nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Minggu, 18 Oktober 2015

Menang Tak Jadi Mulia, Kalah Tak Jadi Hina

Yap. Menurut saya, itulah yang terjadi dalam pertandingan sepak bola. Mengapa saya membahas sepak bola? Karena baru saja tadi malam Indonesia (sebagian kecil sih...gak semua juga yang 'merayakan') menyaksikan kemenangan Persib atas Sriwijaya FC dalam pertandingan sepak bola memperebutkan (deuh..) Piala Presiden 2015. Saya pribadi membuat artikel ini selaku orang yang tidak begitu menyukai sepak bola. Terserah deh yang gak suka ama pernyataan saya barusan ha ha... Lagipula, memang tidak ada yang aneh dengan pernyataan 'tidak suka sepak bola' kan?

Hm.
Sangat jarang terjadi, pertandingan sepak bola tidak ricuh, tidak rame. Kalo tidak rame ya mungkin gak enak ya.. secara suporter gitu loh.. ya gak bakal puas kalo tidak bersorak sorai saat pertandingan atau ketika hasil pertandingan sudah ada. Kalo tidak ricuh, ya bisa dibilang jarang. Apalagi untuk klub-klub yang mempunyai fans fanatik tanpa sikapp legowo yang mumpuni. Seringnya berakhir ricuh dan paling tidak ya berantem dikit lah.. heu... Saya memandangg hal ersebut dengan perasaan miris. Why? Hanya karena pertandingan sepak bola. Apalgi hanya sebagai penonton, suprter, fans atau apalah namanya...yang jelas bukan sebagai pemain utama... sampai rela berkelahi. Iya kalo hanya berkelahi dengan kata-kata, lha kalo sampai main fisik? Siapa yang rugi? Pemainnya? Oh come on, bukan dong ya... ya jelas penonton atau -apalah namanya, yang jelas bukan pemain utama- lah yang rugi. Sakit gitu loh dihantam fisiknya...

Bagi pihak klub yang menang, tidak lantas menjadikan mereka lebih mulia dari klub yang kalah. Dan sebaliknya, pihak klub yang kalah dalam pertandingan sepak bola. tidak juga menjadikan mereka hina di mata siapapun. Yang menjadikan suatu klub mulia, bisa jadi dua-duanya adalah, ketika mereka bermain dengan cara yang sportif dan fair play. Sedangkan suatu klub, bisa jadi juga dua-duanya, akan menjadi hina jika mereka bertindak semena-semaunya-tidak lagi memperdulikan aturan saat bertanding. Bukan skor akhirnya. Lalu bagaimana jika permainan sudah berjalan dengan baik, kan tetap ada pihak yang kalah atau menang? Ya kembali pada asas pertama. Tidak ada yang lebih mulia atau hina. Itu hanyalah permainan. Apa yang didapatkan? Kepuasan? Trus apa? Kebanggaan? Buat apa?

Kita berbaik sangka, mereka semua, baik pemain utama dan kru beserta penonton dkk yang muslim, tidak meninggalkan kewajiban shalat lima waktu. Semoga mereka tetap dimudahkan menjalankan kewajiban itu dan tidak terlena dengan keriangan permainan. Jika saat ramai-ramai itu justru menjadikan pembenaran 'tidak shalat lima waktu', itulah sejatinya definisi hina sebenarnya. 

Saran saya sih, buat semua, termasuk diri saya sendiri.
Gak usah lebay suka ke sesuatu, dalam hal ini permainan sepak bola. Secukupnya saja. 
Selayaknya artis, yang menjadikan mereka tenar (atau juga kaya), salah satunya adalah karena peran fans. Karena fans mereka mempunyai bargain position. Dianggap bagus. Padahal? Itu semua semu. Ya gak sih?

Ya terserah kalo ada yang bilang saya naif. 
Yang jelas, saya pribadi sudah lumayan cukup tidak mempunyai 'idola' di dunia begitu. Kalo dulu, mungkin iya, saya pernah nge-fans sama BSB, Westlife, Winnie the Pooh, Micky Mouse, Raihan, Siti Nurhaliza (lahhh....) Alhamdulillah semua sudah berakhir. 

Saya pernah suka bola. Pas piala dunia 2002. Udah gitu aja. Selebihnya tidak ada yang saya ingat kecuali Arab Saudi yang kalah telak dengan Jerman hingga 8-0 atau pemain tertentu seperti Klose dari Jerman atau Umit Davala yang nyentrik dari Turki (sampai nama boneka biksu say adulu dinamakan UD). Seru sih, ya pas itu aja. Tidak sampai tergila-gila.

Apalagi ketika tau bahwa sangat mengidolakan seseorang itu akan dekat pada syirik.

Kadang saya pikir kita ni generasi galau juga.
Di satu sisi, sangat peduli pada asap di Kalimantan Sumatra, tapi di sisi lain berlebih-lebihan merayakan sesuatu yang tidak urgen dan semu semacam epuhoria sepak bola ini. Kayak negara yang tidak ngepas. Ya itu tadi, LEBAY.

#dahgituaja





Jumat, 16 Oktober 2015

[InfoLomba] LOMBA CIPTA CERPEN DAN PUISI FESTIVAL SASTRA ISLAM NASIONAL 2015

[meneruskan informasi]

Sebagai salah satu rangkaian Festival Sastra Islam Nasional (FSIN) 2015, Forum Lingkar Pena menyelenggarakan Lomba Cipta Cerpen dan Puisi dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

Syarat:

1. Peserta adalah warga negara Indonesia dan memiliki kartu identitas (KTP/KTM/SIM/Kartu Pelajar atau Pasport Indonesia).

2. Peserta hanya boleh mengirimkan satu karya cerpen atau puisi dengan ketentuan:

a. Tema: Bebas (tidak menyinggung unsur SARA).

b. Peserta mengirim naskah melalui email dengan subyek LOMBA CERPEN/ PUISI FSIN 2015 ke: flp.fsin2015@gmail.com dengan dilampiri dua file. Satu file berisi cerpen atau puisi yang dilombakan (tanpa mencantumkan nama penulis dalam tulisan cerpen atau puisi) dan satu file formulir peserta*. Serta hasil scan kartu identitas dan foto diri yang jelas.

c. Cerpen atau puisi yang dilombakan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya, baik di media cetak maupun portal dan blog pribadi.

d. Cerpen atau puisi tidak sedang diikutkan dalam perlombaan yang sama.

e. Cerpen atau puisi adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan sebagian atau seluruhnya.

f. Cerpen atau puisi diketik dengan menggunakan huruf Times New Roman, font 12, pada kertas A4 dengan spasi 1,5 margin 3 cm dari atas, 4 cm dari kiri, 3 cm dari bawah, 3 cm dari kanan, dengan jumlah minimal 5 halaman dan maksimal 10 halaman (cerpen), maksimal 1 halaman (puisi) .

3. Batas akhir pengiriman naskah adalah tanggal 30 November 2015 pukul 23.59 WITA.

Hadiah:

Cerpen terbaik 1 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 3.000.000,- + sertifikat + paket buku
Cerpen terbaik 2 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 2.000.000,- + sertifikat + paket buku
Cerpen terbaik 3 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 1.000.000,- + sertifikat + paket buku

Puisi terbaik 1 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 3.000.000,- + sertifikat + paket buku
Puisi terbaik 2 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 2.000.000,- + sertifikat + paket buku
Puisi terbaik 3 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 1.000.000,- + sertifikat + paket buku

Pengumuman:

Pemenang lomba penulisan cerpen akan diumumkan pada 12 Desember 2015 atau pada saat penutupan Festival Sastra Islam Nasional 2015 di Makassar dan www.festivalsastraislamnasional.com

*Formulir bisa didownload di website http://festivalsastraislamnasional.com/lomba-cipta-cerpen-dan-puisi-fsin-2015/

Narahubung:

SMS/WA: 0852 4040 6631 (Ismi)

Sumber :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=907932602634068&substory_index=0&id=505921112835221

Rabu, 14 Oktober 2015

Terima dan Jaga Fitrah Anak

Pada syukuran di rumah baru rekan lingkaran cinta saya di KDW, kami berkesempatan mendengarkan pemaparan salah satu praktisi konseling anak dan remaja. Ibu Neneng namanya. Dalam usia yang masih tergolong muda dan produktif, 35 tahun, pengalaman beliau dalam menangani anak dan remaja sudah cukup luas. Walaupun mungkin kiprahnya tidak terlalu dikenal atau menjadi selebritis parenting di dunia maya.

Salah satu hal yang beliau sampaikan adalah mengenai fitrah anak.

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah sholallaahu 'alaihi wasallam telah bersabda:

مَا مِنْ مَوُلُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتِجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟

“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian?melihat darinya buntung (pada telinga?)

Bagaimana menurut kita, apakah yang disebut fitrah itu?
Sebagian besar kita mungkin menyatakan bahwa fitrah itu selayaknya : kertas putih. Anak yang baru lahir itu masih suci bagai kertas putih. Benar tidak?
Padahal manusia yang baru dilahirkan pun, sudah membawa bekal dari Allah. Bekal pengetahuan dan potensi dalam dirinya. Bagaimana kita menjelaskan, mengenai anak menangis ketika bar dilahirkan? Atau bagaimana si anak mengetahui cara menyusu? Bagaimana anak bisa merasa tidak nyaman? Bukankah hal itu menunjukkan bahwa mereka sebenarnya sudah dibekali pengetahuan dasar awal untuk hidup? Lantas mengapa banyak yang sepakat dengan pernyataan anak itu bagai kertas putih?

Yang bisa diibaratkan kertas putih itu adalah robot. Dia memang dari awal tidak tau apa-apa, dan siap diprogram sesuai kemauan programernya. Lha anak? Ternyata mereka kan punya kecenderungan, punya kesukaan, punya kebebasan untuk memilih yang ia sukai, dan sebagainya.

Fitrah anak, jika suatu waktu, ia merasa jengkel akan sesuatu hal atau kejadian yang dialaminya. Sikap kita sebagai orang tua yang pastinya lebih dulu lahir ke dunia ini adalah...menerimanya. Menerima kekesalan mereka dan membiarkan mereka sejenak melampiaskan kekesalannya. Sebaiknya, jangan langsung di-cut, diarahkan ke lain hal sesuai kemauan kita atau kepada sesuatu yang kita anggap benar. Biarkan dulu mereka mengeluarkan unegnya. Tentu kita temani juga dengan sikap °ya, kami sedang mendengarkanmu°.

Seringkali yang terjadi adalah, orang tua tidak membiarkan anak-anak untk melepas energi negatif yang sedang terjadi dalam dirinya. Sering, para orang tua memotong emosi mereka dan mulai banyak mrenasihati, seolah hal itu adalah solusi jitu untuk mengatasi masalah. Padahal, belum tau benar apa duduk masalahnya. Anak-anak mungkin saja menurut opada nasihat orang tuanya, tetapi jiwanya masih tetap kelam dan tidak mengerti akan sikap yang tepat jika kelak dihadapkan kembali pada masalah yang sama. Jiwanya tetap rapuh.

Alangkah baiknya, jika anak sudah mengeluarkan resah yang ia rasakan, barulah kita jaga fitrahnya. Fitrah kebaikan. Jangan lupa untuk mengusap mereka, anak-anak itu. Ketika emosi mereka mereda, barulah kita gali akar masalah sebenarnya. Kita posisikan diri sebagai fasilitator yang bukan menentukan jawaban. Tapi, 'mengejar' anak dengan pertanyaan retoris. Karena adakalanya, sering malah, anak-aak hanya perlu diarahkan pada solusi.

Tulisan ini masih abstrak sekali. Mungkin kita (saya) bisa langsung praktik ^^
Hal terpenting pula adalah, kita memang harus stok sabar dan tahan emosi sekuat mungkin. Pembentukan karakter dan akhlak yang baik itu bukan perkara mudah tidak juga sulit, bukan sebentar tapi bisa jadi juga tidak perlu lama-lama. Kita perlu terus mengembangkan metode yang pas, dengan pendekatan psikologi yang tepat; sesuai sasaran.

Ingat, bahwa anak telah membawa fitrah kebaikan dalam dirinya. Potensi baik atau buruk, itu harus tetap kita arahkan kepada akhlak mulia melalui pembiasaan sehari-haru, sejak dini. Sedini mungkin.

Minggu, 04 Oktober 2015

Fatimah membawakan BLUE BIRD dan menang!

Yang menyukai serial Naruto pastinya tau dengan OST Blue Bird yang ini :))

~*Habata itara modoranai to ittte*~
( kau mengatakan jika kau bisa terbang, kau tidak akan turun kembali )
~*Mezashita no wa aoi aoi ano sora*~
( kau menuju ke arah biru langit biru )

~* “Kanashimi” wa mada oboerarezu*~
( Tidak pernah mengingat “Kesedihan” )
~* “Setsunasa” wa ima tsukami hajimeta*~
( Sekarang baru mulai memahami “Rasa Sakit” )
~*Anata e to daku kono kanjou mo*~
( Bahkan perasaan ini telah kusentuhkan padamu )
~*Ima “kotoba” ni kawatte iku*~
( sekarang hanya berubah menjadi “Kata-kata” )

~*Michi naru sekai no yume* kara mezamete*~
( Ketika kau terbangun dari dunia mimpi tak dikenal )
~*kono hane wo hiroge tobitatsu*~
( Kepakkan sayapmu dan terbanglah pergi )

~*Habata itara modoranai to itte*~
( kau mengatakan jika kau bisa terbang, kau tidak akan turun kembali )
~*Mezashita no wa shiroi shiroi ano kumo*~
( Kau menuju ke arah putih awan putih )
~*Tsukinuketara mitsukaru to shitte*~
( Jika kau mencapainya, kau tahu akan menemukannya )

*Furikiru hodo aoi aoi ano sora*~
( Coba bebaskan dirimu ke biru langit biru )
~*aoi aoi ano sora*~
( Ke biru langit biru )
~*aoi aoi ano sora*~
( Ke biru langit biru )

~*Aisou sukita you na oto de*~
( Dengan suara seperti itu semua telah pergi )
~*Sabireta furui mado wa kowareta*~
( Jendela tua berkaratpun pecah )

~*Miakita kago wa hora sutete iku*~
( Lihat, kau begitu muak melihat tempat yang kau buang )
~*Furikaeru koto wa mou nai*~
( Tanpa pernah melihat kebelakang lagi )
~*Takanaru kodou ni kokyuu wo azukete** *~
( Denyut nadi yang bergerak cepat mencabut nafasmu )
~*Kono mado wo kette tobitatsu*~
( Kau menendang terbuka jendela itu dan terbang pergi )

~*Kakedashitara te ni dekiru to ittte*~
( Kau mengatakan jika terus berlari kau akan mendapatkannya )
~*Izanau no wa tooi tooi ano koe*~
( Kau terpengaruh oleh suara di kejauhan )
~*Mabushi sugita anata no te mo nigitte*~
( Sesuatu yang menyilaukan menangkap tanganmu )
~*Motomeru hodo aoi aoi ano sora*~
( Sampai kau mengejar ke biru langit biru )

~*Ochite iku to wakatte ita*~
( Aku tau kau telah terjatuh )
~*Soredemo hikari wo oi tsudzukete iku yo*~
( Tapi masih tetap terus mengikuti cahaya menyilaukan itu)

~*Habata itara modoranai to ittte*~
( Kau mengatakan jika kau bisa terbang, kau tidak akan turun kembali )
~*Sagashita no wa shiroi shiroi ano kumo*~
( Kau mencari putih awan putih )
~*Tsukinuketara mitsukaru to shitte*~
( Jika kau mencapainya, kau tahu akan menemukannya )

~*Furikiru hodo aoi aoi ano sora*~
( Coba bebaskan dirimu ke biru langit biru )

~*Aoi aoi ano sora*~
( biru langit biru)
~*aoi aoi ano sora*~
( biru langit biru )

--

Yoi, kemarin saya baru ngeh ada hijabers yang mengikuti kompetisi menyanyi yang diselenggarakan oleh NTV Jepang / Nippon Television. Fatimah yang memang suka memposting video amatir menyanyinya di youtube, memenangkan acara yang bertajuk 'Nodojiman The World' edisi ke-13 pada 30 September 2015 lalu. 

Suaranya lumayan okeh *dibandingkan ma suara saya sih masih menang....dia haha*
Nih videonya:



*ujungnya itu loh..khas penyanyi Indonesia haha*

Aslinya, OST tersebut dibawakan oleh Ikimono Gakari dengan vokalisnya yang juga adalah wanita. Pengucapan kedua versi ini mungkin sedikit berbeda, apalagi jika mendengar versi live-nya Ikimono Gakari, tapiiii gak mengganggu banget sih...

OST ini termasuk salah satu yang saya suka juga. Liriknya sedikit dan cukup mudah diikuti. He he. 

Yowis..iseng aja nulis ini. 
Btw, Fatimah, gak salah pilih lagu ini. Semangat :))

Ni video pengumuman skor


Apakah dengan menyanyi ini, Fatimah benar mengharumkan nama Indonesia? Tergantung darimana person yang menilainya juga sih hoho.. Kalo saya sih cukup senang dan biasa aja. Semoga disamping menyanyinya bagus, beliau juga semangat mengaji. Walau banyak yang menyatakan, dua hal itu tidak akan menyatu utuh. Namun, biarlah kita menyaksikan itu sebagai sebuah proses dirinya menuju kebaikan juga. Masing-masing orang juga kan beda-beda dalam mencapai sesuatu. Kita do'akan saja yang terbaik untuk Fatimah :))

Kamis, 01 Oktober 2015

Pe Ka I

Hai anak muda, pernahkah kau menonton film berjudul PENGKHIATAN G-30 S PKI? Film yang disusun oleh PPFN ini sangat mengoyak hati. Menyedihkan. Tentu saja, membuat kita benci akan PKI.

Generasi 90-an, bukan hanya diingat dari hal-hal lucunya saja. Semacam gambar-gambar ini...
(kumpulan gambar G-90..gugling aj ah..gk mau nampilin di sini >.<)
Tapi juga dengan sebuah film tentang pengkhianatan PKI terhadap negara kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1965. Generasi 90-an pastilah pernah disodorkan tayangan film yang wajib tayang setiap tanggal 30 September ini. Dulu, saya tidak pernah nonton dari awal sampai selesai. Ngeri. Hiks. Tapi, dengan banyaknya fenomena 'bangga memakai aksesoris palu dan arit'  di kalangan anak muda saat ini, saya memberanikan diri untuk menonton kembali film ini dari awal sampai akhir. Ingin membuka lagi mata hati saya akan kebiadaban komunis di Indonesia. Agar saya tidak ikut termakan monggoisasi dan main-main perkara ini.

Berikut tayangan yang saya tonton melalui situs youtube.

Subhanallaah..
Saya gak kuat menahan tangis. Ya Allah ini hanya sebagian dari gambaran nyata yang ditampilkan dalam film. Bagaimana kenyataannya? Tentu lebih mengerikan.

Jika sekarang, mulai merebak lagi gerakan ini...saya pribadi akan menolak. 
Suka gerakan kejam komunis itu gak cool sama sekali, termasuk memakai simbol palu dan arit. Buat apa?
Suka heran dengan kelakuan remaja masa kini. Yang keblenger malah dipandang keren. 

Ya, mungkin memang mereka kurang model. Kurang teladan nyata. Kurang kasih sayang. Dan mungkin mereka lelah dengan semua topeng orang-orang terdahulunya. Mereka juga adalah korban. Sedih!

Beberapa hari terakhir ini saya membaca *sepertinya dah lama juga sih ah* mengenai pernyataan 'perlukah negara meminta maaf?' What? Gak salah? Saksi mata yang bahkan masih hidup pun, menyatakan kengerian mereka menyaksikan kekejaman PKI di masa bergeraknya. Kita yang diserang, dikoyak-koyak, diperlakukan tidak manusiawi, bahkan sampai melecehkan agama, malah justru harus minta maaf pada mereka? Gak salah? Ha to the loooo...


#dahgituaja
*tulisan dah jadi draft dari tengah september..tapi karena memang hanya tau dari membaca...saya tidak mau berkomentar banyak --> hehe.. padahal di atas ya lumayan panjang lah untuk ukuran orang ngomel-ngomel*