Hati siapa yang tidak turut
berduka menyimak cerita kronologis mengenai kematian Angeline. Saya sendiri
sebenarnya, awalnya tidak terlalu tertarik dengan berita yang sedang hangat
dibicarakan itu. Tepatnya kemarin, saya melihat link berita mengenai Angeline.
Itu pun masih belum terlalu tertarik untuk meng-klik. Sampai pada judul 'Angeline ditemukan terkubur di bawah
kandang ayam rumahnya', saya akhirnya tergugah untuk membuka dan membaca isi
berita pada link internet tersebut.
Sungguh mengenaskan, menyedihkan,
menyeramkan, prihatin, dan perih membayangkan apa yang harus dihadapi Angeline
semasa ia hidup. Yang menurut orang-orang sekitarnya dalam berita tersebut,
Angeline sering diperlakukan kasar, tidak diberikan makanan dan dunia bermain
yang layak bagi anak seusianya, di'pekerja'kan paksa untuk rutin memelihara
ternak ibu angkatnya, dan sebagainya. Bocah delapan tahun itu -harusnya- masih
patut mendapatkan belaian kasih sayang penuh dari orang tua dan anggota
keluarga lainnya, walaupun bukan dalam hubungan sedarah-sekandung. Sambil
menahan air mata, saya membayangkan masa sulit, tangis dan ketabahan Angeline
kecil menikmati hidupnya. Ya Allah..
Setiba di rumah malam tadi, dalam
tayangan berita di berbagai stasiun televisi, ternyata juga banyak yang
membahas mengenai kasus Angeline. Saya ingat, saat saya bersama dua orang teman
-entah kok tiba-tiba- membicarakan Angeline dan ketika seusai maghrib, seorang
teman berkata,"Itu lho dua menteri sampai datang langsung ke rumahnya
Angeline" dan saya menanggapi dengan,"Lebay banget..giliran kasus
kayak gini.masa sampai dua menteri turun tangan langsung.. Pake kunjungan
resmi? Kayak kita gak tau aja gimana ribetnya ngurus hal kayak gitu, mesti.
Riweuh deh..". "Pencitraan juga kali", teman lainnya turut
menanggapi. "Hm.. Padahal kan kasus kayak begitu dari dulu juga udah ada,
dan mungkin banyak terjadi di luar daerah lain... Masalah anak-anak
ditelantarkan, dianiaya, disiksa, dipaksa kerja, dilecehkan... Kenapa pas kasus
Angeline langsung turun ke TKP. Setau sy Menteri Pemberdayaan Perempuan ya uang
ke sana?", saya melanjutkan dengan emosi sambil bersungut-sungut.
"iya, menteri itu, yang satunya lagi siapa ya Nel, duh lupa saya.. Menteri
apa ya?" "Ya gak tau....."
Tanggapan itu, kemudian saya
sesali. Setelah saya kemudian gugling dan membaca beberapa info terkait, memang
terdapat isi berita yang menyatakan bahwa ada dua menteri yang sidak langsung
ke rumah Angeline, ia.itu: menteri.pemberdayaan perempuan dan menteri badan kepegawaian
negara. Tetapi....mereka langsung sidak itu karena memang kebetulan sedang ada
kegiatan di Bali. Hiks...nyesel gueh..udah ngomong yang nggak-nggak tentang
mereka. MAKANYA cari tau baik-baik suatu informasi sebelum emosi negatif
terlanjur menguasai *tears*
Balik lagi ke kasus Angeline..
Ya, mungkin di luar sana memang ada banyak kasus serupa atau sejenis. Walau itu
juga saya pribadi kan gak punya data valid *hammer* *hammer*. Yang mengherankan
memang mengapa selalu ada saja? Ya kaliii.. Bumi ini luas. Penduduknya berada
di lokasi yang berbeda. Tiap manusia diberikan potensi menjadi baik dan jahat.
Sunnatullah-nya begitu. Kan udah tau, sepanjang ada terang, ada juga kegelapan.
Jado, wajar saja kalau banyak kasus yang sama di wilayah yang berbeda. Belum
lagi jika dikaitkan dengan pelaporan, penyelidikan, dan penanganan masalah dari
pihak yang berwenang. Tidak semua kasus bisa ditangani atau bahkan tidak semua kasus
diketahui. Kemampuan dan sumberdayanya terbatas. Untuk saat ini, itu sih
mungkin salah dua alasannya.
Nah, dengan menyimak kasus
Angeline ini, kita diingatkan akan beberapa hal, diantaranya:
1.
Pentingnya kasih sayang orang tua, keluarga dan masyarakat
sekitar dalam perkembangan psikologi dan fisik anak. Angeline sering lesu dan
tidak bersemangat saat berada di sekolah. Mungkin karena kelelahan karena
pekerjaan rumah dan harus berjalan jauh dari rumah ke sekolahnya. Kalo dari
foto-foto Angeline yang beredar di dunia maya, ia terlihat bahagia. Kita tidak
tahu sejak kapan Angeline mendapat perlakuan tidak mengenakkan. Hasil otopsi
juga sudah dirilis : bahwa Angeline mengalami kekerasan fisik diantaranya
dijerat lehernya, dipukul kepalanya, disundut rokok dan dilecehkan. Geram
dengan orang tua atau ‘orang sekitar terduga yang terlibat’ wajar saja. Tetapi,
tidak baik juga jika kita ikut-ikutan menjudge
mereka sebelum jelas putusan di pengadilan atau sebelum jelas semua masalahnya.
2.
Pentingnya hubungan bertetangga. Bukan hanya
sekedar tau nama, tetapi juga berkenalan baik tentang sifat, sikap, kebiasaan,
dan hal lainnya. Kita semua tahu bahwa hal tersebut jelas menjadi penting,
karena bagaimanapun juga, tetangga adalah orang terdekat kita, secara jarak
fisik paling tidak. Kemudian, hubungan yang baik antar tetangga juga akan
membawa dampak positif diantaranya tidak segan menasihati. Kita paham tabiat
tetangga kita, dan it menjadi paham untuk memilih kapan waktu yang tepat untuk memberi
nasihat atau sekedar menanyakan sesuatu
hal yang penting. Tidak cuek saja melihat tetangganya bermasalah. Dalam kasus
Angeline, dikabarkan bahwa tetangganya sering mendengar makian atau mendapati
Angeline 'terluka'. Mungkin mereka pernah menegur, tapi mundur karena balik
dimarahi yang ditegur. Atau mereka terhalang tembok dan pintu besar sehingga
enggan respon dengan hal yang pribadi –urusan
rumah tangga-
3.
Perlunya pembinaan sosial tentang kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat secara berkala. Rasa-rasanya kok memang sudah banyak kearifan lokal seperti rembug
desa, pertemuan berkala di kelurahan, ngider ke tetangga, atau sejenisnya yang
pudar, sukses dilibas budaya loe loe gue
gue, individualis. Saya sendiri mungkin termasuk yang mulai tergerus
menjadi individual (hiks!). Pagi kerja, sore pulang, sudah lelah kalo mau
keliling-keliling. Paling, sembari
sebentar menemani anak-anak bermain di luar rumah bertemu dan bertukar sapa
dengan anak-anak lain atau ibu-ibu/bapak-bapak yang kebetulan lewat. Selang
beberapa rumah memang ada basecamp
ibu-ibu yang kebanyakan sih mengisi
aktivitas dengan ber-go-sip. Kok tau?
Yak arena beberapa kali ke sana ya memang begitu. Tambah capek deeeeh… Akhirnya
lebih banyak di dalam rumah saja. Ada sih arisan RT, yang itu pun hanya diikuti
segelintir ibu-ibu yang ya itu itu lagi.
Sepengamatan saya, yang tidak pernah ikutan kegiatan RT, ya tidak ikut juga
kegiatan apapun yang diadakan RT atau undangan personal dalam rangka semisal
syukuran atau pengajian. Eh jadi curhat…’berarti
kamu perlu dibina juga, Nel’ Tapi eh tapi sebenarnya gak alasan juga yaaa…
pembinaan kan bisa beragam bentuknya. Tidak harus diadakan lingkup RT atau RW,
tapi bisa lewat event yang diadakan suatu lembaga, melihat tayangan televise yang
relevan, dan sebagainya. Hanya saja, rasanya akan berbeda sih… Di dalam keluarga sendiri, perlu jadwal internal yang ya diatur/disepakati sendiri oleh
keluarga tersebut untuk mempererat dan menambah kecintaan antar anggota
keluarga, misal dengan menggiatkan shalat berjama’ah (jika tidak memungkinkan
di semua waktu, paling tidak di waktu yang semua anggota keluarga bisa
berkumpul misalnya waktu maghrib/isya), tilawah bersama, membahas suatu masalah
dan mencari solusi bersama dalam suasana santai, dan sebagainya. Anak-anak akan
terbiasa diajak berdiskusi dan mengikuti alur untuk berpikir menyelesaikan
masalah. Selain itu juga menyenangkan karena semua anggota keluarga terlibat.
Apa lagi hayo…
Duka Angeline adalah duka kita.
Kita yang tidak merasakan langsung apa yang dialami Angeline saja, sudah
demikian ngeri. Apalagi Angeline? Duka Angeline adalah juga duka anak-anak di
luar sana yang juga mungkin ada yang merasakan kesedihan akan kepayahan dan
ujian berat dalam hidupnya yang belum lama.
Banyak yang berpendapat bahwa
seorang anak yang memiliki pengalaman buruk semasa kecil, akan berkembang
menjadi anak yang tidak baik atau semacam itu. Tetapi, menurut saya, dalam usia
belia mereka, masih ada kesempatan untuk menjadi baik, tergantung pada
ketahanan, keteguhan, kemauan, dan kekuatan si anak sendiri. Ada juga kok, yang
masa kecil kurang bahagia tetapi ketika dewasa menjadi orang yang baik, sukses,
dan penyayang. Dia mampu melalui ujian dalam hidupnya dengan baik, tidak
menuruti dan meneruskan energi negatif yang biasa dia rasakan, dan sabar dalam menghadapi ujian selanjutnya.
Saya berharap, kasus Angeline ini
dapat terkuak dengan terang, para orang tua beserta masyarakat umum dapat
mengambil hikmah dari peristiwa ini, dan anak-anak dapat menikmati masa mudanya
dengan ceria.
Akhir yang gak nyambung….ya sudahlah..he he…
::semoga saya bisa menjadi orang tua yang tidak durhaka kepada anak-anak saya, menjadi istri yang ikhlas bagi suami saya, menjadi anak yang berbakti kepada orang tua saya. *sambil memeluk Tsaqif dan Zhafran*