nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Senin, 07 Desember 2015

sekedarenung

perjalanan yang tidak berjeda
lagi-lagi-lagi
meninggalkan kesayangan
berpisah sejenak
untuk bertemu kembali setelah usai menyelesaikan urusan
yang sebenarnya mudah
tapi ternyata labirin

pagi buta atau jelang malam
disambangi
mau saja

penatnya tuh di sini
:tengkuk

bahagianya tuh ada saja
kesalnya juga ada : tapi tidak perlu dirisaukan panjangpanjang
ceritanya lebar
jadi tau beberapa hal
tidak banyak
karena sebagian besar hanya keluh

manusia manusia...
syukurnya jangan dihentikan
senyumnya jangan dihilangkan
hikmahnya jangan dicampakkan
kerjanya jangan malasmalasan

kelam
puing. nguing.
berpadu riuh
tapi merupa irama yang asa teduh

-argojati 17:15/19:58-

Kamis, 19 November 2015

Keberanian, memang milik kalian, Palestina!

Ya Allah,
Betapa kami sangat terlena kehidupan dunia. Terlena kehidupan sementara di dunia, tepat di tempat kami berpijak saat ini, di bumi bagian Indonesia. Negeri yang konon katanya kaya raya, berlimpah sumber daya alam, penuh orang-orang ramah, punya banyak daerah wisata, dan...sudah bebas dari perang.

Oh ya?
Apakah kita tidak menyadari, bahwa justru saat ini kita sedang berhadapan dengan lawan perang yang sesungguhnya. Diri kita sendiri! Perang dengan pemikiran kita yang mudah terbawa giringan berita. Perang dengan kemalasan diri kita sendiri untuk tidak lalai belajar, belajar mengenai bekal akhirat dan dunia. Perang melawan rasa takut kita sendiri untuk keluar dari ruang nyaman. Perang melawan perasaan ingin melupakan rasa sakit dan penderitaan yang tidak ingin kita rasakan sebagaimana orang lain -atau katakanlah orang-orang yang bangsanya sedang ditimpa bencana perang fisik-. Ngeri? Ngeri bukan?

Saat ini, saudara-saudara muslim maupun masyarakat umum di Palestina, Syiria, Irak, Bangladesh, Burma, Rohingya, sudah jelas kita ketahui sedang disiksa penjajahnya. Belum lagi saudara kita yang lain dimanapun berada, yang juga mengalami kondisi menyedihkan: kelaparan, kegalauan ekonomi, ditelantarkan, kepayahan, dan sebagainya. Oke, tidak jauh-jauh...bagaimana dengan tetangga kita? Sudahkah kita senang kenyang, tapi mengabaikan tetangga yang kelaparan, kerepotan?

Saya,
Tertegun melihat orasi anak perempuan ini.

Tidak ada nada gentar dalam kalimatnya. Hanya satu: yakin. Begitu percaya diri. 

Jika seusia belia itu saja bisa mengerti kondisi bangsanya saat ini, bagaimana dengan kita yang sudah lebih dulu dilahirkan? Yang sudah dibentangkan banyak kesempatan untuk mencari tau dan membantu. Gentar. Ya gentar, tidak seperti mereka. Apa perlu kita langsung ke Palestina untuk merasakan diperangi, baru benar yakin tentang berita Palestina?

Itu baru satu kondisi. Jika mau, banyak video lain. Dan tentu saja itu bukan settingan. 

Ya Allah,
Sesungguhnya kamilah yang patut mengasihani diri kami sendiri. Atas semua ketidakacuhan pada saudara sesama muslim yang sedang disiksa dikepung sedemikian hingga dihadapkan pada kesedihan yang bertubi-tubi. Keimanan mereka sungguh teruji. Berbeda dengan kami, yang baru tidak dibayar semestinya saja sudah mencak-mencak merasa mendapat upah yang tidak layak padahal sudah bekerja dengan sangat baik (padahal itu uga penilaian subjektif). 

Sesungguhnya kamilah yang patut berbahagia dapat belajar dengan nyaman. Dapat mengaji dengan sepuasnya : guru ada, akses informasi mudah, alat pendukung ada, lingkungan segar dan sebagainya. Tapi nyatanya, justru kami yang kalah jauh dari mereka yang sedang dalam masa sulit. Kami sungguh benar-benar terlena. 

Palestina, keberanian memang milik kalian.



Duhai Allah, semoga muslim dimanapun berada, yang terpaksa harus merasakan dampak dikucilkan, diremehkan, dilecehkan atau sejenisnya, bisa bersabar atas semua yang terjadi dan tetap bisa menjaga akhlaknya. Hanya pada-Mu lah kami berdo'a dan memohon ampun. Engkaulah sebaik-baik penjaga dan penentu segalanya.

Minggu, 18 Oktober 2015

Menang Tak Jadi Mulia, Kalah Tak Jadi Hina

Yap. Menurut saya, itulah yang terjadi dalam pertandingan sepak bola. Mengapa saya membahas sepak bola? Karena baru saja tadi malam Indonesia (sebagian kecil sih...gak semua juga yang 'merayakan') menyaksikan kemenangan Persib atas Sriwijaya FC dalam pertandingan sepak bola memperebutkan (deuh..) Piala Presiden 2015. Saya pribadi membuat artikel ini selaku orang yang tidak begitu menyukai sepak bola. Terserah deh yang gak suka ama pernyataan saya barusan ha ha... Lagipula, memang tidak ada yang aneh dengan pernyataan 'tidak suka sepak bola' kan?

Hm.
Sangat jarang terjadi, pertandingan sepak bola tidak ricuh, tidak rame. Kalo tidak rame ya mungkin gak enak ya.. secara suporter gitu loh.. ya gak bakal puas kalo tidak bersorak sorai saat pertandingan atau ketika hasil pertandingan sudah ada. Kalo tidak ricuh, ya bisa dibilang jarang. Apalagi untuk klub-klub yang mempunyai fans fanatik tanpa sikapp legowo yang mumpuni. Seringnya berakhir ricuh dan paling tidak ya berantem dikit lah.. heu... Saya memandangg hal ersebut dengan perasaan miris. Why? Hanya karena pertandingan sepak bola. Apalgi hanya sebagai penonton, suprter, fans atau apalah namanya...yang jelas bukan sebagai pemain utama... sampai rela berkelahi. Iya kalo hanya berkelahi dengan kata-kata, lha kalo sampai main fisik? Siapa yang rugi? Pemainnya? Oh come on, bukan dong ya... ya jelas penonton atau -apalah namanya, yang jelas bukan pemain utama- lah yang rugi. Sakit gitu loh dihantam fisiknya...

Bagi pihak klub yang menang, tidak lantas menjadikan mereka lebih mulia dari klub yang kalah. Dan sebaliknya, pihak klub yang kalah dalam pertandingan sepak bola. tidak juga menjadikan mereka hina di mata siapapun. Yang menjadikan suatu klub mulia, bisa jadi dua-duanya adalah, ketika mereka bermain dengan cara yang sportif dan fair play. Sedangkan suatu klub, bisa jadi juga dua-duanya, akan menjadi hina jika mereka bertindak semena-semaunya-tidak lagi memperdulikan aturan saat bertanding. Bukan skor akhirnya. Lalu bagaimana jika permainan sudah berjalan dengan baik, kan tetap ada pihak yang kalah atau menang? Ya kembali pada asas pertama. Tidak ada yang lebih mulia atau hina. Itu hanyalah permainan. Apa yang didapatkan? Kepuasan? Trus apa? Kebanggaan? Buat apa?

Kita berbaik sangka, mereka semua, baik pemain utama dan kru beserta penonton dkk yang muslim, tidak meninggalkan kewajiban shalat lima waktu. Semoga mereka tetap dimudahkan menjalankan kewajiban itu dan tidak terlena dengan keriangan permainan. Jika saat ramai-ramai itu justru menjadikan pembenaran 'tidak shalat lima waktu', itulah sejatinya definisi hina sebenarnya. 

Saran saya sih, buat semua, termasuk diri saya sendiri.
Gak usah lebay suka ke sesuatu, dalam hal ini permainan sepak bola. Secukupnya saja. 
Selayaknya artis, yang menjadikan mereka tenar (atau juga kaya), salah satunya adalah karena peran fans. Karena fans mereka mempunyai bargain position. Dianggap bagus. Padahal? Itu semua semu. Ya gak sih?

Ya terserah kalo ada yang bilang saya naif. 
Yang jelas, saya pribadi sudah lumayan cukup tidak mempunyai 'idola' di dunia begitu. Kalo dulu, mungkin iya, saya pernah nge-fans sama BSB, Westlife, Winnie the Pooh, Micky Mouse, Raihan, Siti Nurhaliza (lahhh....) Alhamdulillah semua sudah berakhir. 

Saya pernah suka bola. Pas piala dunia 2002. Udah gitu aja. Selebihnya tidak ada yang saya ingat kecuali Arab Saudi yang kalah telak dengan Jerman hingga 8-0 atau pemain tertentu seperti Klose dari Jerman atau Umit Davala yang nyentrik dari Turki (sampai nama boneka biksu say adulu dinamakan UD). Seru sih, ya pas itu aja. Tidak sampai tergila-gila.

Apalagi ketika tau bahwa sangat mengidolakan seseorang itu akan dekat pada syirik.

Kadang saya pikir kita ni generasi galau juga.
Di satu sisi, sangat peduli pada asap di Kalimantan Sumatra, tapi di sisi lain berlebih-lebihan merayakan sesuatu yang tidak urgen dan semu semacam epuhoria sepak bola ini. Kayak negara yang tidak ngepas. Ya itu tadi, LEBAY.

#dahgituaja





Jumat, 16 Oktober 2015

[InfoLomba] LOMBA CIPTA CERPEN DAN PUISI FESTIVAL SASTRA ISLAM NASIONAL 2015

[meneruskan informasi]

Sebagai salah satu rangkaian Festival Sastra Islam Nasional (FSIN) 2015, Forum Lingkar Pena menyelenggarakan Lomba Cipta Cerpen dan Puisi dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

Syarat:

1. Peserta adalah warga negara Indonesia dan memiliki kartu identitas (KTP/KTM/SIM/Kartu Pelajar atau Pasport Indonesia).

2. Peserta hanya boleh mengirimkan satu karya cerpen atau puisi dengan ketentuan:

a. Tema: Bebas (tidak menyinggung unsur SARA).

b. Peserta mengirim naskah melalui email dengan subyek LOMBA CERPEN/ PUISI FSIN 2015 ke: flp.fsin2015@gmail.com dengan dilampiri dua file. Satu file berisi cerpen atau puisi yang dilombakan (tanpa mencantumkan nama penulis dalam tulisan cerpen atau puisi) dan satu file formulir peserta*. Serta hasil scan kartu identitas dan foto diri yang jelas.

c. Cerpen atau puisi yang dilombakan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya, baik di media cetak maupun portal dan blog pribadi.

d. Cerpen atau puisi tidak sedang diikutkan dalam perlombaan yang sama.

e. Cerpen atau puisi adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan sebagian atau seluruhnya.

f. Cerpen atau puisi diketik dengan menggunakan huruf Times New Roman, font 12, pada kertas A4 dengan spasi 1,5 margin 3 cm dari atas, 4 cm dari kiri, 3 cm dari bawah, 3 cm dari kanan, dengan jumlah minimal 5 halaman dan maksimal 10 halaman (cerpen), maksimal 1 halaman (puisi) .

3. Batas akhir pengiriman naskah adalah tanggal 30 November 2015 pukul 23.59 WITA.

Hadiah:

Cerpen terbaik 1 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 3.000.000,- + sertifikat + paket buku
Cerpen terbaik 2 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 2.000.000,- + sertifikat + paket buku
Cerpen terbaik 3 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 1.000.000,- + sertifikat + paket buku

Puisi terbaik 1 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 3.000.000,- + sertifikat + paket buku
Puisi terbaik 2 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 2.000.000,- + sertifikat + paket buku
Puisi terbaik 3 akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 1.000.000,- + sertifikat + paket buku

Pengumuman:

Pemenang lomba penulisan cerpen akan diumumkan pada 12 Desember 2015 atau pada saat penutupan Festival Sastra Islam Nasional 2015 di Makassar dan www.festivalsastraislamnasional.com

*Formulir bisa didownload di website http://festivalsastraislamnasional.com/lomba-cipta-cerpen-dan-puisi-fsin-2015/

Narahubung:

SMS/WA: 0852 4040 6631 (Ismi)

Sumber :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=907932602634068&substory_index=0&id=505921112835221

Rabu, 14 Oktober 2015

Terima dan Jaga Fitrah Anak

Pada syukuran di rumah baru rekan lingkaran cinta saya di KDW, kami berkesempatan mendengarkan pemaparan salah satu praktisi konseling anak dan remaja. Ibu Neneng namanya. Dalam usia yang masih tergolong muda dan produktif, 35 tahun, pengalaman beliau dalam menangani anak dan remaja sudah cukup luas. Walaupun mungkin kiprahnya tidak terlalu dikenal atau menjadi selebritis parenting di dunia maya.

Salah satu hal yang beliau sampaikan adalah mengenai fitrah anak.

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah sholallaahu 'alaihi wasallam telah bersabda:

مَا مِنْ مَوُلُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتِجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟

“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian?melihat darinya buntung (pada telinga?)

Bagaimana menurut kita, apakah yang disebut fitrah itu?
Sebagian besar kita mungkin menyatakan bahwa fitrah itu selayaknya : kertas putih. Anak yang baru lahir itu masih suci bagai kertas putih. Benar tidak?
Padahal manusia yang baru dilahirkan pun, sudah membawa bekal dari Allah. Bekal pengetahuan dan potensi dalam dirinya. Bagaimana kita menjelaskan, mengenai anak menangis ketika bar dilahirkan? Atau bagaimana si anak mengetahui cara menyusu? Bagaimana anak bisa merasa tidak nyaman? Bukankah hal itu menunjukkan bahwa mereka sebenarnya sudah dibekali pengetahuan dasar awal untuk hidup? Lantas mengapa banyak yang sepakat dengan pernyataan anak itu bagai kertas putih?

Yang bisa diibaratkan kertas putih itu adalah robot. Dia memang dari awal tidak tau apa-apa, dan siap diprogram sesuai kemauan programernya. Lha anak? Ternyata mereka kan punya kecenderungan, punya kesukaan, punya kebebasan untuk memilih yang ia sukai, dan sebagainya.

Fitrah anak, jika suatu waktu, ia merasa jengkel akan sesuatu hal atau kejadian yang dialaminya. Sikap kita sebagai orang tua yang pastinya lebih dulu lahir ke dunia ini adalah...menerimanya. Menerima kekesalan mereka dan membiarkan mereka sejenak melampiaskan kekesalannya. Sebaiknya, jangan langsung di-cut, diarahkan ke lain hal sesuai kemauan kita atau kepada sesuatu yang kita anggap benar. Biarkan dulu mereka mengeluarkan unegnya. Tentu kita temani juga dengan sikap °ya, kami sedang mendengarkanmu°.

Seringkali yang terjadi adalah, orang tua tidak membiarkan anak-anak untk melepas energi negatif yang sedang terjadi dalam dirinya. Sering, para orang tua memotong emosi mereka dan mulai banyak mrenasihati, seolah hal itu adalah solusi jitu untuk mengatasi masalah. Padahal, belum tau benar apa duduk masalahnya. Anak-anak mungkin saja menurut opada nasihat orang tuanya, tetapi jiwanya masih tetap kelam dan tidak mengerti akan sikap yang tepat jika kelak dihadapkan kembali pada masalah yang sama. Jiwanya tetap rapuh.

Alangkah baiknya, jika anak sudah mengeluarkan resah yang ia rasakan, barulah kita jaga fitrahnya. Fitrah kebaikan. Jangan lupa untuk mengusap mereka, anak-anak itu. Ketika emosi mereka mereda, barulah kita gali akar masalah sebenarnya. Kita posisikan diri sebagai fasilitator yang bukan menentukan jawaban. Tapi, 'mengejar' anak dengan pertanyaan retoris. Karena adakalanya, sering malah, anak-aak hanya perlu diarahkan pada solusi.

Tulisan ini masih abstrak sekali. Mungkin kita (saya) bisa langsung praktik ^^
Hal terpenting pula adalah, kita memang harus stok sabar dan tahan emosi sekuat mungkin. Pembentukan karakter dan akhlak yang baik itu bukan perkara mudah tidak juga sulit, bukan sebentar tapi bisa jadi juga tidak perlu lama-lama. Kita perlu terus mengembangkan metode yang pas, dengan pendekatan psikologi yang tepat; sesuai sasaran.

Ingat, bahwa anak telah membawa fitrah kebaikan dalam dirinya. Potensi baik atau buruk, itu harus tetap kita arahkan kepada akhlak mulia melalui pembiasaan sehari-haru, sejak dini. Sedini mungkin.

Minggu, 04 Oktober 2015

Fatimah membawakan BLUE BIRD dan menang!

Yang menyukai serial Naruto pastinya tau dengan OST Blue Bird yang ini :))

~*Habata itara modoranai to ittte*~
( kau mengatakan jika kau bisa terbang, kau tidak akan turun kembali )
~*Mezashita no wa aoi aoi ano sora*~
( kau menuju ke arah biru langit biru )

~* “Kanashimi” wa mada oboerarezu*~
( Tidak pernah mengingat “Kesedihan” )
~* “Setsunasa” wa ima tsukami hajimeta*~
( Sekarang baru mulai memahami “Rasa Sakit” )
~*Anata e to daku kono kanjou mo*~
( Bahkan perasaan ini telah kusentuhkan padamu )
~*Ima “kotoba” ni kawatte iku*~
( sekarang hanya berubah menjadi “Kata-kata” )

~*Michi naru sekai no yume* kara mezamete*~
( Ketika kau terbangun dari dunia mimpi tak dikenal )
~*kono hane wo hiroge tobitatsu*~
( Kepakkan sayapmu dan terbanglah pergi )

~*Habata itara modoranai to itte*~
( kau mengatakan jika kau bisa terbang, kau tidak akan turun kembali )
~*Mezashita no wa shiroi shiroi ano kumo*~
( Kau menuju ke arah putih awan putih )
~*Tsukinuketara mitsukaru to shitte*~
( Jika kau mencapainya, kau tahu akan menemukannya )

*Furikiru hodo aoi aoi ano sora*~
( Coba bebaskan dirimu ke biru langit biru )
~*aoi aoi ano sora*~
( Ke biru langit biru )
~*aoi aoi ano sora*~
( Ke biru langit biru )

~*Aisou sukita you na oto de*~
( Dengan suara seperti itu semua telah pergi )
~*Sabireta furui mado wa kowareta*~
( Jendela tua berkaratpun pecah )

~*Miakita kago wa hora sutete iku*~
( Lihat, kau begitu muak melihat tempat yang kau buang )
~*Furikaeru koto wa mou nai*~
( Tanpa pernah melihat kebelakang lagi )
~*Takanaru kodou ni kokyuu wo azukete** *~
( Denyut nadi yang bergerak cepat mencabut nafasmu )
~*Kono mado wo kette tobitatsu*~
( Kau menendang terbuka jendela itu dan terbang pergi )

~*Kakedashitara te ni dekiru to ittte*~
( Kau mengatakan jika terus berlari kau akan mendapatkannya )
~*Izanau no wa tooi tooi ano koe*~
( Kau terpengaruh oleh suara di kejauhan )
~*Mabushi sugita anata no te mo nigitte*~
( Sesuatu yang menyilaukan menangkap tanganmu )
~*Motomeru hodo aoi aoi ano sora*~
( Sampai kau mengejar ke biru langit biru )

~*Ochite iku to wakatte ita*~
( Aku tau kau telah terjatuh )
~*Soredemo hikari wo oi tsudzukete iku yo*~
( Tapi masih tetap terus mengikuti cahaya menyilaukan itu)

~*Habata itara modoranai to ittte*~
( Kau mengatakan jika kau bisa terbang, kau tidak akan turun kembali )
~*Sagashita no wa shiroi shiroi ano kumo*~
( Kau mencari putih awan putih )
~*Tsukinuketara mitsukaru to shitte*~
( Jika kau mencapainya, kau tahu akan menemukannya )

~*Furikiru hodo aoi aoi ano sora*~
( Coba bebaskan dirimu ke biru langit biru )

~*Aoi aoi ano sora*~
( biru langit biru)
~*aoi aoi ano sora*~
( biru langit biru )

--

Yoi, kemarin saya baru ngeh ada hijabers yang mengikuti kompetisi menyanyi yang diselenggarakan oleh NTV Jepang / Nippon Television. Fatimah yang memang suka memposting video amatir menyanyinya di youtube, memenangkan acara yang bertajuk 'Nodojiman The World' edisi ke-13 pada 30 September 2015 lalu. 

Suaranya lumayan okeh *dibandingkan ma suara saya sih masih menang....dia haha*
Nih videonya:



*ujungnya itu loh..khas penyanyi Indonesia haha*

Aslinya, OST tersebut dibawakan oleh Ikimono Gakari dengan vokalisnya yang juga adalah wanita. Pengucapan kedua versi ini mungkin sedikit berbeda, apalagi jika mendengar versi live-nya Ikimono Gakari, tapiiii gak mengganggu banget sih...

OST ini termasuk salah satu yang saya suka juga. Liriknya sedikit dan cukup mudah diikuti. He he. 

Yowis..iseng aja nulis ini. 
Btw, Fatimah, gak salah pilih lagu ini. Semangat :))

Ni video pengumuman skor


Apakah dengan menyanyi ini, Fatimah benar mengharumkan nama Indonesia? Tergantung darimana person yang menilainya juga sih hoho.. Kalo saya sih cukup senang dan biasa aja. Semoga disamping menyanyinya bagus, beliau juga semangat mengaji. Walau banyak yang menyatakan, dua hal itu tidak akan menyatu utuh. Namun, biarlah kita menyaksikan itu sebagai sebuah proses dirinya menuju kebaikan juga. Masing-masing orang juga kan beda-beda dalam mencapai sesuatu. Kita do'akan saja yang terbaik untuk Fatimah :))

Kamis, 01 Oktober 2015

Pe Ka I

Hai anak muda, pernahkah kau menonton film berjudul PENGKHIATAN G-30 S PKI? Film yang disusun oleh PPFN ini sangat mengoyak hati. Menyedihkan. Tentu saja, membuat kita benci akan PKI.

Generasi 90-an, bukan hanya diingat dari hal-hal lucunya saja. Semacam gambar-gambar ini...
(kumpulan gambar G-90..gugling aj ah..gk mau nampilin di sini >.<)
Tapi juga dengan sebuah film tentang pengkhianatan PKI terhadap negara kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1965. Generasi 90-an pastilah pernah disodorkan tayangan film yang wajib tayang setiap tanggal 30 September ini. Dulu, saya tidak pernah nonton dari awal sampai selesai. Ngeri. Hiks. Tapi, dengan banyaknya fenomena 'bangga memakai aksesoris palu dan arit'  di kalangan anak muda saat ini, saya memberanikan diri untuk menonton kembali film ini dari awal sampai akhir. Ingin membuka lagi mata hati saya akan kebiadaban komunis di Indonesia. Agar saya tidak ikut termakan monggoisasi dan main-main perkara ini.

Berikut tayangan yang saya tonton melalui situs youtube.

Subhanallaah..
Saya gak kuat menahan tangis. Ya Allah ini hanya sebagian dari gambaran nyata yang ditampilkan dalam film. Bagaimana kenyataannya? Tentu lebih mengerikan.

Jika sekarang, mulai merebak lagi gerakan ini...saya pribadi akan menolak. 
Suka gerakan kejam komunis itu gak cool sama sekali, termasuk memakai simbol palu dan arit. Buat apa?
Suka heran dengan kelakuan remaja masa kini. Yang keblenger malah dipandang keren. 

Ya, mungkin memang mereka kurang model. Kurang teladan nyata. Kurang kasih sayang. Dan mungkin mereka lelah dengan semua topeng orang-orang terdahulunya. Mereka juga adalah korban. Sedih!

Beberapa hari terakhir ini saya membaca *sepertinya dah lama juga sih ah* mengenai pernyataan 'perlukah negara meminta maaf?' What? Gak salah? Saksi mata yang bahkan masih hidup pun, menyatakan kengerian mereka menyaksikan kekejaman PKI di masa bergeraknya. Kita yang diserang, dikoyak-koyak, diperlakukan tidak manusiawi, bahkan sampai melecehkan agama, malah justru harus minta maaf pada mereka? Gak salah? Ha to the loooo...


#dahgituaja
*tulisan dah jadi draft dari tengah september..tapi karena memang hanya tau dari membaca...saya tidak mau berkomentar banyak --> hehe.. padahal di atas ya lumayan panjang lah untuk ukuran orang ngomel-ngomel*


Jumat, 25 September 2015

Rumahku Surgaku

Kami yakin, berawal dari rumah yang nyaman; tidak berhenti bersama-sama belajar membenahi diri dan keluarga, akan menjadi jembatan penghuninya untuk semakin dekat dengan Allah.

Lika liku kehidupan, onak dan gelombangnya sangat memungkinkan membuat kita bimbang atau khawatir, membuat kita mengucapkan hal-hal yang sepatutnya tidak dikeluarkan, menggiring kita pada pemikiran yang rumit, atau semacamnya. Namun, dengan landasan pemahaman agama yang kuat, in sya Allah sebagai keluarga kita akan bisa menghadapinya.

Keluarga, hendaknya menjadi surga bagi anak-anak maupun kedua orang tuanya. Membangun tempat tinggal yang demikian memerlukan perjuangan dan keseriusan. Jangan patah semangat. Dekati Allah. Baca dan resapi pesan-pesan-Nya dalam Al Qur'an. Ingatlah bahwa tiada kata terlambat untuk belajar daan memperbaiki diri.


Selasa, 15 September 2015

Sawunggalih Pagi, Terasa Cepat

Ya. Sawunggalih pagi. Kereta yang saya dan rekan pilih untuk mengantarkan kami sampai ke Purwokerto. Menurut saya, kereta ini cukup nyaman untuk kelas bisnis. Jalannya juga terasa cepat. Waktu tempuh menurut jadwal, adalah dari pukul 08:15 hingga 13:27 waktu indonesia barat, 5 jam lebih.

Tadinya saya kira kereta ini bergandegan dengan kelas ekonomi. Ternyata tidak. He he.

Harap maklum agak ndeso, jarang nyicipi berbagai jenis kereta. Oleh karena beberapa kali bertugas di daerah yang lebih enak dijangkau kereta aja, jadi memilih kereta. Kesempatan, jadi bisa merasakan beberapa jenis kereta. He he.

Tiket dan bawaan

Isi kereta hampir sama dengan kelas bisnis umumnya. Kursi panjang yang bisa diubah posisi. Tidak ada televisi. Kalo di kelas bisnis Cirebon Ekspress ada.

Sy duduk di kursi 5C, tapi ternyata terlalu dekat dengan AC. Ya, AC yang digunakan bukan AC sentral. Model AC rumahan aja gitu.. Karena kedinginan dan ada gak enak khawatir masul angin *lagi lagi ndeso bianget ki rek* jadilah setelah pemeriksaan tiket, kami bergerilya mencari tempat duduk yang relatif aman dari terpaan angin AC langsung. Eits.. Tenang aja. Sudah diizinkan kondekturnya kok: boleh pindah ke tempat duduk yang kosong di gerbong manapun, asal dilakukan setelah pemeriksaan tiket. Saya sampe hapal nama petugasnya: Ragil. 

Sawunggalih pagi ini berakhir di stasiun Kutoarjo. Pos pemberhentiannya antara lain di Cirebon, Purwokerto, Kroya, ....., ..... 

Sesampainya ke Purwokerto, kami akan melanjutkan perjalanan ke Banyumas. Sebenarnya ya sama saja sih, toh Purwokerto adalah lokasi administratif Banyumas :))

Sip deh, semoga host fruit survei lalat buah dan verifikasi laboratorium pengamatan hama penyakit bisa dijalankan dengan baik. Agar lebih menyenangkan, tugas begini memang harus disertai dengan menyetel kondisi hati seakan sedang bertualang ha ha. 

Sukses untuk kita semua!

"Silakan Shalat, Jangan Gara-Gara Saya Kalian Jadi Gak Shalat"

Baru kali ini berkesempatan ikutan rapat kecil bersama Direktur Jenderal Hortikultura. Kebetulan saja, karena koordinator perencanaan direktorat saya sedang berhalangan hadir. Saya dan seorang rekan mewakili untuk mendengarkan arahan Bpk. Dirjen.

Tidak ada yang istimewa. Yaa..seperti rapat pembahasan suatu masalah pada umumnya. Apalagi, direktorat perlindungan tidak terlalu dibahas. FYI, tahun depan kami memprioritaskan produksi cabai dan bawang merah. Dst, skip :b

Satu hal yang ingin saya bagi di sini adalah, ketika adzan Dzuhur berkumandang, Bpk Dirjen mengatakan,"Ayo, bagi yang mau shalat silakan ya.. Jangan gara-gara saya kalian jadi gak shalat atau terlambat" Bagi saya ini pernyataan yang bagus sekali. Positif! Walaupun Bpk Dirjen sendiri tidak langsung seketika itu juga menghentikan rapat, tetapi beliau mempersilakan peserta rapat yang ingin shalat. Jarang sekali pejabat yang seperti ini. Poin plus-lah buat Bpk Spudnik yang baru beberapa bulan menjadi pejabat eselon I di kantor saya. 

Saya sangat mengapresiasi pernyataan Bpk Dirjen. Oleh karena itu, saya segera pamit memanfaatkan kesempatan itu untuk segera turun ke mushola kantor kami. Segera shalat dan kemudian kembali ke ruang rapat. Banyak lho kejadian: peserta rapat segan untuk keluar dari ruangan karena pimpinan rapatnya masih asyik membahas. Lantas baru bisa melaksanakan shalat di ujung waktu atau tergesa-gesa karena dikejar 'deadline'. And now, karena dipersilakan seperti ini, kenapa tidak dimanfaatkan? He he.

Next, semoga tetap seperti ini. Bukan sekedar basa-basi saya rasa. Lebih baik lagi jika misal rapat dipending dan semua peserta (yang muslim dan tidak ada udzur tentunya) bersama-sama menuju mushola/masjid untuk shalat berjama'ah. What a life! 

Harapan itu masih ada.

-nelly, direktorat jenderal hortikultura kementerian pertanian-

Rabu, 09 September 2015

Memilih Meja Jahit

Belum punya meja yang pas. Itu masalah saya setelah memiliki mesin jahit idaman. Manusia emang gak pernah puas ya, adaaaa ajaa yang kurang. Padahal sebenarnya bisa saja saya memanfaatkan bagian meja bagian lemari tivi seperti yang selama ini saya pakai atau meja tivi pendek di kamar atas (kurleb setinggi 50 cm). Tapii.. kalo terus-terusan make meja lemari tivi, gak enak banget asa maksain gitu. Kalo make meja tivi yang pendek, gak enak nginjek pedalnya: pegel. Lagipula, saya harus bongkar muat mesin jahit terus kalo mau make. Gak praktis. Malah jadi males deh :b Gak mungkin make meja makan juga kan... hehe.


Mulailah saya melihat-lihat model mesin jahit secara online. Hm.. macam-macam. Lagi-lagi kebingungan melanda saya *lebaaay.. emang mau model kayak apa sih?* Sebenarnya pengen yang simpel aja, seperti meja kerja biasa tetapi agak lebar. Tapi, kalo terlalu lebar, makan tempat lah..hehe... 



Ada satu model yang cukup bagus saya dapatkan di Instagram, tidak terlalu besar tapi bisa dibuat besar: meja jahit lipat. 

Misalnya seperti yang dibuat mbak @hananyabudi (IG):



Hm, pesan di tukang kayu ya..

Oke, saya pun mendatangi beberapa tukang kayu di sekitar rumah. Wadaw, lumayan juga lhoo.. model meja biasa dengan 1-2 laci, dibandrol 750rb. Ada sih yang nawarin 400ribu, tapi permukaan mejanya gak rata *nah lho piye*


Lihat online.

Sama aja. Barangnya gak kita lihat langsung pula. Jadi ragu kan. Bingung lagi. *makan tuh bingung, kenyang dah dari tadi bingung mulu xD


Setelah berselancar beberapa waktu, sepertinya pilihan mulai mengerucut ke model dan harga yang ditawarkan di sini.





 Tadinya pengen gambar Doraemon, tapi ah aikonik banget. Kalo ini kan yaa..kayak gambar kelinci aja walau dia juga aikon bug bunny. Pas pula dengan kondisi di rumah. Tsaqif dan Zhafran kan lagi miara kelinci. Hehe..


Idealnya memang meja jahit dibuat dengan desain khusus yang menunjang kegiatan menjahit. Modelnya banyak. Gugling aja, hehe.. Tapi, mengingat kondisi budget yang tidak besar untuk membeli meja jahit ini dan harga meja kayu yang ternyata cukup lumayan, jadilah saya memutuskan untuk membeli meja seadanya yang penting datar dan ukuran cukup nyaman untuk menjahit. Meja pilihan saya di atas berukuran kurleb 100 x 75 x 74 cm. Bahannya dari MDF, yang kualitasnya sedikit lebih baguslah dari particle board biasa hehe... Semoga gak cepet rusaaaak yaaaa... *ngomong begini tanda-tanda gak yakin kalo meja ini akan bertahan lama neh.. lirik dua bocah yang lagi girang-girangnya ngerusak eh mainin barang wkwk..*

Minggu, 06 September 2015

Motivasi Bercocok Tanam

Hei...

Tidak cukupkah ini sebagai motivasimu memanfaatkan lahan sekecil apapun untuk bercocok tanam yang bermanfaat?

Dari Jabir bin Abdullah ra., dia bercerita bahwa Rasulullaah shollallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, 
"Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya."
(HR Muslim)

Nah, bayangkanlah berapa banyak sedekah petani-petani yang dengan segala daya upayanya, menanam beragam tanaman untuk makhluk lain? Ya, makhluk lain. Karena yang memakan tanaman yang dibudidayakannya tidak hanya manusia, tapi juga hewan semisal burung, serangga. Selain itu, mungkin juga dikonsumsi, di'curi' oleh organisme pengganggu tumbuhan, baik itu dari kalangan hama maupun patogen, bahkan oleh tanaman lain semisal benalu. Betapa banyak sedekah petani... 

Jika selama ini, kita terlalu terkungkung pada pengertian bahwa sedekah itu melulu bicara uang atau benda-benda 'wah' yang rasanya 'lebih pantas', rasanya kita perlu membuka pikiran dan ruang kesadaran kita bahwa ternyata, ada banyak peluang bersedekah. Ada banyak pintu sedekah yang bisa kita masuki. Salah satunya adalah dengan bercocok tanam. Tentu, bercocok tanam sesuatu yang bermanfaat.

Sesungguhnya nasihat di atas saya tujukan bagi diri saya sendiri.
Saya harus mengelola seuprit teras di depan rumah, untuk dimanfaatkan sebagai lahan menanam tanaman yang bisa dimanfaatkan bagi keluarga saya, misalnya sayuran atau bunga. Sayuran bisa diambil untuk dimakan, sedangkan bunga-bunga bisa menyegarkan mata dan mengalirkan kebahagiaan saat memeliharanya. Huff..

Nanti saya bagi deh fotonya :)


Rabu, 02 September 2015

Pesan dari Anak Suriah Berbaju Merah, yang Terdampar di Pantai Turki

Baru kemarin, saya melihat foto seorang anak berbaju merah dengan posisi tengkurap dan tangan menghadap ke atas, tergeletak di hamparan pasir tepi pantai. Entah dimana, anak siapa, dan apakah foto itu benar?

Sesungguhnya, saya pribadi tidak terlalu suka mellihat banyaknya foto sejenis itu bertebaran di dunia maya. Rasanya, semacam pamer derita mereka. Tapi, mau gimana lagi? Kenyataannya ternyata lebih perih dari itu semua. Masa melihat foto seperti itu saja tidak berani? Bagaimana mau menghadapi hal itu dalam artian sebenarnya? Bagaimana mungkin bisa menjadi relawan jika melihat saja tidak berani? Main ke UGD rumah sakit, pasti banyak juga kejadian penuh luka itu silih berganti berdatangan dan harus dihadapi para dokter dan rekan, mau tidak mau. Itulah kenyataan.

Ah, jadi kemana-mana...
Kembali pada foto anak yang kemudian saya ketahui adalah foto seorang anak Suriah yang terdampar di pantai Turki. Ia adalah salah satu korban terdampar bersama anggota keluarganya yang lain. Diduga, mereka adalah warga Suriah yang melarikan diri dari negerinya demi mendapatkan tempat yang aman. Subhanallaah... 

Di Instagram, saya coba cari dengan kata kunci 'syria'. Ya. Memang banyak foto anak itu di berita terkini. Dodolnya, ada juga yang menggunakan hashtag tersebut untuk mengunggah foto tidak senonoh. Haishh!!

Saya masih belum percaya, 'ah masa sih, jangan-jangan ini editan...lagi jaman ngedit-ngedit foto nih..cari lagi." Ternyata tidak sekedar foto, saya juga menemukan video anak itu. Di tepi pantai, ia disenggol ombak pantai.. Ya Allah.. beneran? 

Tercekat. Tidak boleh nangis. Di depan anak-anak lucu -Tsaqif dan Zhafran- yang sedang asyik bermain (tepatnya berantem rebutan mainan). Hiks. Tumah juga. Tidak tahan. Ya Allaah.. Begitu berat memebayangkan nasib mereka. Itu hanya sebagian kecil yang terdokumentasikan, dari sekian banyak fakta yang terjadi. 

Bukan dalam sebulan dua, berita tentang Suriah ditayangkan media cetak maupun elektronik. Begitu pula dengan berita kemanusiaan lain seperti kasus Rohingya, Papua, dan sebagainya. Apakah kita masih kurang cukup bukti bahwa umat Islam sedang dianiaya?

Saya mencari tau siapa itu Bashar Assad. Tapi tertunda. Nanti akan saya ulas, in sya Allah.

Hari ini, kembali saya melihat banyak foto anak berbaju merah itu bertebaran di linimasa media sosial, bahkan ada yang menjadikannya sebagai foto profil. Ya Allah, tidak sangup saya melihatnya. *sembunyikan berita* 
Nelly..Nelly..bagaimanapun kau tidak ingin mellihat gambar maupun video mengenai anak itu, peristiwa menyedihkan itu sudah terjadi....sudah terjadi... dan masih terjadi di belahan bumi Suriah... kelaparan..kehausan..tidak punya rumah..tidak nyaman...

Ya Allah, semoga Engkau tempatkan mereka pada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang tiada lagi lapar dan haus berkepanjangan, yang dapat beribadah untukMu dengan nyaman, yang tersedia apapun yang mereka inginkan....
Ampuni kami, yang baru hanya bisa sekedar sedih...... :'(
Kasihani kami, yang bahkan mencium bau surga pun belum tentu bisa.... 

----

Sekarang, apa yang bisa kita lakukan? Kita berada jauh dari mereka.
Sedih memang. Kita terbiasa dengan berbagai kemudahan, keleluasaan, kesenangan, keleletan.
Kita yang seharusnya lebih menyesali diri. Di tengah keluangan waktu, fisik yang sehat dan iklim yang nyaman untuk beraktivitas, kita sering menyiakan kesempatan itu. Menyiakan waktu. Kita yang seharusnya bisa shalat tepat waktu, tetapi lebih memilih menunda hingga hampir sampai waktu shalat berikutnya demi memuaskan nafsu kita akan pekerjaan atau aktivitas lain yang sebenarnya justru bisa ditunda sejenak untuk shalat. Kita yang seharusnya bisa bersyukur banyak-banyak dengan ketersediaan makanan/minuman yang layak, justru memilih memilih-milih makanan/minuman yang kita asup. Bukannya menikmati makanan/minuman yang ada, kita malah mencari sesuatu lain yang lebih lebih lebih enak demi memuaskan nafsu akan beragam jenis makanan/minuman. Kita yang seharusnya bisa berbahagia memanfaatkan kesempatan mengurus anak-anak, bersilaturahim dengan orang tua, sanak saudara maupun 'keluarga jauh', justru menyiakan kelowongan yang Allah berikan. dst...


Kita sudah selayaknya bersyukur dan bersabar. Bersyukur dengan mengisi waktu kita saat ini dengan hal-hal yang full manfaat. Bersabar dengan segala kekurangan yang masih dirasakan. Kita tidak perlu merasakan kelaparan dan kehausan yang keterlaluan, kita tidak perlu menghadapi peluru panas, kita tidak perlu menghadapi ketakutan akan kematian, kita tidak perlu merasa demikian sedih sehingga harus memutuskan pergi dari negeri kita dengan cara yang 'tidak layak', seadanya. Ya Allaaah....

Jika ada rezeki yang kita rasakan berlebih, boleh juga kita salurkan sebagian dari rezeki kita ke lembaga sosial yang kita yakini dapat menjadi perpanjangan tangan kita untuk bersua *secara tidak langsung* dengan korban kemanusiaan dimanapun berada. yakinlah, ada banyak lembaga yang serius mau membantu ke arah sana.

Nak, 
kau yang terdampar di sana,
dingin,
berbaju merah..
maafkan jika kami di sini kurang berempati pada 
kesusahan yang dialami negerimu

Wahai diri,
bersyukurlah
teruslah belajar mengenal dirimu
agar selangkah demi selangkah kau tunduk patuh mengenal Tuhanmu
agar tidak ragu kau mengulur bantu
sedikit banyak untuk mereka yang hidup tidak senyaman kau

Wahai diri,
jangan tutup diri
terimalah kenyataan bahwa memang
banyak bencana kemanusiaan di dunia ini
teruslah bersyukur bersyukur dan bersyukur
isi kesyukuranmu dengan
ikhlas beribadah
sabar berusaha
ringan bersedekah
royal mendo'akan sesama muslim
menjaga lisan dan perbuatan
selalu bertanya pada hati
meluruskan niat
dan selalu ingat, akan syahadat
hingga akhir hayat

----

Tragedi Suriah, Tragedi Kemanusiaan.
Penderitaan mereka di dunia sudah berakhir, sedangkan kita, sesungguhnya masih tenggelam. Dalam lalai....

Senin, 31 Agustus 2015

Review Film : Little Big Master

Saya menonton film ini dalam perjalanan ke Jambi, 26 Agustus lalu. Lagi-lagi gak tau juga kenapa ujung-ujungnya milih film ini, mungkin sekilas karena sinopsisnya tentang "kepala sekolah dengan bayaran terendah". Ternyata, baru 20 menit berjalan, saya sudah menangis *huuu*

Ini trailernya *gak ada sedih-sedihnya tapi ini trailer... baru kerasa kalo ngikutin film dari awal. ciyus deh*


Ketebak nggak jalan ceritanya?

Little Big Master dirilis pada Maret 2015. Film yang dibintangi oleh Miriam Yeung (memerankan Hung) dan Louis Koo (memerankan Tung) ini mengisahkan tentang pendidikan, khususnya pada anak usia dini. 

Hung, awalnya bekerja sebagai kepala sekolah di suatu TK terkenal. Tetapi kemudian ia mengundurkan diri karena merasa tidak bisa mempertahankan idealismenya dalam mendidik anak-anak. Film dimulai dengan adegan seorang anak yang merasa tertekan karena tidak bisa mendapatkan nilai sempurna dan dia merasa ketakutan akan mengecewakan orang tuanya. Orang tua anak itu memang ternyata mengharapkan sang anak bisa menjadi anak yang pintar dan selalu mendapat posisi teratas di kelas. Hal itu berhubungan dengan ego mereka, yang menganggap sudah seharusnya anaknya pintar dan sempurna karena mereka berasal dari keluarga yang terpandang. Hung tidak sepakat dengan hal tersebut. Anak-anak yang dipaksa sempurna, kenyataannya sering berbuat konyol dan cenderung menyakiti diri sendiri ketika tidak mencapai target yang ditentukan orang tuanya. Semacam depresi.

Bersamaan dengan pengunduran diri Hung, ternyata suaminya Tung, juga mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai kurator di sebuah museum. Mereka saling bercerita mengenai hal itu ketika merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-10. Kemudian, mereka saling berjanji bahwa walau demikian, mereka tetap akan mewujudkan impian mereka untuk berkeliling dunia. So sweet...

Inti cerita film ini kemudian berlanjut pada Hung yang tergerak hatinya setelah melihat tayangan di televisi mengenai sekolah TK yang tidak terurus dan hanya menyisakan 5 siswi miskin. Hung kemudian menelusuri alamat dan melihat langsung kondisi sekolah tersebut. Tidak ada yang bersedia menjadi guru dan kepala sekolah di sana, apalagi desa setempat hanya mampu membayar kepala sekolah di sana dengan bayaran 4500Yen. Sangat kecil. Selain itu, sekolah tersebut diancam ditutup jika tidak ada yang bersedia menjadi kepala sekolah. Itulah yang mendorong Hung untuk memutuskan mengambil kesempatan menjadi kepala sekolah di desa tersebut, walaupun harus merangkap mengurusi semua hal, termasuk bersih-bersih.

foto dari sini

Mengharukan. Tetapi tidak melulu sedih.
Film yang disutradarai Adrian Kwang ini menyajikan nuansa kekeluargaan yang seharusnya memang diciptakan dalam kehidupa sekolah. Bagaimana membina hubungan guru dengan murid, serta sekolah dengan keluarga murid juga sangat terasa. Secara tidak langsung, film ini juga memberikan kritik sosial akan keberadaan sekolah umumnya saat ini yang kurang membangun komunikasi dengan keluarga atau keluarga yang membebankan harapan terlalu berat bagi anak. Padahal, itu juga termasuk bagian dari pendidikan. Apalagi bagi pendidikan di usia dini.

Anak-anak yang semula murung, lambat laun berubah ceria. Sebenarnya juga mereka bukan anak yang bodoh, melainkan memang memerlukan fasilitator yang bisa tulus melihat dan memberikan peluang belajar yang luas kepada mereka. Hung dan Tung juga berempati dengan keluarga siswanya. Hung tidak lelah meyakinkan keluarga anak didiknya bahwa pendidikan itu penting dan dapat menjadi jalan bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan.

foto dari sini

Sayangnya, perjalanan hanya 1 jam kurang, jadi saya tidak bisa menyelesaikan menonton film ini dalam 1 kali perjalanan udara. Hehe.. Kapan-kapan disambung lagi deh *nontonnya* Saya yakin, jalan ceritanya tetap bagus dan jauh dari pesan terselubung negatif. *semoga*

foto dari sini


3 Bocah Bertemu : Main Air

Iseng banget, motoin 3 bocah yang lagi asik main air. Air dari kran yang rusak di salah satu lapangan Kebun raya Bogor.

Tsaqif, Zhafran dan Fatih belum pernah bertemu langsung sebelumnya. Fatih adalah anak dari teman saya, Dynna. Ndilalah, pas kopdar TimEdo ke KRB bisa ketemu.

Namanya anak-anak ya, mudah sekali bergaul. Dipersatukan dengan satu alasan: main air. He he. Anak-anak mana sih yang gak suka main air xD

Ni beberapa foto candid mereka pada Sabtu lalu.





(kuning Zhafran, hijau Tsaqif, coklat Fatih) 



Kalo gak dibilang," Udah yuk.. selesai mainnya, ntar beceknya kena baju, kotor.." Gak bakal berhenti main ni bocah-bocah. Sebenarnya anak-anak lain juga sebelumnya bermain di sini. tetapi kebetulan pas saya candid ini, mereka pas sedang bertiga :)

Oke deh, kapan-kapan kita main lagi yaa...

(Trip DL) Argo Muria ke Pekalongan

Kali ini kembali melakukan perjalanan dinas menggunakan kereta. asik asik asik..

ARGO MURIA
kelas eksekutif menuju Pekalongan. Baiklah kita cicip heheu..
Saya berangkat pada tanggal 20 Austus 2015, dari stasiun Gambir. Ya iyalah, memang stasiun Gambir diperuntukkan bagi kereta kelas bisnis dan eksekutif. Kalo kelas ekonomi, pasti saya ke Stasiun Senen xD

Duduk di 12 B, gerbong 2.
Lumayan, posisi agak depan sehingga bisa cukup jelas menonton tv :b


TV kereta

Yah.. dia selfi 

Berbeda dengan Cirebon Ekspress, menurut saya kereta Argo Muria agak kasar jalannya. Asa mual. Laju kereta tidak begitu mulus. Padahal harga lebih mahal heuu...

Colokan listrik stand by digunakan untuk mencharge HP sepanjang perjalanan, kaki ditopang dengan nyaman. Sambil baca majalah REL ;b
Isi kereta, bersih. Toilet bersih. Sip deh :)

Kaki siapa itu? #salahfokus

Majalah REL, majalah kereta *apasih*

Siangnya, saya tiba di stasiun pekalongan. Hm...bersih dan cukup luas. Ada ruang menyusuinya juga lho... sayang saya tidak mengambil gambarnya dengan fokus. 

Ruang menyusui di bagian ujung kiri

Arah Jakarta (dah mau pulang aja...kerja dulu woiiihhh)


Sekian ulasan gak lengkap sama sekali ini. Cuma ingin menyimpan foto-foto itu aja, biar gak menuhin memeori HP xD