nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Jumat, 25 September 2015

Rumahku Surgaku

Kami yakin, berawal dari rumah yang nyaman; tidak berhenti bersama-sama belajar membenahi diri dan keluarga, akan menjadi jembatan penghuninya untuk semakin dekat dengan Allah.

Lika liku kehidupan, onak dan gelombangnya sangat memungkinkan membuat kita bimbang atau khawatir, membuat kita mengucapkan hal-hal yang sepatutnya tidak dikeluarkan, menggiring kita pada pemikiran yang rumit, atau semacamnya. Namun, dengan landasan pemahaman agama yang kuat, in sya Allah sebagai keluarga kita akan bisa menghadapinya.

Keluarga, hendaknya menjadi surga bagi anak-anak maupun kedua orang tuanya. Membangun tempat tinggal yang demikian memerlukan perjuangan dan keseriusan. Jangan patah semangat. Dekati Allah. Baca dan resapi pesan-pesan-Nya dalam Al Qur'an. Ingatlah bahwa tiada kata terlambat untuk belajar daan memperbaiki diri.


Selasa, 15 September 2015

Sawunggalih Pagi, Terasa Cepat

Ya. Sawunggalih pagi. Kereta yang saya dan rekan pilih untuk mengantarkan kami sampai ke Purwokerto. Menurut saya, kereta ini cukup nyaman untuk kelas bisnis. Jalannya juga terasa cepat. Waktu tempuh menurut jadwal, adalah dari pukul 08:15 hingga 13:27 waktu indonesia barat, 5 jam lebih.

Tadinya saya kira kereta ini bergandegan dengan kelas ekonomi. Ternyata tidak. He he.

Harap maklum agak ndeso, jarang nyicipi berbagai jenis kereta. Oleh karena beberapa kali bertugas di daerah yang lebih enak dijangkau kereta aja, jadi memilih kereta. Kesempatan, jadi bisa merasakan beberapa jenis kereta. He he.

Tiket dan bawaan

Isi kereta hampir sama dengan kelas bisnis umumnya. Kursi panjang yang bisa diubah posisi. Tidak ada televisi. Kalo di kelas bisnis Cirebon Ekspress ada.

Sy duduk di kursi 5C, tapi ternyata terlalu dekat dengan AC. Ya, AC yang digunakan bukan AC sentral. Model AC rumahan aja gitu.. Karena kedinginan dan ada gak enak khawatir masul angin *lagi lagi ndeso bianget ki rek* jadilah setelah pemeriksaan tiket, kami bergerilya mencari tempat duduk yang relatif aman dari terpaan angin AC langsung. Eits.. Tenang aja. Sudah diizinkan kondekturnya kok: boleh pindah ke tempat duduk yang kosong di gerbong manapun, asal dilakukan setelah pemeriksaan tiket. Saya sampe hapal nama petugasnya: Ragil. 

Sawunggalih pagi ini berakhir di stasiun Kutoarjo. Pos pemberhentiannya antara lain di Cirebon, Purwokerto, Kroya, ....., ..... 

Sesampainya ke Purwokerto, kami akan melanjutkan perjalanan ke Banyumas. Sebenarnya ya sama saja sih, toh Purwokerto adalah lokasi administratif Banyumas :))

Sip deh, semoga host fruit survei lalat buah dan verifikasi laboratorium pengamatan hama penyakit bisa dijalankan dengan baik. Agar lebih menyenangkan, tugas begini memang harus disertai dengan menyetel kondisi hati seakan sedang bertualang ha ha. 

Sukses untuk kita semua!

"Silakan Shalat, Jangan Gara-Gara Saya Kalian Jadi Gak Shalat"

Baru kali ini berkesempatan ikutan rapat kecil bersama Direktur Jenderal Hortikultura. Kebetulan saja, karena koordinator perencanaan direktorat saya sedang berhalangan hadir. Saya dan seorang rekan mewakili untuk mendengarkan arahan Bpk. Dirjen.

Tidak ada yang istimewa. Yaa..seperti rapat pembahasan suatu masalah pada umumnya. Apalagi, direktorat perlindungan tidak terlalu dibahas. FYI, tahun depan kami memprioritaskan produksi cabai dan bawang merah. Dst, skip :b

Satu hal yang ingin saya bagi di sini adalah, ketika adzan Dzuhur berkumandang, Bpk Dirjen mengatakan,"Ayo, bagi yang mau shalat silakan ya.. Jangan gara-gara saya kalian jadi gak shalat atau terlambat" Bagi saya ini pernyataan yang bagus sekali. Positif! Walaupun Bpk Dirjen sendiri tidak langsung seketika itu juga menghentikan rapat, tetapi beliau mempersilakan peserta rapat yang ingin shalat. Jarang sekali pejabat yang seperti ini. Poin plus-lah buat Bpk Spudnik yang baru beberapa bulan menjadi pejabat eselon I di kantor saya. 

Saya sangat mengapresiasi pernyataan Bpk Dirjen. Oleh karena itu, saya segera pamit memanfaatkan kesempatan itu untuk segera turun ke mushola kantor kami. Segera shalat dan kemudian kembali ke ruang rapat. Banyak lho kejadian: peserta rapat segan untuk keluar dari ruangan karena pimpinan rapatnya masih asyik membahas. Lantas baru bisa melaksanakan shalat di ujung waktu atau tergesa-gesa karena dikejar 'deadline'. And now, karena dipersilakan seperti ini, kenapa tidak dimanfaatkan? He he.

Next, semoga tetap seperti ini. Bukan sekedar basa-basi saya rasa. Lebih baik lagi jika misal rapat dipending dan semua peserta (yang muslim dan tidak ada udzur tentunya) bersama-sama menuju mushola/masjid untuk shalat berjama'ah. What a life! 

Harapan itu masih ada.

-nelly, direktorat jenderal hortikultura kementerian pertanian-

Rabu, 09 September 2015

Memilih Meja Jahit

Belum punya meja yang pas. Itu masalah saya setelah memiliki mesin jahit idaman. Manusia emang gak pernah puas ya, adaaaa ajaa yang kurang. Padahal sebenarnya bisa saja saya memanfaatkan bagian meja bagian lemari tivi seperti yang selama ini saya pakai atau meja tivi pendek di kamar atas (kurleb setinggi 50 cm). Tapii.. kalo terus-terusan make meja lemari tivi, gak enak banget asa maksain gitu. Kalo make meja tivi yang pendek, gak enak nginjek pedalnya: pegel. Lagipula, saya harus bongkar muat mesin jahit terus kalo mau make. Gak praktis. Malah jadi males deh :b Gak mungkin make meja makan juga kan... hehe.


Mulailah saya melihat-lihat model mesin jahit secara online. Hm.. macam-macam. Lagi-lagi kebingungan melanda saya *lebaaay.. emang mau model kayak apa sih?* Sebenarnya pengen yang simpel aja, seperti meja kerja biasa tetapi agak lebar. Tapi, kalo terlalu lebar, makan tempat lah..hehe... 



Ada satu model yang cukup bagus saya dapatkan di Instagram, tidak terlalu besar tapi bisa dibuat besar: meja jahit lipat. 

Misalnya seperti yang dibuat mbak @hananyabudi (IG):



Hm, pesan di tukang kayu ya..

Oke, saya pun mendatangi beberapa tukang kayu di sekitar rumah. Wadaw, lumayan juga lhoo.. model meja biasa dengan 1-2 laci, dibandrol 750rb. Ada sih yang nawarin 400ribu, tapi permukaan mejanya gak rata *nah lho piye*


Lihat online.

Sama aja. Barangnya gak kita lihat langsung pula. Jadi ragu kan. Bingung lagi. *makan tuh bingung, kenyang dah dari tadi bingung mulu xD


Setelah berselancar beberapa waktu, sepertinya pilihan mulai mengerucut ke model dan harga yang ditawarkan di sini.





 Tadinya pengen gambar Doraemon, tapi ah aikonik banget. Kalo ini kan yaa..kayak gambar kelinci aja walau dia juga aikon bug bunny. Pas pula dengan kondisi di rumah. Tsaqif dan Zhafran kan lagi miara kelinci. Hehe..


Idealnya memang meja jahit dibuat dengan desain khusus yang menunjang kegiatan menjahit. Modelnya banyak. Gugling aja, hehe.. Tapi, mengingat kondisi budget yang tidak besar untuk membeli meja jahit ini dan harga meja kayu yang ternyata cukup lumayan, jadilah saya memutuskan untuk membeli meja seadanya yang penting datar dan ukuran cukup nyaman untuk menjahit. Meja pilihan saya di atas berukuran kurleb 100 x 75 x 74 cm. Bahannya dari MDF, yang kualitasnya sedikit lebih baguslah dari particle board biasa hehe... Semoga gak cepet rusaaaak yaaaa... *ngomong begini tanda-tanda gak yakin kalo meja ini akan bertahan lama neh.. lirik dua bocah yang lagi girang-girangnya ngerusak eh mainin barang wkwk..*

Minggu, 06 September 2015

Motivasi Bercocok Tanam

Hei...

Tidak cukupkah ini sebagai motivasimu memanfaatkan lahan sekecil apapun untuk bercocok tanam yang bermanfaat?

Dari Jabir bin Abdullah ra., dia bercerita bahwa Rasulullaah shollallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, 
"Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya."
(HR Muslim)

Nah, bayangkanlah berapa banyak sedekah petani-petani yang dengan segala daya upayanya, menanam beragam tanaman untuk makhluk lain? Ya, makhluk lain. Karena yang memakan tanaman yang dibudidayakannya tidak hanya manusia, tapi juga hewan semisal burung, serangga. Selain itu, mungkin juga dikonsumsi, di'curi' oleh organisme pengganggu tumbuhan, baik itu dari kalangan hama maupun patogen, bahkan oleh tanaman lain semisal benalu. Betapa banyak sedekah petani... 

Jika selama ini, kita terlalu terkungkung pada pengertian bahwa sedekah itu melulu bicara uang atau benda-benda 'wah' yang rasanya 'lebih pantas', rasanya kita perlu membuka pikiran dan ruang kesadaran kita bahwa ternyata, ada banyak peluang bersedekah. Ada banyak pintu sedekah yang bisa kita masuki. Salah satunya adalah dengan bercocok tanam. Tentu, bercocok tanam sesuatu yang bermanfaat.

Sesungguhnya nasihat di atas saya tujukan bagi diri saya sendiri.
Saya harus mengelola seuprit teras di depan rumah, untuk dimanfaatkan sebagai lahan menanam tanaman yang bisa dimanfaatkan bagi keluarga saya, misalnya sayuran atau bunga. Sayuran bisa diambil untuk dimakan, sedangkan bunga-bunga bisa menyegarkan mata dan mengalirkan kebahagiaan saat memeliharanya. Huff..

Nanti saya bagi deh fotonya :)


Rabu, 02 September 2015

Pesan dari Anak Suriah Berbaju Merah, yang Terdampar di Pantai Turki

Baru kemarin, saya melihat foto seorang anak berbaju merah dengan posisi tengkurap dan tangan menghadap ke atas, tergeletak di hamparan pasir tepi pantai. Entah dimana, anak siapa, dan apakah foto itu benar?

Sesungguhnya, saya pribadi tidak terlalu suka mellihat banyaknya foto sejenis itu bertebaran di dunia maya. Rasanya, semacam pamer derita mereka. Tapi, mau gimana lagi? Kenyataannya ternyata lebih perih dari itu semua. Masa melihat foto seperti itu saja tidak berani? Bagaimana mau menghadapi hal itu dalam artian sebenarnya? Bagaimana mungkin bisa menjadi relawan jika melihat saja tidak berani? Main ke UGD rumah sakit, pasti banyak juga kejadian penuh luka itu silih berganti berdatangan dan harus dihadapi para dokter dan rekan, mau tidak mau. Itulah kenyataan.

Ah, jadi kemana-mana...
Kembali pada foto anak yang kemudian saya ketahui adalah foto seorang anak Suriah yang terdampar di pantai Turki. Ia adalah salah satu korban terdampar bersama anggota keluarganya yang lain. Diduga, mereka adalah warga Suriah yang melarikan diri dari negerinya demi mendapatkan tempat yang aman. Subhanallaah... 

Di Instagram, saya coba cari dengan kata kunci 'syria'. Ya. Memang banyak foto anak itu di berita terkini. Dodolnya, ada juga yang menggunakan hashtag tersebut untuk mengunggah foto tidak senonoh. Haishh!!

Saya masih belum percaya, 'ah masa sih, jangan-jangan ini editan...lagi jaman ngedit-ngedit foto nih..cari lagi." Ternyata tidak sekedar foto, saya juga menemukan video anak itu. Di tepi pantai, ia disenggol ombak pantai.. Ya Allah.. beneran? 

Tercekat. Tidak boleh nangis. Di depan anak-anak lucu -Tsaqif dan Zhafran- yang sedang asyik bermain (tepatnya berantem rebutan mainan). Hiks. Tumah juga. Tidak tahan. Ya Allaah.. Begitu berat memebayangkan nasib mereka. Itu hanya sebagian kecil yang terdokumentasikan, dari sekian banyak fakta yang terjadi. 

Bukan dalam sebulan dua, berita tentang Suriah ditayangkan media cetak maupun elektronik. Begitu pula dengan berita kemanusiaan lain seperti kasus Rohingya, Papua, dan sebagainya. Apakah kita masih kurang cukup bukti bahwa umat Islam sedang dianiaya?

Saya mencari tau siapa itu Bashar Assad. Tapi tertunda. Nanti akan saya ulas, in sya Allah.

Hari ini, kembali saya melihat banyak foto anak berbaju merah itu bertebaran di linimasa media sosial, bahkan ada yang menjadikannya sebagai foto profil. Ya Allah, tidak sangup saya melihatnya. *sembunyikan berita* 
Nelly..Nelly..bagaimanapun kau tidak ingin mellihat gambar maupun video mengenai anak itu, peristiwa menyedihkan itu sudah terjadi....sudah terjadi... dan masih terjadi di belahan bumi Suriah... kelaparan..kehausan..tidak punya rumah..tidak nyaman...

Ya Allah, semoga Engkau tempatkan mereka pada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang tiada lagi lapar dan haus berkepanjangan, yang dapat beribadah untukMu dengan nyaman, yang tersedia apapun yang mereka inginkan....
Ampuni kami, yang baru hanya bisa sekedar sedih...... :'(
Kasihani kami, yang bahkan mencium bau surga pun belum tentu bisa.... 

----

Sekarang, apa yang bisa kita lakukan? Kita berada jauh dari mereka.
Sedih memang. Kita terbiasa dengan berbagai kemudahan, keleluasaan, kesenangan, keleletan.
Kita yang seharusnya lebih menyesali diri. Di tengah keluangan waktu, fisik yang sehat dan iklim yang nyaman untuk beraktivitas, kita sering menyiakan kesempatan itu. Menyiakan waktu. Kita yang seharusnya bisa shalat tepat waktu, tetapi lebih memilih menunda hingga hampir sampai waktu shalat berikutnya demi memuaskan nafsu kita akan pekerjaan atau aktivitas lain yang sebenarnya justru bisa ditunda sejenak untuk shalat. Kita yang seharusnya bisa bersyukur banyak-banyak dengan ketersediaan makanan/minuman yang layak, justru memilih memilih-milih makanan/minuman yang kita asup. Bukannya menikmati makanan/minuman yang ada, kita malah mencari sesuatu lain yang lebih lebih lebih enak demi memuaskan nafsu akan beragam jenis makanan/minuman. Kita yang seharusnya bisa berbahagia memanfaatkan kesempatan mengurus anak-anak, bersilaturahim dengan orang tua, sanak saudara maupun 'keluarga jauh', justru menyiakan kelowongan yang Allah berikan. dst...


Kita sudah selayaknya bersyukur dan bersabar. Bersyukur dengan mengisi waktu kita saat ini dengan hal-hal yang full manfaat. Bersabar dengan segala kekurangan yang masih dirasakan. Kita tidak perlu merasakan kelaparan dan kehausan yang keterlaluan, kita tidak perlu menghadapi peluru panas, kita tidak perlu menghadapi ketakutan akan kematian, kita tidak perlu merasa demikian sedih sehingga harus memutuskan pergi dari negeri kita dengan cara yang 'tidak layak', seadanya. Ya Allaaah....

Jika ada rezeki yang kita rasakan berlebih, boleh juga kita salurkan sebagian dari rezeki kita ke lembaga sosial yang kita yakini dapat menjadi perpanjangan tangan kita untuk bersua *secara tidak langsung* dengan korban kemanusiaan dimanapun berada. yakinlah, ada banyak lembaga yang serius mau membantu ke arah sana.

Nak, 
kau yang terdampar di sana,
dingin,
berbaju merah..
maafkan jika kami di sini kurang berempati pada 
kesusahan yang dialami negerimu

Wahai diri,
bersyukurlah
teruslah belajar mengenal dirimu
agar selangkah demi selangkah kau tunduk patuh mengenal Tuhanmu
agar tidak ragu kau mengulur bantu
sedikit banyak untuk mereka yang hidup tidak senyaman kau

Wahai diri,
jangan tutup diri
terimalah kenyataan bahwa memang
banyak bencana kemanusiaan di dunia ini
teruslah bersyukur bersyukur dan bersyukur
isi kesyukuranmu dengan
ikhlas beribadah
sabar berusaha
ringan bersedekah
royal mendo'akan sesama muslim
menjaga lisan dan perbuatan
selalu bertanya pada hati
meluruskan niat
dan selalu ingat, akan syahadat
hingga akhir hayat

----

Tragedi Suriah, Tragedi Kemanusiaan.
Penderitaan mereka di dunia sudah berakhir, sedangkan kita, sesungguhnya masih tenggelam. Dalam lalai....