nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Minggu, 15 Juni 2014

Budidaya Stroberi di Korea Selatan (1)


Stroberi yang merupakan tanaman asli Chili (Amerika Selatan) sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia. Selain dikonsumsi segar, stroberi juga banyak dijadikan makanan olahan seperti sirup, selai, manisan atau bahan tambahan makanan lain. Varietas stroberi introduksi yang berkembang di Indonesia adalah Osogrande di Purbalingga, Selva di Karanganyar, Earlibrite (Holibert) di Garut, Ciwidey Bandung, Rosa Linda, Sweet Charlie, Aerut, dan Camarosa di Bedugul Bali, Dorit, Lokal Berastagi dan California di Berastagi, Chandler di Bondowoso PTPN XII, serta Lokal Batu di Batu (sumber: Balitjestro).

Karena memerlukan temperatur rendah, stroberi di Indonesia sebaiknya dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Selain itu, stroberi dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun, lama penyinaran cahaya matahari antara 8–10 jam setiap hari, kelembapan udara 80-90%, dengan pH 5,4 – 7,0, dan ditanam pada tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik. 

Daerah sentra stroberi di Indonesia antara lain berada di Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Cipanas dan Lembang), Jawa Timur (Batu) dan Bali (Bedugul). Namun, seiring dengan semakin meningkatnya permintaan pasar, usaha stroberi secara komersial telah diusahakan di beberapa daerah lain, seperti Banyuwangi, Magelang, dan Purbalingga (Balitjestro, 2013). 

Saat bertugas di Korea Selatan pada November 2012 lalu, salah satu pertanaman yang sempat saya kunjungi adalah stroberi. Dalam hal manajemen budidaya hingga pasca panen, ada beberapa hal menarik yang bisa disharing untuk petani stroberi di Indonesia.
Di Korea Selatan bagian utara, tepatnya di kawasan Goyang, stroberi ditanam dalam screen house/plastic house. Luas pertanaman mencapai 16.528,9 m2 (±104.000 batang stroberi). Pertanaman ini dikelola oleh 6 (enam) petani yang tergabung dalam suatu asosiasi mandiri yang mendapat dukungan dari pemerintah setempat, yaitu Goyang Strawberry Agricultural Association. Total petani yang tergabung dalam asosiasi ini adalah 20 orang.
 
Benih yang digunakan dalam pertanaman stroberi tersebut berasal dari sumber benih yang sudah diregistrasi pemerintah. Air yang digunakan juga benar-benar merupakan air bersih. Petani menanam stroberi pada media cocopeat yang dikombinasikan dengan pupuk padat maupun cair. 
 

Mengingat Goyang merupakan daerah subtropis, maka pertanaman stroberi dilengkapi dengan peralatan penunjang yang cukup canggih. Petani Korea dilengkapi beberapa alat pada lokasi tertentu di dalam screen house/plastic house seperti pengatur suhu (kipas),  power supply untuk menyiram tanaman, dan suatu alat pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Dengan demikian, setelah proses penanaman berlangsung, selama pemeliharaan tanaman, petani cukup melakukan kontrol utama dari alat yang ada. Misalnya, pengaturan suhu lewat termometer ruangan, kipas, ataupun sistem buka-tutup ventilasi ruangan; atau penyiraman otomatis yang sudah diatur melalui selang-selang air pada tempat penanaman. Tetapi, proses sanitasi pertanaman tetap dilakukan secara manual.

Petani stroberi di Goyang menggunakan pupuk alam (berbentuk padat) yang langsung dicampur dengan media cocopeat dan pupuk cair dengan takaran dan jenis sesuai dengan rekomendasi pemerintah setempat. Pemberian pupuk cair melalui selang yang sudah tersedia di masing-masing rak penanaman.

Untuk pengelolaan OPT, petani hanya menggunakan suatu alat untuk pengasapan dengan Belerang. Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya hama, terutama tungau dan penyakit stroberi. Pengasapan dilakukan setiap hari selama 1 (satu) jam pada waktu malam hari dan screen house/plastic house dikondisikan tertutup. Selama bertanam stroberi dan melakukan pengasapan tersebut, petani mengaku belum pernah mengalami kendala berarti selama produksi. Stroberi yang dihasilkan cukup mulus dan tidak banyak mengalami masalah OPT. Dengan kata lain, pencegahan OPT stroberi dilakukan sejak awal tanam, dimana metode penanaman dan sanitasi lahan benar-benar dikelola dengan baik. Hal ini secara atidak langsung menekan potensi OPT.

Kualitas stroberi ditentukan oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit dan luka mekanis akibat benturan atau hama-penyakit. Untuk proses pemanenan, petani memetik, melakukan sortasi dan grading serta langsung memasukkan dalam media packing (berupa plastic box dan kardus kertas). Stroberi yang sudah dipacking tidak disimpan di Cold Storage, tetapi langsung dikirim ke lokasi konsumen atau diekspor melalui bandara Incheon (waktu tempuh ke bandara adalah 40 menit). Hal ini menjadi satu poin yang membantu petani karena buah tidak tersimpan dalam waktu lama (baik itu karena faktor jarak tempuh maupun halangan lain) dan lebih efektif dalam manajemen kerja. Pengiriman stroberi dilakukan menggunakan alat angkut berpendingin.

 
Di Indonesia, budidaya stroberi lebih banyak diintegrasikan dengan bidang pariwisata atau lebih dikenal dengan wisata agro stroberi. Pada lahan wisata agro, biasanya stroberi dengan sistem 1 tanaman dalam 1 polybag. Secara umum, budidaya stroberi dilakukan oleh petani pada bedengan-bedengan yang dilindungi mulsa plastik dengan tujuan untuk mengontrol suhu tanah, mengurangi serangan OPT ataupun buah busuk.

Berbeda dengan di Korea Selatan, belum banyak petani yang membudidayakan stroberi dalam screen house/plastic house karena biaya yang dibutuhkan cukup besar. Memang, terdapat beberapa kelebihan dari penggunaan screen house/plastic house untuk budidaya stroberi, diantaranya dapat meningkatkan produksi dan kualitas karena sedikitnya serangan hama dan penyakit. Disamping itu, tidak banyak mendapat gangguan dari faktor alam (misalnya hujan) dan efisiensi penggunaan pupuk. Tetapi, di Indonesia, pengembangan budidaya stroberi di lahan terbuka masih cukup aman dengan syarat memperhatikan kondisi kesesuaian agroklimat, sanitasi lahan, dan pengelolaan pertanaman yang terpadu.

Stroberi produksi Indonesia cukup mampu bersaing di pasar lokal maupun luar negeri. Lagipula, petani dapat menyesuaikan pilihan varietas yang ditanam dengan selera pasar yang dituju. Untuk pasar luar negeri, misalnya Amerika, umumnya lebih menyukai stroberi berukuran besar, sedangkan untuk pasar lokal dapat dibagi berdasarkan kepentingan pengolahan: pembuatan selai, sirop, penghias kue atau makanan segar. 

Belajar dari petani stroberi di Korea Selatan, kita diingatkan untuk memperbaiki koordinasi antara petani dengan pemerintah. Pemerintah membuat arahan standar operasional budidaya dan petani mengikuti arahan tersebut dengan baik, walaupun tentu saja dalam praktiknya terdapat evaluasi.


ditayangkan juga di sini.

MENYIMAK KASUS BUSUK BATANG BUAH NAGA DI KEPULAUAN RIAU 2012

Buah naga merupakan buah eksotik dari Amerika yang mulai banyak dikembangkan di negara-negara Asia seperti Vietnam, Malaysia, ThailandTaiwan, Philiphina, termasuk Indonesia. Perpaduan rasa buahnya yang manis-asam dengan tekstur yang lembut dan watery (banyak mengandung air) membuat buah ini semakin digemari, terutama untuk dibuat jus buah, sebagai campuran dalam es buah, ataupun sekedar pelepas dahaga. Pasar buah naga masih dikuasai oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kedua negara itupun hanya mampu memenuhi ± 50% permintaan pasar dunia.

Budidaya buah naga terbilang mudah dan tidak memerlukan keahlian tertentu, tetapi tetap membutuhkan ketelatenan dan keseriusan. Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara. Di Indonesia, sentra produksi buah naga diantaranya Riau (Siak, Kota Pekanbaru), Banten (Serang), Jawa Tengah (Karanganyar, Tegal), DI Yogyakarta (Bantul, Sleman) dan Jawa Timur (Lumajang, Malang, Banyuwangi, Ponorogo). Seiring berkembangnya pemasaran dan informasi mengenai pasar buah naga, banyak juga daerah yang turut mengembangkan budidaya buah naga, diantaranya di Kepulauan Riau.
 
Gambar 1. Kebun buah naga yang sehat, sesuai SOP GAP




Dalam berusaha tani buah naga, serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu kendala. Umumnya, OPT buah naga yaitu: kutu daun, kutu sisik, kutu dompolan, kumbang Protaetia impavida, semut merah, atau bekicot. Sedangkan yang banyak menjadi masalah bagi pertanaman buah naga yaitu penyakit busuk batang, bercak coklat, atau antraknosa. Selain itu, yang tidak kalah penting dan cukup mempengaruhi pertumbuhan buah naga adalah keberadaan gulma. Untuk itu, penting dilakukan sanitasi lahan secara rutin untuk membersihkan lahan dari gulma sekaligus memantau perkembangan OPT yang ada. 

Dilema Busuk Batang Buah Naga di Kepulauan Riau
Bibit buah naga yang dibudidayakan di Kepualaun Riau berasal dari Malaysia, yaitu jenis buah naga berdaging buah merah (Hylocereus polyrhizus)  var. Sabila Merah. Kemudian, petani memperbanyak sendiri.

Di Provinsi Kepulauan Riau, serangan OPT buah naga mulai merebak (outbreak) pada awal tahun 2012. Menurut laporan dari petani setempat, banyak tanaman yang mengalami penurunan produksi, terutama akibat terserang penyakit busuk batang dan antraknosa. Luas serangan penyakit di pertanaman buah naga, yaitu sekitar 28,5 ha di Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan dan 30 ha di Kecamatan Galang, Kota Batam. Berdasarkan hasil identifikasi Dr. Suryo Wiyono dari Klinik Tanaman IPB, patogen penyebab penyakit busuk batang buah naga di lokasi tersebut adalah Macrophoma spp.

Gejala Serangan
Tanaman yang terserang penyakit busuk batang menunjukkan gejala berupa bercak bertitik hitam pada ‘pelepah’ tanaman. Bagian yang berwarna hitam merupakan cendawan patogen kemudian lama kelamaan akan membusuk (biasanya basah) pada buah dan batang. Patogen ini (Macrophoma spp.) termasuk cendawan tular tanah (soil borne).
 
Gambar 2. Buah naga terlihat membusuk dengan titik kehitaman pada batangnya


Rekomendasi Pengendalian
Penetapan status OPT adalah hal yang sensitif dan penting sebelum melakukan pengendalian. Beberapa patogen sering menunjukkan gejala serangan yang sama. Oleh sebab itu, untuk meyakinkannya kita perlu melakukan identifikasi tanda penyakit (misalnya berupa hifa cendawan, sclerotium, eksudat bakteri) secara teliti. 

Rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan terhadap penyakit busuk batang di Kepulauan Riau:

  • Sanitasi bagian tanaman yang terserang. Alat untuk memotong harus dibersihkan dengan cairan Clorox (atau Bayclin 2%) sebelum dan sesudah digunakan. Bagian yang sudah dipotong tersebut harus benar-benar dimusnahkan dengan cara dibakar.
  • Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik (terutama untuk meningkatkan kadar Ca dan K dalam tanah).
  • Pemberian mulsa organik, misalnya dengan jerami atau kompos plus Trichoderma, pada pangkal batang.
  • Isolasi tanaman, agar tidak terjadi penyebaran penyakit. Jika jumlah tanaman sakit di dalam suatu pertanaman lebih banyak daripada tanaman sehat, maka isolasi dilakukan terhadap tanaman yang masih sehat. Sedangkan jika sebaliknya (jumlah tanaman yang sakit lebih sedikit), maka yang diisolasi adalah tanaman sakit.
  • Bahan dan Alat
  • Cangkul
  • Arang sekam, yaitu sekam padi yang dibakar (tetapi tidak sampai menjadi abu)
  • Cara Pelaksanaan
  • Pilih tanaman yang akan diisolasi.
  • Lakukan penggalian lubang alur di sekeliling daerah perakaran sedalam ± 50 cm atau sesuai kondisi perakaran tanaman.
  • Masukkan arang sekam ke dalam lubang alur.
  • Meningkatkan kesuburan tanah sekaligus ketahanan tanaman dengan aplikasi Trichoderma sp. dengan cara sebagai berikut:
  • Dengan bahan dasar berupa biakan murni Trichoderma spp.


Caranya: 

  • Campurkan 1 petri biakan Trichoderma spp. (kerok lapisan atas yang terdapat biakan cendawan) ke dalam 1 liter air (campuran ini menjadi biang cairan semprot)
  • Ambil 250 ml biang dan masukkan ke dalam 10 liter air.  Campuran ini yang akan menjadi cairan semprot.
  • Direkomendasikan untuk menyemprotkan 500 liter cairan semprot ke           1 ha lahan pertanaman buah naga.
  • Dengan bahan dasar berupa biakan Trichoderma spp. di media serbuk gergaji
  • Campurkan 1 kg media Trichoderma spp. dengan 100 kg pupuk kandang. Aplikasikan sesuai rekomendasi.
  • Aplikasi Bubur California/Bubur Bordo bisa juga dilakukan selama kondisi memungkinkan. Jika tanaman sudah tumbuh besar dan populasi tinggi akan sulit dan tidak efisien. Hal tersebut berkaitan dengan struktur tanaman yang berduri dan licin.
  • Pengendalian dengan fungisida berbahan aktif mankozeb, zineb, atau probinep (yang berbau Cu/tembaga). Namun, perlu diperhatikan bahwa, sebelum melakukan penyemprotan dengan fungisida, tanaman terserang tetap harus dipangkas terlebih dahulu. Jika tidak, tindakan ini tidak efektif. Fungisida yang digunakan terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian.


Langkah-langkah di atas juga dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh cendawan tular tanah lain, seperti Fusarium sp.



Evaluasi bersama dari Outbreak Busuk Batang Buah Naga di Kepulauan Riau

Kejadian penyakit di Kepulauan Riau sekilas tampak seperti penyakit busuk batang biasa. Bahkan beberapa orang menyimpulkan penyakit tersebut disebabkan oleh Phytophthora spp. Kenyataannya, setelah diidentifikasi oleh pakar, penyakit busuk batang di Kabupaten Bintan dan Kota Batam, Kepulauan Riau disebabkan oleh cendawan Macrophoma sp. Ini menarik, mengingatkan kembali para insan yang bertugas di lingkup perlindungan tanaman untuk hati-hati dan teliti dalam menetapkan status OPT (misalnya mencakup jenis OPT, daerah sebar, kategori serangan).
Keberhasilan gerakan pengendalian OPT buah naga di Provinsi Kepulauan Riau adalah dengan melakukan gerakan secara terkoordinir dan serentak sehingga mengurangi potensi penyebaran penyakit ke tanaman atau daerah lain. Ini pun menjadi hal yang harus digarisbawahi oleh daerah lain yang mungkin mengalami kasus sejenis.



ditayangkan juga di http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=288:busuk-batang-buah-naga&catid=19:berita-terbaru

Senin, 02 Juni 2014

LALAT BUAH DI INDONESIA DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA

Siapa yang tidak kenal dengan lalat buah? Sebagian besar masyarakat mengenal lalat yang dimaksud adalah lalat buah kecil-kecil (Drosophila melanogaster). Padahal yang berbahaya dan banyak menjadi masalah di pertanaman hortikultura, terutama untuk komoditas buah dan sayur adalah dari jenis Bactrocera spp. atau Dacus spp. dari Famili Tephritidae, subfamili Dacinae. Lalat Drosophila umumnya hadir ketika buah mulai lewat masa matang, sedangkan lalat Bactrocera / Dacus biasanya sudah laten berada di dalam buah sejak buah masih belum terlalu matang, bahkan masih berada di pertanaman.

Salah satu sifat khas lalat buah adalah hanya dapat bertelur di dalam buah. Telur tersebut kemudian menetas menjadi larva/ulat yang dikenal dengan sebutan belatung. Stadium inilah yang merupakan masa paling merusak dari lalat buah. Karena hidup di dalam buah, jelas keberadaan larva akan merusak daging buah yang merupakan sumber makanannya, sehingga dapat menyebabkan buah membusuk dan gugur. Konsumen buah sering kecewa ketika mendapati buah yang akan dimakannya ‘berulat’, padahal tampilan luarnya baik-baik saja. Hal ini ternyata juga berdampak buruk terhadap  daya saing komoditas hortikultura Indonesia di pasar internasional. Produk hortikultura dari Indonesia pun pernah ditolak negara tujuan ekspor karena terindikasi mengandung larva lalat buah. Dengan demikian, lalat buah dapat menyebabkan kerugian secara kualitas maupun kuantitas bagi produk buah atau sayur.

Serangan lalat buah, terutama dari jenis Bactrocera, dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar di pertanaman buah maupun sayuran, bisa mencapai 40-100%. Daerah sebarannya juga cukup luas, mencakup sebagian besar negara di dunia, dengan jenis/spesies yang berbeda-beda.

Gejala serangan lalat buah yaitu biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah  ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda atau titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur, terdapat di ujung abdomen) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya, seiring perkembangan telur menjadi larva dan aktivitas di dalamnya, menyebabkan noda tersebut semakin meluas dan tampak membusuk.

Intensitas serangan dan populasi lalat buah akan meningkat pada iklim yang sesuai. Suhu rendah sekitar 26oC dan kelembapan tinggi sekitar 90% akan baik bagi lalat buah. Aktivitas lalat buah akan lebih baik pada saat curah hujan rendah daripada saat curah hujan tinggi.

Di Indonesia, lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun 1920 dan dilaporkan menyerang pertanaman mangga di Jawa. Pada tahun 1938, lalat buah juga dilaporkan menyerang cabai, kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing dan sawo. Hasil monitoring lalat buah yang dilakukan pada tahun 1979/1980 menunjukkan bahwa lalat buah ditemukan hampir di semua wilayah di Indonesia.

Awalnya, Indonesia dan negara lain sering mengidentifikasi lalat buah yang banyak ditemukan di daerah Asia-Pasifik, yaitu Dacus spp. Tetapi, menurut klasifikasi terakhir yang dilakukan Prof. Dr. Dick Drew (entomolog asal Australia) pada tahun 1989, dinyatakan bahwa lalat buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari jenis Bactrocera spp.

Berdasarkan hasil identifikasi oleh Prof. Dr. Dick Drew yang terbaru dalam  buku Fruit Flies of Indonesia: Their Identification, Pest Status and Pest Management pada November 2012 lalu, terdapat 122 spesies lalat buah di Indonesia. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 11 spesies yang menjadi hama penting. Lalat buah yang menjadi hama penting di Indonesia, yaitu: Bactrocera albistrigata (de Meijere), Bactrocera carambolae (Drew & Hancock), Bactrocera frauenfeldi  (Schiner), Bactrocera latifrons (Hendel), Bactrocera musae (Tryon), Bactrocera occipitalis (Bezzi), Bactrocera papayae (Drew & Hancock), Bactrocera umbrosa (Fabricius), Bactrocera caudata (Fabricius), Bactrocera cucurbitae (Coquillett), dan Bactrocera tau (Walker).

Pengendalian lalat buah tergolong sulit karena larva penyebab kerusakan berada di dalam daging buah, sedangkan imago (lalat dewasa)nya bebas terbang. Telah banyak tindakan pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan lalat buah, mulai dengan pengolahan tanah (membalikkan tanah sebelum ditanami); melakukan rotasi tanaman; sanitasi lahan; penggunaan teknologi jantan mandul, perangkap, zat penarik (atraktan), umpan protein, insektisida nabati/kimia sintetis; pengasapan; pembungkusan buah; pengumpulan dan pemusnahan buah gugur; dan sebagainya.

Dalam kaitan dengan tuntutan pasar global yang mulai menginginkan produk bebas residu pestisida dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pestisida, serta menyesuaikan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pengendalian lalat buah diarahkan untuk dilakukan melalui pendekatan yang berdasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang bertanggung jawab. Namun, ternyata mengandalkan konsep PHT saja belum cukup untuk mengendalikan lalat buah. Evaluasi dalam tindakan pengendalian selama ini adalah bahwa pengendalian lalat buah sering terbatas pada daerah pertanaman (produksi) saja. Padahal, sifat lalat buah dewasa yang aktif bergerak (terbang) dan cukup peka dalam mendeteksi keberadaan buah memungkinkan lalat buah untuk menyebar ke daerah lain di luar pertanaman, misalnya pekarangan atau pemukiman warga, pertanaman lain di sekitar pertanaman budidaya yang utama, serta kebun terlantar. Dengan demikian, pengendalian lalat buah sebaiknya tidak hanya dilakukan di daerah pertanaman utama saja. Tetapi juga mencakup daerah lain di sekitar pertanaman utama. Konsep  ini dikenal dengan istilah pengelolaan lalat buah skala luas.

Pengertian skala luas diartikan sebagai suatu wilayah pengendalian minimal seluas 100 ha. Dalam materi Sekolah Lapang PHT juga dijelaskan bahwa semakin luas hamparan atau kawasan pertanaman yang dikelola secara benar, kondisi agroekosistem akan makin stabil. Disamping itu, jika manajemen PHT berjalan baik, maka akan semakin tampak pengaruhnya terhadap perkembangan OPT. Pengelolaan lalat buah skala luas mengadaptasi konsep tersebut dengan tidak hanya memfokuskan pengendalian pada pertanaman utama, tetapi juga di daerah sekelilingnya.

Dengan PHT konvensional yang selama ini dilakukan petani, lalat buah di pertanaman utama bisa saja dikendalikan, tetapi lalat buah dari daerah sekitarnya yang tidak dikendalikan akan datang dan berkembang kembali ke pertanaman utama. Dengan kata lain, populasi hama akan kembali seperti semula. Pengendalian terbatas atau hanya pada titik-titik tertentu di pertanaman utama tidak akan efektif karena kemampuan reproduksi, adaptasi dan daya rusak lalat buah yang tinggi. Vegetasi sekitar pertanaman utama merupakan hunian bagi lalat buah saat tidak terjadi musim buah yang sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya karena dapat memberikan makanan serta media kehidupan yang sesuai, bebas dari suhu panas atau dingin, serta hujan lebat yang mengganggu aktivitas lalat buah.

Pada pelaksanaan PHT lalat buah yang disinergikan dengan konsep pengelolaan skala luas, lalat buah dikendalikan di semua daerah; baik itu yang menjadi daerah pertanaman utama maupun sekitarnya, sehingga potensi sumber inokulum lalat buah yang akan kembali menyerang pertanaman utama dapat diminimalisir. Hal inilah yang diharapkan akan menekan populasi total lalat buah.

Selain menerapkan manajemen PHT dan konsep pengelolaan lalat buah skala luas, hal penting lain yang perlu direncanakan dengan matang untuk menyukseskan pengendalian lalat buah adalah koordinasi dan kerjasama antara petugas pengendali OPT dengan petani dan masyarakat di area pengendalian. Aspek sosial ini memerlukan pengawasan berkala dari petugas setempat. Metode pendekatan yang dilakukan di masing-masing wilayah pengendalian bisa saja berbeda, bisa dimodifikasi dan harus mempertimbangkan kebiasaan dan pola interaksi masyarakat. Belajar dari pengalaman negara lain; semisal petani Barbados Cherry di Vietnam atau lalat buah jeruk di Australia; kebersamaan, komitmen dan disiplin petani/kelompok tani merupakan kunci utama keberhasilan penerapan pengelolaan dengan konsep skala luas.

Di Indonesia, pengelolaan lalat buah skala luas belum terlalu populer. Konsep ini mulai dicoba diterapkan di pertanaman mangga dan jeruk. Teknologi yang dilakukan menggunakan perpaduan antara perangkap lalat buah dengan zat atraktan serta penggunaan umpan protein yang disebar di pertanaman dan daerah sekitarnya. Perangkap lalat buah dipasang di pertanaman utama, kebun terlantar, termasuk pemukiman warga. Dengan demikian, masyarakat sekitar pertanaman yang bertani maupun tidak, secara tidak langsung dilibatkan dan juga mendapatkan penjelasan mengenai sifat dan bahaya lalat buah sehingga diharapkan tumbuh kesadaran bersama dari masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pengendalian lalat buah di daerahnya.


PENGARUH PEMANGKASAN TERHADAP PRODUKSI BUAH MANGGIS

Permasalahan dalam produksi buah manggis adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT penting di pasar internasional diantaranya yaitu semut, kutu putih, buah burik dan getah kuning. Jika diamati secara seksama, meningkatnya serangan OPT pada manggis banyak disebabkan oleh faktor kondisi tanaman itu sendiri dan interaksinya dengan lingkungan. Contohnya, kondisi tanaman yang terlalu rimbun. Pohon yang terlalu rimbun akan meningkatkan tingkat kelembapan kanopi dan ini tempat yang sesuai bagi perkembangan OPT. Salah satu solusi mengatasinya adalah dengan memangkas pohon manggis.

Jarak antar pohon yang berdekatan akan mempermudah hama yang aktif bergerak untuk berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain. Begitu pula halnya dengan penyakit. Jarak yang dekat akan memudahkan meluasnya serangan penyakit karena kemungkinan angin atau air yang menjadi media pembawa lebih mudah menyebarkan patogen. Tetapi, pada kenyataannya banyak petani yang enggan melakukan pemangkasan. Mengapa? Karena mereka merasa jika pohon manggis dipangkas, maka peluang untuk mendapatkan buah dari cabang/ranting yang dipotong akan berkurang, sehingga pendapatan mereka juga tidak besar. Benarkah demikian?

Teknisnya, pemangkasan pohon manggis dilakukan sekaligus untuk membentuk raga tanaman. Pemangkasan direkomendasikan sebelum tanaman berbunga atau setelah panen (sebaiknya saat umur tanaman sudah melewati 5 tahun). Jika penanaman manggis sedang dalam masa rintisan di suatu kawasan, menjadi kesempatan untuk membentuk pola tanam yang baik. Hal ini akan berpengaruh besar pada produksi buah manggis nantinya.
ba
Pemangkasan merupakan kegiatan pemotongan  cabang dan ranting yang tidak produktif, kering dan ranting yang mengarah ke dalam, tunas air dan ranting yang terserang OPT.  Pemangkasan akan menyeimbangkan alokasi karbohidrat pada tubuh tanaman sehingga menjaga kesehatan tanaman, meningkatkan produktivitas dan kualitas buah. Tujuan pemangkasan yaitu: a) membentuk percabangan tanaman yang  ideal, b) merangsang pertumbuhan tunas-tunas produktif, c) meningkatkan penetrasi cahaya matahari pada tajuk, d) memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, dan e) mengurangi resiko serangan OPT.

Disarankan menggunakan peralatan pangkas yang bersih dan tajam untuk menghindari infeksi. Alat dan bahan yang diperlukan untuk memangkas diantaranya yaitu: gunting pangkas, cangkul  (untuk menggali lubang tempat membakar ranting dan cabang yang terserang penyakit), sekop (untuk menimbun ranting hasil pangkasan), gergaji potong (untuk memotong ranting besar yang saling berdempetan),  bayclin (clorox) (untuk membersihkan peralatan pangkas), gerobak dorong (untuk mengangkut ranting-ranting hasil potongan pemangkasan), cat meni (untuk melapisi bekas pangkasan), kuas  dan tangga (untuk memangkas dahan yang tidak terjangkau).  

Teknik pemangkasan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas buah manggis didasarkan pada studi arsitektur tajuk tanaman, yaitu dengan mengamati posisi buah pada percabangan dan ranting. Dari pengalaman selama pemeliharaan tanaman akan didapatkan informasi cabang mana yang lebih produktif sehingga bagian yang kurang produktif bisa dipangkas.

Tanaman manggis menghasilkan buah di ujung ranting karena mempunyai sistem terminalis. Dengan demikian, produksi bunga sangat dipengaruhi oleh banyaknya ujung ranting. Hasil penelitian dan pengembangan manggis dari PKHT IPB menunjukkan adanya perbedaan distribusi atau kepadatan populasi buah pohon manggis berdasarkan umur tanaman.
a.       Tanaman muda yang berumur sampai dengan 25 tahun mempunyai tipe cabang sekunder yang rapat dari pangkal hingga ujung. Produksi bunga dan buah lebih banyak di cabang tengah bagian daam dan cabang tengah bagian tengah. Cabang bagian luar dan bagian atas tajuk tanaman lebih banyak menghasilkan tunas vegetatif.
b.      Tanaman dewasa dengan umur 50 tahun mempunyai tajuk yang lebar dan rapat, sehingga cabang sekunder serta ranting bagian dalam ternaungi. Akibat naungan tersebut, cabang sekunder bagian dalam banyak yang mati sehingga cabang sekunder banyak terdapat di ujung atau bagian luar kanopi. Oleh karnea itu, produksi buah pada tanaman dewasa sebagian besar dihasilkan oleh ranting yang berada di bagian luar.
c.       Ranting dari tanaman tua yang berumur lebih dari 50 tahun banyak yang gugur. Hal tersebut menyebabkan sinar matahari dapat menembus kanopi bagian dalam dan merangsang tumbuhnya tunas-tunas air (bagian ini sebaiknya dipangkas). Bunga dan buah lebih banyak dihasilkan di kanopi tengah, baik pada bagian dalam maupun tengah.

Masih berdasarkan penelitian arsitektur tajuk PKHT-IPB, dinyatakan bahwa pohon manggis sebaiknya hanya memiliki satu batang utama. Cabang primer yang terlalu berdekatan sebaiknya dijarangkan dan diatur sedemikian hingga jarak antar cabang primer tidak kurang dari 20 cm. Cabang primer yang terlalu rapat menyebabkan jumlah cabang sekunder memproduksi sedikit ranting sehingga sedikit pula buah yang akan dihasilkan. Selain itu, cabang sekunder yang terlalu kecil dan tidak terjadi percabangan pada kanopi bagian bawah dan tengah dalam sebaiknya dipangkas karena tidak menghasilkan bunga.

Prosedur pemangkasan adalah sebagai berikut:
a.       Usahakan pemangkasan setelah panen atau awal musim hujan dan dilakukan secara serentak;
b.      Lakukan pengamatan pada tunas kering, tunas air, dan ranting mengarah kedalam;
c.       Bersihkan peralatan pemangkasan yang akan dipergunakan, terutama gunting pangkas dan gergaji potong dengan bayclin;
d.      Perhatikan bentuk tanaman manggis secara keseluruhan;
e.       Pemangkasan paling ideal menggunakan  sistem “panutan tengah”;
f.       Pemangkasan dilakukan pada ranting-ranting yang ada di dalam tajuk sampai pada lapisan kesembilan terus ke dalam;
g.      Setelah dipangkas, tutup bagian yang dipangkas dengan cat meni;
h.      Ranting atau cabang yang terserang penyakit, dipangkas lalu dimasukkan ke dalam lubang untuk selanjutnya dilakukan proses pembakaran (di dalam area kebun);
i.        Tahap akhir, lakukan pencatatan kegiatan pemangkasan pada kartu kendali, untuk mengetahui perkembangan pemangkasan selanjutnya.
Para peneliti juga menyatakan bahwa pemangkasan akan menghasilkan susunan ranting yang teratur, serta menjaga sanitasi dan kelembapan pada kanopi. Dengan pemangkasan, sinar matahari akan mencapai bagian dalam dan bawah kanopi sehingga fotosintesis dapat terjadi secara optimal. Pengaturan cabang juga akan mengurangi resiko gesekan buah dengan ranting yang dapat mengakibatkan goresan di kulit buah, sehingga mengurangi estetika dan kualitas buah. Disamping itu,

Petani manggis di luar negeri seperti Thailand sudah membuktikan manfaat pemangkasan pohon manggis. Mereka melakukan pemangkasan dan membentuk sedemikian hingga tanaman manggisnya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rimbun. Tinggi tanaman manggis hanya ± 5m dan jarak antar tanaman cukup jauh (10 x 10 m). Ternyata, menurut mereka selain mempermudah pemanenan, juga menghasilkan buah manggis yang banyak.

Sangat berbeda dengan pola pikir petani manggis di Indonesia. Penanaman di lahan yang baru dibuka, sebagian besar menanam dengan jarak tanam yang cukup dekat (5 x 5 m) dan tanaman dibiarkan tumbuh memanjang ke atas. Jarak yang dekat sekilas memang tampak menguntungkan karena banyak manggis yang bisa ditanam (intensifikasi lahan). Tetapi, kenyataannya, hal itu menimbulkan masalah lain, diantaranya tanaman tidak mendapat asupan sinar matahari yang cukup hingga bagian dalam kanopi untuk berfotosintesis dan lahan menjadi lembap (ini kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan OPT). Selain itu, tanaman yang dibiarkan tumbuh tinggi akan menyulitkan kegiatan perawatan dan pemanenan, karena pemanen harus memanjat cukup tinggi dan menghadapi resiko terjatuh (apalagi jika pemanenan dilakukan ketika musim penghujan).


Oleh karena itu, mari kita pelajari kembali dan meyakinkan diri perihal pemangkasan pohon manggis. Sudah banyak bukti menguntungkan jika memangkas manggis dengan teratur. Memang mungkin akan dirasakan kerugian pada awalnya. Tetapi, jika sepakat bahwa manggis adalah tanaman tahunan dengan potensi hidup lama dan produksi yang baik, maka petani harus bersabar untuk melihat hasil menggembirakan nantinya. Jadi, jangan ragu memangkas pohon manggis ya! =)


Minggu, 01 Juni 2014

Emak, kupanggil Emak



“Ly, dak minat ganti panggilan?  Ibu’? Mama? Ummi...?”, wanita tersayang itu menanyakan sesuatu, padaku. “Lah, ngapo emang?” sambil mengernyitkan dahi, kutanggapi pernyataannya. “Kalu kau malu, manggil macam biaso”....
*
“Ai Mak..maaak.... ngapo pulo malu eh... itu spesial tu, hehe... nggak ah!”
*
EMAK, itu panggilanku pada sosok wanita tersayang itu. Wanita yang sedari mengandungku saja sudah banyak menderita. Lelahnya, dari cerita yang kudengar, “pendarahan sampai kepala waktu kau nak dilahirkan..”. Paling sulit, paling saro... dibanding dua saudaraku yang lain. Belum lagi dari kecil hingga besar, ada banyak kelakuanku yang membuatnya pusing, bahkan sampai menangis. Disamping -mungkin-, ada juga sih yang membuat beliau bahagia, bangga, dan tersenyum :P

EMAK, spesial. Hanya untuknya kusebut panggilan itu. Agh, memangnya ada yang salah dengan panggilan itu? Heranku menyeruak dengan pertanyaannya yang datang tiba-tiba itu. What’s wrong ada apa kok sampe beliau bertanya seperti itu....
*
Menurutku, tak masalah. Mo dipanggil ibu kek, mama kek, mami kek, ummi kek, mima kek, mom kek.. panggilan paling nyamanku untuk beliau adalah EMAK. Sulit rasanya jika aku mengubahnya. Seperti ada sesuatu yang kurang. Entah apa. Mungkin karena panggilan itu sedemikian lekat di benakku. Tiap pulang sekolah, yang kupanggil,”Maaaaak.. Maaaaak...”. Belum juga berganti seragam sekolah jika belum kutemui wajah tersayang itu. Harus kulihat dulu, agar semburat lega hadir menenangkanku.

Argh, haru. Selalu. Jika kini kukenang masa itu.
Dulu, sewaktu pertama kalinya aku merantau ke Bogor, kali pertama aku berpisah jauh dalam waktu yang lama dari keluarga kecilku, ketika aku masih belum terbiasa untuk meniadakan kebiasaan teriak-teriak ‘EMAK’, suasana baru asrama lah yang banyak menghiburku. Bahkan, untuk sekedar mengobati rindu, satu dua pakaian EMAK kubawa serta. Agar tercium aroma beliau... Telpon? Waktu itu masa sulit bagi kami untuk selalu bersua lewat telpon. Dua hari sekali EMAK dan ayah menelponku. Kuanggap ini sebagai pelajaran bagiku untuk segera menyambut masa dewasa. Ah, EMAK, tak sia-sia kau izinkan anakmu merantau....
*
Ternyata, ibuku mendengar ragam panggilan ibu yang disebut teman-temanku dan -mungkin- merasa 'anaknya akan malu jika tetap memanggilnya EMAK’. Takut terdengar kurang keren, kurang modern. Maka, bertanyalah beliau begitu padaku.

“Mak, kami tu dak masalah ah manggil EMAK. Ngapo pulo nak malu-malu... Biarla yak, hak kami. Tobo nak manggil mak-nyo mama, mami, ibu, bunda, teserah tobo tu. Kami la lemak manggil mak cak itu. Pening pulo palak kami kalu ganti-ganti kelak, hehee... Tenang bae, kami dak malu kok. Ngapoi malu..malu... Biaso ajoo.. tu spesial tu..hee...”, akhirnya jawaban itu yang keluar dari mulutku. “Yo udahlah, teserah kau ajo, mak kiro kalu kau ndak ganti, kalu biar lebih lemak... dulu kecik kan karno ikut2 ajo, mak sangko kalu kau la malu manggil emak.. jadi, buli laa kalu kau nak ganti kini, hehee...”.. emak, emak........
*
Abangku, kawan-kawan abangku, di lingkungan pergaulan masa kecil kami, semua memanggil ibunya dengan sebutan EMAK. Aku pun sebagai adik yang lucu (:P gak nyambung...), ikut-ikutan pula memanggil ibuku dengan sebutan EMAK. Lupa aku sejak kapan aku memanggil demikian. Dan tidak ada file tersendiri dalam ingatanku tentang asal muasal aku memanggil ibuku : EMAK. Apakah dulu ibuku pernah mengarahkanku untuk memanggilnya dengan sebutan khusus? Itu pun aku tak ingat. Ah, sudahlah... Tak penting lah untuk saat ini...

Sudah kuputuskan, untuk terus memanggilnya dengan sebutan EMAK. Hingga mungkin suatu saat ada sejarah yang menceritakan panggilan itu tidak baik. Tapi itupun sepertinya belum bisa menggoyahkanku memanggilnya 'EMAK'. Aku tidak akan mengganti panggilanku untuk beliau. Tetap: E-M-A-K. Toh, tiap anak punya panggilan sendiri-sendiri yang spesial untuk ibunya.
*
Mak, sungguh,
sebenarnya tak berarti panggilan-panggilan kami
jika makna panggilan itu sendiri tidak kami maknai dengan pantas
sebenarnya tak berarti apa-apa panggilan kami
jika apa yang terlaku dalam nyata
justru membuatmu luka

Mak, inginku
selalu menjadikan hari-hariku
sebagai  hari ibu
spesial selalu untukmu

Kami tahu tapi kadang sombong mengaku
bahwa dengan ridhomulah
mengantarkan kami dapat mencapai ridho Allah

Mak, maafkan kami... ridhoi kami...
agar ringan langkah kami
untuk memperbaiki bakti kami

Maaaak, tindak tanduk kami..
sungguh banyak basa basi
bagai tak tulus di hati
tak tercermin tak terealisasi
padahal kasihmu tiada bertepi

Mak,
kami sayang emak

Walau terpisah jauhnya jarak
Walau perhatian [seperti] antara ada dan tidak
Walau tak sepinggan kita nikmati lemang setetak
Walau canda kita kini hanya di antara detak dan detak, riak dan riak...
kami [selalu] sayang emak
*
Ya Allah, tuntun kami untuk senantiasa mensyukuri nikmat ber-orang tua yang Engkau anugerahkan..
Lembutkan hati-hati kami untuk terus menelusupkan rasa bahagia di hati orang tua kami..
-every day is MOTHER day-


dan ayah...
kami pun sayang ayah ^^

Kita Bagiku, Aku


apapun yg terjadi di luar sana,
ada 'harga mati' yg kutetapkan berlaku
untuk diriku sendiri.

aduhai,
bila wajib bagiku!
sejatinya,
demikian pula bagi kita smua..

bodoh rasanya jk  luar dariku,
mnyebab
memudarnya sadarku akan aku
larinya aku dari semua yang dulu

hitam, putih
merah, kuning, biru
ada pula
ungu, hijau, merah jambu
ke-la-bu
kita beragam warna

kecewa itu menular kawan,
aku? jangan coba kau libatkan

cacat itu selalu ada,
tidakkah juga kau coba jenguk dirimu?

pahit itu di pangkal,
kita semua tau : ujungnya manis

sungguh kutahu,
adalah hak pribadi untuk memilih
kuharap,
semoga tak lupa ada rentetan jerih
semoga tak lupa budi, yang sejak awal datang tertatih
membukakan peluang benderang
tiap pagi, tiap petang...

#
INI lelah,
INI buncah_terburai kemana-mana,
INI ibarat jalinan suka dan lara,
INI tanpa kau, aku, kita
INI akan tetap ada!

Pasar Minggu, 251210, 21:45 WIB
.:: hidup penuh misteri, teguhkanlah kami.....