nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Senin, 31 Agustus 2015

Review Film : Little Big Master

Saya menonton film ini dalam perjalanan ke Jambi, 26 Agustus lalu. Lagi-lagi gak tau juga kenapa ujung-ujungnya milih film ini, mungkin sekilas karena sinopsisnya tentang "kepala sekolah dengan bayaran terendah". Ternyata, baru 20 menit berjalan, saya sudah menangis *huuu*

Ini trailernya *gak ada sedih-sedihnya tapi ini trailer... baru kerasa kalo ngikutin film dari awal. ciyus deh*


Ketebak nggak jalan ceritanya?

Little Big Master dirilis pada Maret 2015. Film yang dibintangi oleh Miriam Yeung (memerankan Hung) dan Louis Koo (memerankan Tung) ini mengisahkan tentang pendidikan, khususnya pada anak usia dini. 

Hung, awalnya bekerja sebagai kepala sekolah di suatu TK terkenal. Tetapi kemudian ia mengundurkan diri karena merasa tidak bisa mempertahankan idealismenya dalam mendidik anak-anak. Film dimulai dengan adegan seorang anak yang merasa tertekan karena tidak bisa mendapatkan nilai sempurna dan dia merasa ketakutan akan mengecewakan orang tuanya. Orang tua anak itu memang ternyata mengharapkan sang anak bisa menjadi anak yang pintar dan selalu mendapat posisi teratas di kelas. Hal itu berhubungan dengan ego mereka, yang menganggap sudah seharusnya anaknya pintar dan sempurna karena mereka berasal dari keluarga yang terpandang. Hung tidak sepakat dengan hal tersebut. Anak-anak yang dipaksa sempurna, kenyataannya sering berbuat konyol dan cenderung menyakiti diri sendiri ketika tidak mencapai target yang ditentukan orang tuanya. Semacam depresi.

Bersamaan dengan pengunduran diri Hung, ternyata suaminya Tung, juga mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai kurator di sebuah museum. Mereka saling bercerita mengenai hal itu ketika merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-10. Kemudian, mereka saling berjanji bahwa walau demikian, mereka tetap akan mewujudkan impian mereka untuk berkeliling dunia. So sweet...

Inti cerita film ini kemudian berlanjut pada Hung yang tergerak hatinya setelah melihat tayangan di televisi mengenai sekolah TK yang tidak terurus dan hanya menyisakan 5 siswi miskin. Hung kemudian menelusuri alamat dan melihat langsung kondisi sekolah tersebut. Tidak ada yang bersedia menjadi guru dan kepala sekolah di sana, apalagi desa setempat hanya mampu membayar kepala sekolah di sana dengan bayaran 4500Yen. Sangat kecil. Selain itu, sekolah tersebut diancam ditutup jika tidak ada yang bersedia menjadi kepala sekolah. Itulah yang mendorong Hung untuk memutuskan mengambil kesempatan menjadi kepala sekolah di desa tersebut, walaupun harus merangkap mengurusi semua hal, termasuk bersih-bersih.

foto dari sini

Mengharukan. Tetapi tidak melulu sedih.
Film yang disutradarai Adrian Kwang ini menyajikan nuansa kekeluargaan yang seharusnya memang diciptakan dalam kehidupa sekolah. Bagaimana membina hubungan guru dengan murid, serta sekolah dengan keluarga murid juga sangat terasa. Secara tidak langsung, film ini juga memberikan kritik sosial akan keberadaan sekolah umumnya saat ini yang kurang membangun komunikasi dengan keluarga atau keluarga yang membebankan harapan terlalu berat bagi anak. Padahal, itu juga termasuk bagian dari pendidikan. Apalagi bagi pendidikan di usia dini.

Anak-anak yang semula murung, lambat laun berubah ceria. Sebenarnya juga mereka bukan anak yang bodoh, melainkan memang memerlukan fasilitator yang bisa tulus melihat dan memberikan peluang belajar yang luas kepada mereka. Hung dan Tung juga berempati dengan keluarga siswanya. Hung tidak lelah meyakinkan keluarga anak didiknya bahwa pendidikan itu penting dan dapat menjadi jalan bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan.

foto dari sini

Sayangnya, perjalanan hanya 1 jam kurang, jadi saya tidak bisa menyelesaikan menonton film ini dalam 1 kali perjalanan udara. Hehe.. Kapan-kapan disambung lagi deh *nontonnya* Saya yakin, jalan ceritanya tetap bagus dan jauh dari pesan terselubung negatif. *semoga*

foto dari sini


3 Bocah Bertemu : Main Air

Iseng banget, motoin 3 bocah yang lagi asik main air. Air dari kran yang rusak di salah satu lapangan Kebun raya Bogor.

Tsaqif, Zhafran dan Fatih belum pernah bertemu langsung sebelumnya. Fatih adalah anak dari teman saya, Dynna. Ndilalah, pas kopdar TimEdo ke KRB bisa ketemu.

Namanya anak-anak ya, mudah sekali bergaul. Dipersatukan dengan satu alasan: main air. He he. Anak-anak mana sih yang gak suka main air xD

Ni beberapa foto candid mereka pada Sabtu lalu.





(kuning Zhafran, hijau Tsaqif, coklat Fatih) 



Kalo gak dibilang," Udah yuk.. selesai mainnya, ntar beceknya kena baju, kotor.." Gak bakal berhenti main ni bocah-bocah. Sebenarnya anak-anak lain juga sebelumnya bermain di sini. tetapi kebetulan pas saya candid ini, mereka pas sedang bertiga :)

Oke deh, kapan-kapan kita main lagi yaa...

(Trip DL) Argo Muria ke Pekalongan

Kali ini kembali melakukan perjalanan dinas menggunakan kereta. asik asik asik..

ARGO MURIA
kelas eksekutif menuju Pekalongan. Baiklah kita cicip heheu..
Saya berangkat pada tanggal 20 Austus 2015, dari stasiun Gambir. Ya iyalah, memang stasiun Gambir diperuntukkan bagi kereta kelas bisnis dan eksekutif. Kalo kelas ekonomi, pasti saya ke Stasiun Senen xD

Duduk di 12 B, gerbong 2.
Lumayan, posisi agak depan sehingga bisa cukup jelas menonton tv :b


TV kereta

Yah.. dia selfi 

Berbeda dengan Cirebon Ekspress, menurut saya kereta Argo Muria agak kasar jalannya. Asa mual. Laju kereta tidak begitu mulus. Padahal harga lebih mahal heuu...

Colokan listrik stand by digunakan untuk mencharge HP sepanjang perjalanan, kaki ditopang dengan nyaman. Sambil baca majalah REL ;b
Isi kereta, bersih. Toilet bersih. Sip deh :)

Kaki siapa itu? #salahfokus

Majalah REL, majalah kereta *apasih*

Siangnya, saya tiba di stasiun pekalongan. Hm...bersih dan cukup luas. Ada ruang menyusuinya juga lho... sayang saya tidak mengambil gambarnya dengan fokus. 

Ruang menyusui di bagian ujung kiri

Arah Jakarta (dah mau pulang aja...kerja dulu woiiihhh)


Sekian ulasan gak lengkap sama sekali ini. Cuma ingin menyimpan foto-foto itu aja, biar gak menuhin memeori HP xD

Jumat, 21 Agustus 2015

Menunduk dan Lupa

Terpaku pada layar kecil di depanku
Begitu asyik
Khusyu' menyimak kata demi kata
Dalam tanya, ulasan, jawaban
Sampai lupa 
Menoleh sebelah: jendela 
Untuk berpalinglah sesekali
Melihat yang bergerak semu di luar sana
Apakah rangkaian huruf
Sedemikian menarik sehingga
Sampai tidak tertarik melirik
Di luar rangkaian kereta
Gelap segera datang
Sekarang lembayung kian menebal
Meninggalkan tadi yang terang
Awas menyesal
Ketika benderang berubah kelam
Kau akan benarbenar
Tidak bisa menerka 
Ada apa di luar sana
Ketika kau mulai bosan atau
Lelah menyangga pandangan yang fokus ke satu 
Titik.
Yang bisa kau lihat jelas
Hanya bayangmu sendiri
Memantul dari kaca jendela
Di kiri, di kanan, sama saja
Ada yang bisa dilihat jelas di depan di belakang
Kepala-kepala yang tertunduk sama khusyu'
Denganmu tadi

Rabu, 19 Agustus 2015

Jilbab Muslimah dalam Ceracau

Iseng-iseng gugling dengan keyword nellysapta, ada satu link yang mengarahkan saya pada satu komentar di blog suaracahaya....com, bahwa saya mau izin copas puisi tentang jilbab muslimah. Postingan lama, 2010 :)

Ini puisinya:
When You Look at Me

What do you see when you look at me?
Do you see someone limited, or someone free?

All some people can do is just look and stare
Simply because they can’t see my hair
Others think I am controlled and uneducated
They think that I am limited and un-liberated
They are so thankful that they are not me
Because they would like to remain “free”

Well, free isn’t exactly the word I would’ve used
Describing women who are cheated on and abused

They think that I do not have opinions or voice
They think that being hooded isn’t my choice
They think that the hood makes me look caged
That my husband or dad are totally outraged

All they can do is look at me in fear
And in my eye there is a tear
Not because I have been stared at or made fun of
But because people are ignoring the one up above
On the day of judgement they will be the fools
Because they are too ashamed to play by their own rules

Maybe the guy won’t think I am a cutie
But at least I am filled with more inner beauty

See, I have declined from being a guy’s toy
Because I won’t let myself be controlled by a boy
Real men are able to appreciate my mind
And aren’t busy looking at my behind

Hooded girls are the ones really helping the Muslim cause
The role that we play definitely deserves applause

I will be recognized because I am smart and bright
And because some people are inspired by my sight
The smart ones are attracted by my tranquility
In the back of their mind they wish they were me

We have the strength to do what we think is right
Even if it means putting up a life long fight

You see, we are not controlled by a mini skirt and tight shirt
We are given only respect, and never treated like dirt
So you see, we are the ones that are free and liberated
We are not the ones that are sexually terrorized and violated
We are the ones that are free and pure
We’re free of STD’s that have no cure

So when people ask you how you feel about the hood
Just sum it up by saying “baby it’s all good ;)”
—————————————————————-
A poem about jilbab, or Muslim women’s veil
Written by Suzy Fouad [suzyness@yahoo.com]
and taken from I-MAG, Issue no. 9, Winter ’06 – Spring ’07 [www.i-mag.org]

###

Hampir 12 tahun saya ikutan berjilbab, yaitu sejak 4 September 2003. Alhamdulillaah masih berada dalam barisan muslimah pemakai kerudung. Berproses memang.

Berjilbab adalah bahasa umum bagi kita. Lebih khusus, ada orang-orang yang suka detil mempermasalahkan perihal bahasa ini. Jilbab, katanya haruslah berupa pakaian longgar yang tidak berpotongan. Ukuran harus gelebor, warna sebaiknya tidak menarik mata. Jika masih mengenakan celana di luar (jangan dibayangkan seperti superm*n hihii), maksudnya berpakaian ala lelaki. Ah lieur. Padahal hal ini simpel  walau tidak terlalu menggampangkan juga. Tentu ada aturannya.

Secara umum disampaikan dalam Al Qur'an, muslimah diperintahkan untuk menutup aurat, tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Ya Allah, sungguh saya tidak menyukai perdebatan dalam hal ini. Kita asah diri untuk khidmat merenungi perintah Allah yang ini. Jika tak paham, sebaiknya mencari tau dengan membaca atau bertanya pada yang paham, mengilmui. 

Awalnya, saya ingin menutup saja. Baju lengan pendek banyak tuh, tinggal memakai manset dan kerudung. Pikir saya semudah itu. Namun, tidak nyaman juga. 'longgar' 'tidak menyerupai lelaki' artinya saya harus melepas kebiasaan memakai celana jeans dan kaos oblong santai. 'pakaian taqwa' menutup diri ketika jumpa nob mahram. Singkat cerita saya menguatkan diri memakai pakaian ber-rok atau gamis.

Kenapa menguatkan diri? Ya, karena ada banyak ujian. Menuju taat tentu ada ujian, baik itu mudah atau sulit. Kemudahan saya rasakan dengan berteman dengan sesama muslimah yang juga berusaha taat mengenakan jilbab. Pihak keluarga juga mendukung. Alhamdulillaah.. Ujian berat, apa ujian beratnya? Sesungguhnya tidak ada. Semua sebenarnya masih termasuk ringan. Tidak ada penindasan yang sampai membahayakan nyawa saya. Tidak ada halangan yang membuat saya maju mindur bertahan berjilbab. Tidak seperti muslimah lain, di belahan bumi Allah yang lain yang bahkan bisa jadi mendapat perlakuan buruk karena berjilbab (jilbab ditarik paksa, dibully), tidak bisa beribadah layak, tidak bisa mengenakan jilbab karena aturan negara mungkin, atau terancam nyawa karena dengan berjilbab identitas muslimnya diketahui musuh Islam yang sedang ingin memberangus muslim. Lebay? Tidak. Itu nyata ada. Dan saya tidak sampai mengalami itu. Kalo sekedar dicuekin, itu belum apa-apa. Masih ringan.

Muslimah berjilbab perlu menguatkan diri, menguatkan keyakinan. Bahwa ini benar perintah wajib. Tidak ada nanti, setelah baik. Cukup ketika kita yakin ini wajib, laksanakanlah..sembari memperbaiki diri. Dengan berjilbab kita tidak otomatis jadi sempurna. Belum tentu menjadi sholih, tetapi sedang menuju ke kesholihan itu sendiri, sedang berusaha patuh pada Allah. Yakinlah, kebaikan yang ini akan menuntun kita pada kebaikan yang lain. 

Sebagai muslimah berjilbab saat ini, kita dibentangkan banyak pilihan yang mengklaim termasuk model syar'i. Ya, syar'i berkaitan dengan cara. Selain niat ikhlas kepada Allah, cara berjilbab juga penting agar sempurna usaha kita mematuhi perintah ini. Syarat perlu bahwa pakaian muslimah berjilbab adalah longgar, itu jelas. Hadits Rasulullaah saw juga menerangkan bahwa janganlah muslimah berpakaian tapi telanjang. Bahasan akan panjang untuk dikupas satu-satu. Mungkin lain kali, ya
..

Kalimat saya muter-muter di artikel ini. He he. Hanya tidak ingin langsung tembak saja, karena selain mutlak, Islam itu mudah. Aturan umum sudah ada dalam Al Qur'an dan hadits. Sayapun tidak dalam kapasitas yang berhak menjelaskan secara rinci. Saya hanya menyampaikan pilihan saya. Saya pribadi memilih bertahan dengan pakaian muslimah longgar, dengan kombinasi baju-rok-kerudung atau gamis-kerudung. Saya yakin dengan pilihan saya. Beristighfar agar dijauhkan dari kesombongan ketika melihat muslimah lain masih mengenakan pakaian ketat walau berkerudung. Saya berdo'a semoga itu bagian dari proses. 

Syar'i, kata yang menasihati muslimah untuk berkaca. Sudah banyak penjelasan ulama tentang bagaimana pakaian muslimah yang syar'i. Bukan sekedar longgar, bukan sekedar berkerudung menutup dada, bukan sekedar sederhana. Jangan lupakan yang di dada : adakah benih sombong? 

I'm different and i'm proud. 
Saya masih belajar.
Saya masih berusaha patuh.
Saya berharap muslimah mempunyai hak yang sama dimanapun  berada untuk merdeka mengenakan pakaian taqwa pilihannya. 
Saya berdo'a agar Allah menuntun kita untuk memahami perintahnya dengan baik dan menghilangkan benih kesombongan dalam diri kita.
Saya berdo'a semoga bisa terus berjilbab dan memperbaiki akhlak kepada Allah dan akhlak kepada sesama manusia
Bicara muslimah tidak melulu masalah jilbab.
Banyak muslimah berjilbab yang mampu menorehkan prestasi.
Saya masih berusaha memahami akan alasan muslimah yang belum mau mengenakan jilbab. 
Saya berdo'a agar Allah membuka hati orang-orang yang memusuhi muslinah berjilbab, orang-orang yang masih berlaku rasis pada muslimah berjilbab.
Saya memohon kepada agar Allah memampukan saya untuk benar-benar ikhlas. 

Muslimah berjilbab, ceracau saya ini hanya sebuah bentuk risau. Sayangnya, pilihan-pilihan kata di sini hanya dapat dimengerti oleh saya sendiri, kemana arahnya. Sungguh ter-la-lu. Dodol juga *tutup muka pake bantal*
:-P

Saling menyemangati dan mendo'akan yaaaa...

Selasa, 18 Agustus 2015

www.tokotsazha.com

Ceritanya, saya dan hunbun sedang semangat memulai berdagang secara online. Sebenarnya sudah sejak lama kami juga berdagang secara offline. Hasilnya lumayan lah untuk tambahan. 

Sejak bergabung dengan teman-teman yang berdagang dengan serius, kemudian mengikuti grup marketing online, kami semakin bersemangat untuk bergerak di dunia dagang. Teringat petuah,"berdagang adalah salah satu pintu masuk rezeki"

Kami belajar dari nol. Nyesel juga dulu nggak serius mempelajari desain dan pengelolaan website. Ternyata, di lingkup perdagangan online, kedua hal tersebut.sangat penting. Sangat menunjang keberhasilan dan keapikan, he he...

Kami mencoba membuat website *biar kesannya serius gitu haa*, mencoba membuat fanpage facebook, mengaktifkan akun instagram (yang terkenal cukup signifikan memperluas jangkauan iklan ke calon konsumen), mendaftar menjadi bagian seller di toko-toko online besar, dan sebagainya. Belum terlalu ditekuni nih, jadi masih memanfaatkan waktu 'sisa' atau sampingan. Katakanlah begitu, padahal alasan doank xixi...

www.tokotsazha.com
Itu nama toko online kami. Diksinya sulit ya? Juga berpotensi besar untuk salah dengar, salah sebut, atau salah ketik. Tidak apalah. Antimainstream. Semoga lama-lama dikenal :b
Lagipula, pemilihan nama kan adalah hasil keputusan dan menjadi tanggungjawab kami sendiri #hee
Pengennya ini toko bisa menjual banyak barang yang bermanfaat bagi konsumen. 

Kami mulakan dengan mengisi website tersebut dengan produk Al Qolam, yang concern pada produk edukasi berbasis pendekatan keluarga qur'ani. Tagline-nya: Al Qolam, solusi fasih membaca Al Qur'an. 




tampilan home www.tokotsazha.com

Alhamdulillah..
Walau masih belum banyak order dan belum rajin promosi, sudah memberikan hasil yang lumayan. Kami berdagang online, juga sembari belajar dari teman-teman lain yang sudah lebih dulu survive dalam usaha ini. 

Oia, tadi pagi dapat artikel motivasi bisnis #ceilee dari teman yang suaminya sudah 'sukses' menjalankan bisnis online di bukalapak. 

Ini artikelnya:
3 Kebiasaan yang sering dilakukan Top Seller

Pernah saya ditanya salah satu audience dalam sebuah seminar online shop. "Mas, saya sudah coba jualan online tapi ko kaya putus nyambung ya? pembelinya nyambung trus putus, saya belum bisa jualan online kalau penjualan dikit gini, ga asik jualan online". Saya tanya balik "apa yang sudah mba lakukan?" Ia menjawab "bikin web, fb page, upload barang, udah". Saya jawab saja "itu karena pola pikir mba putus nyambung!".

Pengamatan yang saya lakukan terhadap 100 penjual online dengan penjualan terbanyak atau Top Seller di Bukalapak.com (karena saya hanya punya data lengkap di sini :D) menunjukkan hal demikian. Saya kira penjual2 top di fb, bbm, whatsapp juga memiliki pola yang sama. Sebagian besar mereka sangat responsif, mereka rajin online, mereka siap sedia, siap nyambung dengan pembeli, mereka juga tidak kenal kata putus, kapanpun dimanapun pagi siang malam hari, baik sebelum dan sesudah terjadinya pembelian pertama.

Ada perbedaan besar antara penjual dengan sedikit penjualan dengan para 100 Top Seller tersebut dari segi kebiasaan. Ada kebiasaan2 kecil yang sering dilakukan Top Seller yang tidak dilakukan seller lain. Berikut ini saya share beberapa diantaranya :

1. MENJAWAB PERTANYAAN SEGERA
Bahkan dalam hitungan detik. Tidak hanya cepat tapi juga dengan jawaban yang tepat dan friendly. Kalau coba kita pikirkan, ada benarnya juga kenapa menyegerakan menjawab pertanyaan ini sangat penting. Coba kita bayangkan menjadi pembeli online, umumnya pembeli online adalah mereka yang sibuk dan ga punya banyak waktu, itulah kenapa mereka males ke toko offline. Karena ga banyak waktu, mereka pasti akan memilih siapa yang cepat menjawab pertanyaan mereka. Pembeli umumnya (di bukalapak khususnya) memilih 3, 4 atau lebih barang sejenis, lantas mereka bertanya dulu, stoknya available ga ke semua seller tersebut. Wajar, merek ingin tau mana yang available. Karena waktu mereka ga banyak, yang paling cepatlah yang mereka beli. Walaupun itu lebih mahal. Sementara yang lebih murah menjawab 1x24 jam kemudian, sudah basi! Sang pembeli sudah mendapat barang esoknya.

2. CEPAT MENGIRIM BARANG
Tidak hanya cepat menjawab, guna "nyambung terus" dengan pembeli, mereka umumnya juga menyegerakan pengiriman. Dan tak lupa memberitahukan nomor resi. Usaha untuk "nyambung terus" ini yang umumnya Top Seller tersebut lakukan. Efeknya, customer puas dan senang.

3. MEMBERI LEBIH --> +1
Kebiasaan kecil yang sering sekali dilakukan oleh TOP SELLER dan memiliki impact besar adalah menyelipkan sesuatu di dalam box pesanan. Tidak perlu menyelipkan yang mahal, apapun bisa Anda selipkan selama bermanfaat bagi customer. Barang yang sudah lama ga moving juga boleh. Tujuannya, menancapkan BRAND sang seller dalam benak customer. Customer tentu pernah belanja di tempat lain, tapi yang lain belum tentu menyelipkan sesuatu kan? :)

Dunia online memang memiliki pasar yang besar, jutaan orang berbelanja setiap tahunnya. Ratusan ribu seller online memperebutkannya. Hanya yang "nyambung terus" yang bisa menancapkan reputasi Anda ke dalam pikiran mereka. Berbekas dan selamanya.

Achmad Zaky (CEO Bukalapak)

(gambar tampilan website bukalapak)

Hehe.. Jauh ya. Yayaya.. Ge pe pe. Gpp. Bertahap ya tokotsazha. Sabar, semangat, dan terus memperbaiki diri. Semoga tetap bisa berusaha dengan niat dan cara yang baik. Berusaha karena Allah. Mohon do'anya ya gaes. Bismillaah :)

Pssttt....
Yang mau jenguk website kami, www.tokotsazha.com boleh banget ya. Apalagi kalo mau order. Boleh bangeeeet :)) Langsung aja ke sini.

Senin, 17 Agustus 2015

Waktu Kukecil, Merdeka Itu..

Waktu kukecil, merdeka itu...
Seingatku yaa
Sama seperti saat ini: ramai dengan lomba balap karung, 
makan kerupuk, lari kelereng, sepak bola pake sarung,
panjat pinang, memasukkan bendera ke botol,
parade kendaraan hias...
Juga pawai.
Sungguh seru. Semua ikut: masyarakat umum, murid sekolah, pegawai negeri maupun swasta, dan kalangan lain dari lini petani atau pedagang.
Walaupun,
Waktuku beranjak remaja, usia es em pe kirakira
Tidak ada lagi pawai. Entah kenapa ditiadakan.

Itu aku,
Waktu kecilku,
Di kampung nun jauh dari jawa yang padat sedari dulu
Itu saatku di bengkulu bagian utara, argamakmur
Kabupaten dengan suasana kota mati
Selepas maghrip semua sepi. Senyap dan gelap.

Oia, ada satu kegiatan
Yang begitu berkesan: saat kami para kanak, dilatih bersyair. 
Untuk kemudian tampil membawakan puisi-pusi tentang pahlawan, tentang pengorbanan, tentang kemerdekaan. 
Kepala diikat kain panjang merah putih
Plus baju merah putih
Jelas mengungkap masa itu masih di es de
Juga,
Saat sekolah kami kedatangan guru seni
Dan aku turut ke tim recorder, sesekali pianika... 
Saat pawai kami jadi perhatian,
Karena belum ada semacam itu. Tuh kan, benarbenar kampung :)

Waktuku kecil,
Merdeka itu...
Ya sekedar itu. Banyak lomba-lomba. 
Upacara? Sudah biasa. Seingatku tidak ada yang spesial. 
Itu bagiku. Mungkin yang lain beda. 

Lomba-lomba. Kebetulan bukan saat 17-an nih.
Waktu kukecil itu, pernah berontak.
Tidak mau mengaji lagi. 
Karena eh karena,
Jelas-jelas ku lebih unggul, tapi dinyatakan kalah. Yang menang sudah kuhapal luar kepala orangnya. Lomba shalat, salah semua. 
Satu yang kutangkap: juri ngaco semua.
Mending lari. 
Ini semua tidak berarti. 
Belajar mengaji dengan ayah saja.
Lagi kusimpulkan, lomba itu cuma cari hadiah. Juga kebanggaan diakui menang.
Huh.. Untuk apa?


Waktuku kecil,
merdeka itu.. Ya begitu-begitu saja. 
Tapi, generasi 90-an pasti mengalami:
harus hapal nama menteri.
sebaiknya hapal rpul-rpal.
Diminta hapal 34 butir pancasila. 
Walau setelah dewasa, ingatan-ingatan akan itu tidak terlalu berguna. 
Mungkin karena memang hanya 'yang penting hapal' tidak meresapi makna.


Ya, katakanlah sekarang..
20 tahunan selepas masa kukecil
Momen lomba-lomba masih saja diadakan,
bahkan makin beragam.
lebih 'merakyat' dan 'seru-lucu'
Mungkin karena memang itu menurun dan membiasa untuk menyenangkan generasi-generasi cilik.
Agar usia dini mereka, turut merasai yang dialami pendahulunya.

Kadang terpikir,
apakah pahlawan kita yang bergelimang darah dan pedih saat berjuang untuk mencapai merdeka Indonesia,
mengharapkan kemerdekaan diisi dengan hurahira dan lomba-lomba menurun seperti ini?
Padahal semakin kesini,
setiap hari sudah penuh suasana cari senang-girang
Mengapa tidak di saat peringatan merdeka, sehari saja, benar-benar selektif memilih 'lomba'?
Mengapa tidak justru, momen ini merupa cemeti yang mencabik dinding hati yang kadung ba-al akan masalah real masyarakat (kemiskinan, kecurangan, kesombongan, ketidakpedulian, keborosan, dan sebagainya)


Waktuku kecil,
merdeka itu..
Saat lapangan alun-alun penuh sesak peserta upacara
Kemudian kami boleh jajan sepuasnya
Saat bersemangat ikut lomba agar menang dan dapat hadiah 
Mengejar juara satu, tanpa membantu teman yang tertinggal di belakang
-namanya juga lomba-
Tanpa sesudahnya peduli perasaan yang kalah
Hingga itu membiasa
Mengakar sedari kecil, dan membentuk potret pendidikan bangsa ini kemudian.


Waktuku kecil,
merdeka itu seperti itu
Ternyata sekarang, pengertiannya masih sama.
Tidak peduli seberapa besar permasalahan bangsa saat ini
Tidak peduli berapa banyak yang sekedar hidup saja, sangat sulit
Tidak peduli, tingkat persaingan mata uang rupiah dan dunia
Tidak peduli, banyak bangsa yang terluka oleh rupa-rupa penjajah yang semena-mena
Tidak peduli akan janji untuk ikut menjaga ketertiban dan perdamaian dunia
Tidak peduli besok semakin banyak korban narkoba


Waktu kukecil
Waktu kubesar
Merdeka tetap dinilai sama
Sedangkan makna sebenarnya, tak tahu tenggelam kapan dan dimana.

Ayo Beli Tomat! Now.

Menteri Pertanian, Bpk Amran sedang menjelaskan kegiatan Operasi Pasar di Kanpus Kementan (17/08/2015)


Keramaian saat membeli tomat dan cabai pada OP di Kanpus Kementan (17/08/2015)


Senin ini (17/08/2015), saya  mengikuti upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70 di Kantor Pusat Kementerian Pertanian. Sebagaimana yang telah diinfokan melalui pesan di wa-grup ditlinhorti, kami diminta berpartisipasi untuk membeli tomat-tomat dari petani. Sayangnya saya tidak tanya detil mengenai asal tomat yang dijual dalam operasi pasar kali ini. 


Gambar yang disebar di wa-grup ditlinhorti (dan juga menyebar ke seluruh eselon di Kementan)

Menurut beberapa informasi, banyak petani tomat yang kecewa karena harga tomat di tingkat petani dihargai sangat rendah, tidak menutupi biaya budidaya dan panennya. Harga tomat di tingkat petani hanya Rp 200 per kilogram. Beuhhh... 

Kok bisa?
Ya bisa saja. Ini juga sudah sering terjadi pada komoditas lain. Di suatu waktu, harga bisa tinggi. Di waktu lainnya, bisa turun drastis. Penentuan harga masih menganut hukum permintaan, yaitu jika barang banyak-permintaan banyak-harga turun. Dan sebaliknya, barang sedikit-permintaan banyak-harga naik. Saat ini, petani tomat berada di posisi pertama. 

Sayangnya, biaya produksi (budidaya, red) tidak bisa ditekan. Apalagi jika petani masih memakai cara konvensional yang tidak terlalu tepat: tenaga kerja banyak, pengolahan tanah minim, penggunaan benih yang asal-asalan, penggunaan pestisida atau pupuk yang tidak sesuai/berdasarkan kebutuhan tanaman, dan biaya lain-lain yang tidak terduga. Dalam kondisi seperti sekarang -dimana harga turun saat mereka panen raya-, sangat merugikan petani dan wajar saja jika mereka kecewa. 

Solusinya, mau tidak mau, petani harus mau memikirkan jalan keluar lewat pengolahan hasil panen sehingga bisa meningkatkan daya jual, kemanfaatan, dan nilai olahan. Petani bisa mengolah tomat menjadi makanan lain semisal selai tomat, manisan tomat, jus tomat, dan sebagainya. Biayanya bagaimana? Jika memungkinkan, bisa meminta bantuan koperasi atau pemerintah daerah setempat untuk.turut mengatasi masalah ini. Petani, dalam saat seperti ini, harusnya juga semakin menyadari arti penting berkelompok. 

Akses pemerintah, bisa menjangkau masyarakat petani melalui kelompok tani. Pemerintah -apalagi pemerintah pusat- tidak akan bisa secara serta merta membantu petani perorangan. Terlalu banyak, walau sebenarnya bisa saja. Akan lebih mudah jika petani berkelompok. Selain memudahkan akses jangkau, juga memudahkan kegiatan pembinaan atau sejenisnya. 

Kembali ke kegiatan operasi pasar, saya tadi hanya membeli 7,5 kg tomat (15 ribu) dan 1 bundel cabai rawit (10 ribu), lumayan berat juga bawanya hehe.. Bawa jalan ke parkiran maksudnya. Tadi saya lihat, banyak pejabat eselon 4-3-2 yang membeli tomat dan cabai dalam jumlah besar. Alhamdulillaah.. Semoga bisa membantu memperbaiki kondisi keuangan petani yang berpartisipasi dalam OP kali ini. 


Harapannya, OP tidak hanya menjangkau pasar-pasar di Jakarta. Bila memungkinkan, juga ke pasar di daerah sekitar Jakarta (bodetabek) atau bahkan ke wilayah lain yang memang membutuhkan. Harus diakui, sebagian besar memang gejolak banyak terjadi di Pulau Jawa, ketimbang pulau lain. Jika OP bisa menjangkau Jawa keseluruhan saja, sudah sangat baik :) Kalaupun tidak, yang di Jabodetabek sudah lumayan. Daripada kitemanyun :b

Saya sebenarnya tidak terlalu suka olahan tomat. Saya membeli tomat hanya untuk pelengkap bumbu dapur, tidak banyak. Tetapi, kali ini, rasanya tidak apa membeli agak banyak. Lumayan, bisa dibagikan ke tetangga. Di rumah, ibu saya juga menyarankan untuk membuat selai tomat. Nah, sepertinya ini juga bagus. Nanti bisa dikonsumsi sendiri atau dibawa ke kantor untuk dinikmati bersama-sama. 

Nanti, jika ada OP tomat di wilayahmu, bolehlah yaa ikutan bantu. Ayo beli tomat!

Jumat, 14 Agustus 2015

Jika Nanti, Kau Menjadi Ibu...


~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya.
Saat itu sang anak masih remaja . Usianya baru 13 tahun .
Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.
Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.


~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...
Jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.
Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.


~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya .
Seperti Ummu Habibah .
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu .
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya . 
Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .


~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .
Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.


~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...
Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses .
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu .
Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu.
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri .
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor . 
Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia.
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

----
Tulisan ini saya copas dari sini. Dulu juga pernah dapat kiriman dari teman... Tidak ada keterangan siapa penulisnya. Jadi, saya sertakan saja link copas saya. Barokallaah bagi penulis anonim ini. Terimakasih sharingnya.

Bersama Tsaqif (15 bulan)

Bersama Zhafran (21 hari)

ntms : jadilah ibu yang sholih jika ingin anakmu menjadi sholih. jangan berhenti belajar :)


14 Agustus, World Rabia Day

(sumber gambar di sini)

Hari ini, 14 Agustus, diperingati sebagai Hari Rabia. Di Indonesia, sedang banyak yang memperingati Hari Pramuka :) Tidak ada, memang banyak hari yang dobel kok *maksute opooo pula :b*


simbol R4bia (sumber gambar di sini)

Latar warna kuning pada simbol R4bia mengacu pada kubah emas Masjid Sakhra Qubbatus di Palestina. Sedangkan warna hitam mengacu pada kain hitam yang menutupi Ka’bah, kiblat umat Islam. Simbol  empat jari ini dinyatakan sebagai yang tercepat tersebar di seluruh dunia dibanding simbol lain beberapa tahun terakhir.

Simbol R4bia lahir di Rabia al Adawiya Square, titik fokus pendukung Mursi dari perlawanan terhadap kudeta milter Juli 2013 lalu.  Aksi kudeta tersebut menewaskan ribuan warga sipil. Sebagaimana kita ketahui kemudian, pemerintahan Mursi yang kala itu merupakan presiden terpilih, digulingkan. 

Kejadian tersebut mendorong sebagian warga dunia yang mendukung Mursi membuat situs khusus tentang R4bia. Recep Tayib Erdogan, yang kala itu masih menjabat sebagai Perdana Menteri Turki memprakarsai simbol 4 jari sebagai bentuk respek kepada peserta aksi damai yang diserang secara brutal oleh militer Mesir. Segera setelah simbol R4bia dibuat, berjuta orang menggunakannya sebagai avatar gambar profil di media sosial mereka. 

Erdogan memprakasai simbol '4 jari' (sumber gambar di sini)

Situs www.r4bia.com adalah halaman yang dibuat pendukung Mursi untuk menginformasikan perkembangan di Mesir dan dukungan-dukungan dari negara lain terhadap Mursi waktu itu. "apa itu r4bia?", engine web akan menjawab:
R4bia adalah simbol kebebasan
R4bia adalah lahirnya sebuah gerakan baru untuk kebebasan dan keadilan
R4bia adalah lahirnya dunia baru
R4bia adalah kembalinya umat islam ke panggung dunia
R4bia berarti keadilan, kebebasan dan hati nurani
R4bia adalah adalah tempat di mana nilai-nilai yang disebut Barat runtuh
R4bia adalah berarti para pahlawan Mesir yang menjadi bebas dengan syahid
-
Sayangnya, saat ini situs r4bia.com dihack (by AlFeRoX & AlGenuis David).

Ada bahasan yang menarik mengenai simbol ini, beberapa orang berpendapat agar pendukung r4bia tidak terjebak pada nasionalisme buta, karena Islam tidak terbatas pada negara; tapi berlandasan sesama muslim. Pada suatu artikel ditemukan editan simbol lain dengan warna serupa r4bia, yaitu hitam kuning, hanya saja tidak menunjukkan 4 jari, melainkan 1 jari. Maksudnya, adalah untuk mengingatkan walaupun banyak yang mendukung '4 jari', hendaknya tetap berpegang teguh pada yang Maha Esa; bahwa semua muslim adalah satu kesatuan dalam panji Laa ila ha illallaah.




Kembali pada masalah Mesir, yang hingga saat ini kita saksikan dalam dunia berita eektronik maupun cetak, masih berada dalam keterpurukan, mari kita senantiasa menghadirkan saudara kita di sana dalam do'a-do'a kita. Sebagaimana pula kita mendo'akan saudara sesama muslim di Indonesia, muslim Rohingya, muslim Syria, atau mendo'akan umat manusia lain yang dalam penjajahan kemanusiaan. Jikalau tidak bisa menghadirkan raga untuk membantu atau menyumbang nominal uang-sandang-papan-pakaian untuk mereka, jangan pelit untuk mendo'akan mereka. Ya?