Baru kemarin, saya melihat foto seorang anak berbaju merah dengan posisi tengkurap dan tangan menghadap ke atas, tergeletak di hamparan pasir tepi pantai. Entah dimana, anak siapa, dan apakah foto itu benar?
Sesungguhnya, saya pribadi tidak terlalu suka mellihat banyaknya foto sejenis itu bertebaran di dunia maya. Rasanya, semacam pamer derita mereka. Tapi, mau gimana lagi? Kenyataannya ternyata lebih perih dari itu semua. Masa melihat foto seperti itu saja tidak berani? Bagaimana mau menghadapi hal itu dalam artian sebenarnya? Bagaimana mungkin bisa menjadi relawan jika melihat saja tidak berani? Main ke UGD rumah sakit, pasti banyak juga kejadian penuh luka itu silih berganti berdatangan dan harus dihadapi para dokter dan rekan, mau tidak mau. Itulah kenyataan.
Ah, jadi kemana-mana...
Kembali pada foto anak yang kemudian saya ketahui adalah foto seorang anak Suriah yang terdampar di pantai Turki. Ia adalah salah satu korban terdampar bersama anggota keluarganya yang lain. Diduga, mereka adalah warga Suriah yang melarikan diri dari negerinya demi mendapatkan tempat yang aman. Subhanallaah...
Di Instagram, saya coba cari dengan kata kunci 'syria'. Ya. Memang banyak foto anak itu di berita terkini. Dodolnya, ada juga yang menggunakan hashtag tersebut untuk mengunggah foto tidak senonoh. Haishh!!
Saya masih belum percaya, 'ah masa sih, jangan-jangan ini editan...lagi jaman ngedit-ngedit foto nih..cari lagi." Ternyata tidak sekedar foto, saya juga menemukan video anak itu. Di tepi pantai, ia disenggol ombak pantai.. Ya Allah.. beneran?
Tercekat. Tidak boleh nangis. Di depan anak-anak lucu -Tsaqif dan Zhafran- yang sedang asyik bermain (tepatnya berantem rebutan mainan). Hiks. Tumah juga. Tidak tahan. Ya Allaah.. Begitu berat memebayangkan nasib mereka. Itu hanya sebagian kecil yang terdokumentasikan, dari sekian banyak fakta yang terjadi.
Bukan dalam sebulan dua, berita tentang Suriah ditayangkan media cetak maupun elektronik. Begitu pula dengan berita kemanusiaan lain seperti kasus Rohingya, Papua, dan sebagainya. Apakah kita masih kurang cukup bukti bahwa umat Islam sedang dianiaya?
Saya mencari tau siapa itu Bashar Assad. Tapi tertunda. Nanti akan saya ulas, in sya Allah.
Hari ini, kembali saya melihat banyak foto anak berbaju merah itu bertebaran di linimasa media sosial, bahkan ada yang menjadikannya sebagai foto profil. Ya Allah, tidak sangup saya melihatnya. *sembunyikan berita*
Nelly..Nelly..bagaimanapun kau tidak ingin mellihat gambar maupun video mengenai anak itu, peristiwa menyedihkan itu sudah terjadi....sudah terjadi... dan masih terjadi di belahan bumi Suriah... kelaparan..kehausan..tidak punya rumah..tidak nyaman...
Ya Allah, semoga Engkau tempatkan mereka pada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang tiada lagi lapar dan haus berkepanjangan, yang dapat beribadah untukMu dengan nyaman, yang tersedia apapun yang mereka inginkan....
Ampuni kami, yang baru hanya bisa sekedar sedih...... :'(
Kasihani kami, yang bahkan mencium bau surga pun belum tentu bisa....
----
Sekarang, apa yang bisa kita lakukan? Kita berada jauh dari mereka.
Sedih memang. Kita terbiasa dengan berbagai kemudahan, keleluasaan, kesenangan, keleletan.
Kita yang seharusnya lebih menyesali diri. Di tengah keluangan waktu, fisik yang sehat dan iklim yang nyaman untuk beraktivitas, kita sering menyiakan kesempatan itu. Menyiakan waktu. Kita yang seharusnya bisa shalat tepat waktu, tetapi lebih memilih menunda hingga hampir sampai waktu shalat berikutnya demi memuaskan nafsu kita akan pekerjaan atau aktivitas lain yang sebenarnya justru bisa ditunda sejenak untuk shalat. Kita yang seharusnya bisa bersyukur banyak-banyak dengan ketersediaan makanan/minuman yang layak, justru memilih memilih-milih makanan/minuman yang kita asup. Bukannya menikmati makanan/minuman yang ada, kita malah mencari sesuatu lain yang lebih lebih lebih enak demi memuaskan nafsu akan beragam jenis makanan/minuman. Kita yang seharusnya bisa berbahagia memanfaatkan kesempatan mengurus anak-anak, bersilaturahim dengan orang tua, sanak saudara maupun 'keluarga jauh', justru menyiakan kelowongan yang Allah berikan. dst...
Kita sudah selayaknya bersyukur dan bersabar. Bersyukur dengan mengisi waktu kita saat ini dengan hal-hal yang full manfaat. Bersabar dengan segala kekurangan yang masih dirasakan. Kita tidak perlu merasakan kelaparan dan kehausan yang keterlaluan, kita tidak perlu menghadapi peluru panas, kita tidak perlu menghadapi ketakutan akan kematian, kita tidak perlu merasa demikian sedih sehingga harus memutuskan pergi dari negeri kita dengan cara yang 'tidak layak', seadanya. Ya Allaaah....
Jika ada rezeki yang kita rasakan berlebih, boleh juga kita salurkan sebagian dari rezeki kita ke lembaga sosial yang kita yakini dapat menjadi perpanjangan tangan kita untuk bersua *secara tidak langsung* dengan korban kemanusiaan dimanapun berada. yakinlah, ada banyak lembaga yang serius mau membantu ke arah sana.
Nak,
kau yang terdampar di sana,
dingin,
berbaju merah..
maafkan jika kami di sini kurang berempati pada
kesusahan yang dialami negerimu
Wahai diri,
bersyukurlah
teruslah belajar mengenal dirimu
agar selangkah demi selangkah kau tunduk patuh mengenal Tuhanmu
agar tidak ragu kau mengulur bantu
sedikit banyak untuk mereka yang hidup tidak senyaman kau
Wahai diri,
jangan tutup diri
terimalah kenyataan bahwa memang
banyak bencana kemanusiaan di dunia ini
teruslah bersyukur bersyukur dan bersyukur
isi kesyukuranmu dengan
ikhlas beribadah
sabar berusaha
ringan bersedekah
royal mendo'akan sesama muslim
menjaga lisan dan perbuatan
selalu bertanya pada hati
meluruskan niat
dan selalu ingat, akan syahadat
hingga akhir hayat
----
Tragedi Suriah, Tragedi Kemanusiaan.
Penderitaan mereka di dunia sudah berakhir, sedangkan kita, sesungguhnya masih tenggelam. Dalam lalai....