatakan kalah. Yang menang sudah kuhapal luar kepala orangnya. Lomba shalat, salah semua. 
Satu yang kutangkap: juri ngaco semua.
Mending lari. 
Ini semua tidak berarti. 
Belajar mengaji dengan ayah saja.
Lagi kusimpulkan, lomba itu cuma cari hadiah. Juga kebanggaan diakui menang.
Huh.. Untuk apa?


Waktuku kecil,
merdeka itu.. Ya begitu-begitu saja. 
Tapi, generasi 90-an pasti mengalami:
harus hapal nama menteri.
sebaiknya hapal rpul-rpal.
Diminta hapal 34 butir pancasila. 
Walau setelah dewasa, ingatan-ingatan akan itu tidak terlalu berguna. 
Mungkin karena memang hanya 'yang penting hapal' tidak meresapi makna.


Ya, katakanlah sekarang..
20 tahunan selepas masa kukecil
Momen lomba-lomba masih saja diadakan,
bahkan makin beragam.
lebih 'merakyat' dan 'seru-lucu'
Mungkin karena memang itu menurun dan membiasa untuk menyenangkan generasi-generasi cilik.
Agar usia dini mereka, turut merasai yang dialami pendahulunya.

Kadang terpikir,
apakah pahlawan kita yang bergelimang darah dan pedih saat berjuang untuk mencapai merdeka Indonesia,
mengharapkan kemerdekaan diisi dengan hurahira dan lomba-lomba menurun seperti ini?
Padahal semakin kesini,
setiap hari sudah penuh suasana cari senang-girang
Mengapa tidak di saat peringatan merdeka, sehari saja, benar-benar selektif memilih 'lomba'?
Mengapa tidak justru, momen ini merupa cemeti yang mencabik dinding hati yang kadung ba-al akan masalah real masyarakat (kemiskinan, kecurangan, kesombongan, ketidakpedulian, keborosan, dan sebagainya)


Waktuku kecil,
merdeka itu..
Saat lapangan alun-alun penuh sesak peserta upacara
Kemudian kami boleh jajan sepuasnya
Saat bersemangat ikut lomba agar menang dan dapat hadiah 
Mengejar juara satu, tanpa membantu teman yang tertinggal di belakang
-namanya juga lomba-
Tanpa sesudahnya peduli perasaan yang kalah
Hingga itu membiasa
Mengakar sedari kecil, dan membentuk potret pendidikan bangsa ini kemudian.


Waktuku kecil,
merdeka itu seperti itu
Ternyata sekarang, pengertiannya masih sama.
Tidak peduli seberapa besar permasalahan bangsa saat ini
Tidak peduli berapa banyak yang sekedar hidup saja, sangat sulit
Tidak peduli, tingkat persaingan mata uang rupiah dan dunia
Tidak peduli, banyak bangsa yang terluka oleh rupa-rupa penjajah yang semena-mena
Tidak peduli akan janji untuk ikut menjaga ketertiban dan perdamaian dunia
Tidak peduli besok semakin banyak korban narkoba


Waktu kukecil
Waktu kubesar
Merdeka tetap dinilai sama
Sedangkan makna sebenarnya, tak tahu tenggelam kapan dan dimana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar