nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Senin, 20 Agustus 2018

Wajahmu dalam Mimpiku

kulihat wajahmu dalam mimpiku
wajah yg sama
seperti yang sedang kurindu

kulihat wajahmu dalam mimpiku
persis, wajah yang dulu selalu mengingatkanku akan surga
mengingatkanku akan arti kejujuran, ketulusan, pengertian, perjuangan, dan kecintaan pada Ilahi

kulihat wajahmu dalam mimpiku
beberapa hari ini
saat penat memggerayangi pikiranku
mengerem kelincahanku
mematahkan semangatku
kau tibatiba datang
benarbenar tanpa kuundang

kau datang begitu saja dalam mimpiku
apakah kau juga menyadari
bahwa saudaramu yang payah ini
sedang kebingungan
lebih parah dari sekedar linglung
apakah kau yang nun jauh di sana, ditambah lama pula kita tak bersua, masih mengingatku?
apakah kau juga merasakan kerinduan yang sama denganku?
apakah kau masih bertahan seperti dulu?

wajahmu yang datang dalam mimpiku
begitu tenang,
sangat tentram,
pun seolah menatap tajam pada sosokku yang sekarang.
padahal kau sangat tau bahwa
aku,
cukup dengan lirikanmu yang serupa gadis pingitan ingin berjumpa kekasih segera esok hari saat berjanji suci
aku sudah paham

kawan,
wajahmu sungguh
menamparku

kawan,
harusnya cukup dengan membuka kenangan wajah-wajah kalian kala itu
sudah mampu menguatkanku
tapi ternyata belum cukup

maka inilah segenap kesadaranku mengakui
ternyata kau hadir dalam mimpimimpiku
untuk merangkulku kembali
memelukku lama beberapa jam dalam lelap nan tenang tanpa interupsi
membiarkan agar aku benarbenar berhasil meraih energi
untuk kembali bugar saat kembali kubuka mataku

wajahmu yang hadir dalam mimpiku,
TERIMA KASIH

00:22 / 21 Agustus 2018
ditemani rindu yang amat menyengat

Minggu, 17 Juni 2018

Maaf dan Syukur

maaf,
apa yang terbesit dalam lintasan hatimu mengenai 'maaf'?
.
.
pernahkah, kau meminta atau memberikan 'maaf'? baik pada dirimu sendiri atau orang lain
atau pada tanaman-tanaman yang sengaja/tidak kau injak-petik lalu rusak
pada langit yang sering kau pandangi diam-diam
pada hujan yang sering kau salahkan
pada makanan yang kau cela terus-terusan
pada waktumu yang bukan sekali dua, kau buang-buang
pada jalanan macet yang kau bilang mengganggu rencanamu tiba di suatu tempat tepat waktu
pada subuhmu yang melulu terlambat, atau terlewat?
pada pagi yang memaksamu bertemu kembali dengan aktivitas yang sama: kerja kerja kerja
pada terik matari yang membuatmu berkeringat dan pusing kepala
pada perutmu yang selalu merasa lapar dan dahaga yang tak berkesudahan
pada mulutmu yang tidak mau sinkron dengan pikiranmu ketika mengeluarkan kata
pada perasaan gugupmu saat perlu berbicara dengan banyak orang
pada kakakmu, adikmu, yang kau anggap lebih disayang
pada keluargamu yang tidak lupa dan bosan menanyakan si dia -yang bahkan kau sendiri pun tak tahu-, setiap kali bertemu
pada masa, yang kau rasakan begitu cepat berlalu
pada kesedihan-kesedihan, yang menutupi kebahagiaan-kegembiraan yang baru saja hendak kau nikmati seorang diri
pada sekian banyak hal lainnya, yang tak mampu dirinci walau ditulis sepanjang hidupmu
.
.
pernahkah kau sejenak tadabburi
bahwa sejalan dengan 'maaf' itu
ada tak hingga 'syukur' yang sering kau abaikan

~ba'da subuh, lebaran hari ke-4~

Rabu, 09 Mei 2018

Menjadi Blogger

Apakah menjadi blogger itu mempunyai syarat-syarat tertentu? Entahlah. Saya sendiri tidak terlalu ambil pusing dengan istilah itu. Saya tidak perduli apakah saya termasuk blogger atau bukan. Yang jelas saya hanya ingin menulis. Menulis untuk ... *nah bingung untuk apa* 
Untuk diri sendiri
Untuk orang lain yang kebetulan singgah dan membaca tulisan centang perenang ala saya
Untuk sekedar meluahkan apa yang ada dalam hati
Untuk menyatakan sikap
Untuk belajar
Untuk mengisi kekosongan
Untuk memberanikan diri
Untuk.... Ah saya juga gak mau ambil pusing ini blog untuk apa. Haha.
*random banget*
Sebenarnya juga gak mau ambil pusing dengan pilihan kata yang tertulis dalam blog super sederhana ini. Gak peduli dengan konsep apa yang mau dipamerkan di sini. Gak peduli tagging/label apa yang perlu dipilah di sini. Gak peduli...gak peduli..gak peduli...
Tapi justru tulisan sebelum ini menunjukkan kerisauan saya akan ketidakpedulian saya pada pengakuan bahwa saya tidak peduli. 

Saya hanya bertanya sambil menulis ini. Ya, bertanya pada diri sendiri *atau pada yang kebetulan singgah membaca*, apakah harus ada batasan dalam mengisi blog ini? Apakah harus ada pengelolaan khusus. Jawabannya bisa pendek dan bisa meluas kemana-mana. Tergantung isi kepala dan kondisi hati saya -sebagai penulis- saat ini haha. 

Menurut saya, menulislah setulusnya. Menulislah untuk mengasah otak, untuk belajar mengelola emosi, untuk merasai dan menikmati sensasi keraguan yang tiba-tiba datang saat hendak menulis-sedang menulis-akan menayangkan tulisan *apakah akan ditayangkan, disimpan, atau dihapus*, untuk menyadari bahwa ternyata kata-kata yang kita tumpahkan banyak yang tidak efektif-efisien-bermanfaat sehingga kita berulangkali harus menulis-kemudian menghapus-lalu menuliskan kembali kata/kalimat yang sama dengan sebelumnya atau menggantinya dengan kata/kalimat baru yang lebih terasa 'pas', untuk mencari-cari dan memilah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang sebenarnya ingin kita sampaikan dalam tulisan kita *sehingga kita eh bukan..orang-orang yang kebetulan singgah membaca --> kan lagi-lagi perasaan bahwa akan ada orang yang -entah siapa- akan membaca tulisan acakadut kita yang mau tidak mau ikut kita masukkan dalam berbagai pertimbangan dalam proses menyusun tulisan <--, untuk menayangkan tulisan ini kemudian mengulang membacanya lalu mengeditnya lagi dan ditayangkan lagi dst. 

Ah sudahlah.
Tampaknya semakin ingin saya menjelaskan melalui tulisan, semakin semrawut dan tidak beraturan tulisan ini. Semakin memprihatinkan. Semakin terkuak antara judul dengan isi tulisan tidak berhubungan sama sekali. Ckck...

Tapi, nanti-nanti, besok-besok, jangan kapok menulis lagi ya. 
Lanjutkan...lanjutkan...lanjutkan...

Rumusnya tetap sama kok: TULIS-TULIS-TULIS!
100518~02:36 

Berubah


Ada banyak hal yang berubah. Sungguh terasa. Sebenarnya sudah lama. Entah, saya sendiri seolah tidak mau mendengarkan teriakan dan bisikan-bisikan hati yang mengatakan ini itu ngunu ngene mrene mrono. Argh.. ya, padahal hati sendiri.

Menulis, seperti sesuatu hal yang dilakukan. Seperti kita tidak pernah kenal sebelumnya. Sepertinya sedang kesemutan,  ba-al, mati rasa atau apalah namanya. Intinya KELU. Bukan tentang ide. Tapi tentang menulis itu sendiri yang tidak diiringi dengan aktivitas menulis. Tidak menghasilkan apa—apa selain kebingungan yang bercabang kemana-mana.

Rindu. Ya rasanya seolah sedang merindukan sesuatu memang. Tapi tidak tahu apa yang sedang dirindukan. Gak enak kan? Kepala kliyengan, mata berkunang-kunang *ini serius* tapi tetap tegar dan berbinar-binar saja kata orang-orang. Ugh, mereka tak tau rasanya ekstrovert yang harus berdiam diri lama tak bisa kemana-mana. Dipaksa menjadi introvert yang justru aktif saat sedang sendiri.

Tengah malam lewat sudah. Tapi tak bisa juga mata ini dipejamkan. Tetap saja terbayang banyak hal yang harusnya sudah selesai tetapi masih terkungkung dalam angan.

Kembali pada BERUBAH. Harusnya ke arah yang lebih baik ya Nel. Harusnya sudah khatam pembahasan kita pada apa yang menjadi cita-cita hakikimu. Harusnya sudah tidak ada kemalasan berbalut excuse dalam mencapainya. Harusnya hari-harimu diisi demi menguatkan langkah ke depan. Harusnya tidak ada pikiran pesimis sebelum benar-benar kau uji rencanamu.

--
Ini bukan keluhan. Ini adalah pengobatan. 
10 Mei 2018 ~ 02:03 WIB