nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Selasa, 27 Mei 2014

Nasi Goreng Rebon


Haluskan duo bawang dan cabe (kalo mau). Tumis hingga harum. Masukkan rebon dan wortel yang sudah dipotong dadu kecil-kecil. Diamkan sebentar hingga wortel setengah matang. Masukkan nasi, aduk terus. Tambahkan garam, kecap (kalo mau). Setelah bumbu rata, pecahkan telur dan aduk terus dengan api besar. Uji rasa. 

Masakan apapun, yang penting bumbunya pas #imho. Nah disana poinnya #imho. Memasak adalah soal keterampilan, berarti harus sering praktik. Niscaya akan semakin oke ngiro-ngironya wkwkwk...

(etapi ada jg masakan yg gk pake bumbu. ah itu lain soal, hiii)

Dan sering juga, bumbu udah pas....eeee... garamnya kedikitan atau kelebihan. Hancur berkeping-keping rasanya hati *eeaaaa*

Saya termasuk yang meyakini bahwa SETIAP ORANG BISA MASAK. Lelaki atau perempuan. Ini bukan masalah gender. Tapi memang manusia perlu makan: tiap hari. Ini bukan soal gengsi. Bahkan yang terekspos kayaknya lebih banyak chef lelaki daripada perempuan *hehe* Jika lelaki saja bisa masak, apalagi perempuan? Oia, ini juga bukan perkara ahli tidak ahli. Sudah, masak sajalah 

Jadi Orang Tua

Menjadi orang tua, adalah amanah berat. Kita memang perlu siap sedia dengan energi: waktu, perasaan, badan. Nikmati pelajaran bersama anak sedari ia ada. Suatu saat, kita akan sangat rindu lucunya, rindu masa ia masih bisa kita timang-timang, rindu masa ia menangis, rindu semua momen bersamanya. 

Cinta misi.
Cinta visi.
Keep smile. Keep spirit.
-doBest.youCan-

#latepost #NoteToMySelf



Batang Pisang Sisa


Sisa pembantaian pu-un pisang.

Saya tau pemilihan kata-kata di atas, sangat tidak pantas. He he. Ayam sori. 

Ceritanya, tanaman pisang itu terindikasi menunjukkan gejala layu. Layu fusarium biasanya bermula dari daun-daun tua. Layu bakteri bisa saja dari daun muda. Jelasnya ya harus dicek kembali tanda penyakitnya. Setelah ditebang, disimpulkan tanaman berpenyakit layu bakteri. Detailnya gimana, jadi panjang lagi ntar ceritanya. Udah sekian aja.

Sambal Goreng Kentang

Sambal goreng kentang. Karena gak ada ati atau pete. Jadi tunggal deh.

Super simpel pulak:
Kupas dan potong dadu kentang. 
Haluskan duo bawang, cabe merah (kalo mau lebih pedas bisa ditambah cabe rawit), kemiri. 
Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan daun salam, santan, tunggu sebentar lalu masukkan kentang. Masak hingga kentang menjadi lembut. Jangan lupa tambahkan garam/gula dan uji rasa.

Siap disajikan dan dimakan bersama nasi dan lauk lain (kalo ada, hehe).




Es Duren Jalan Fadhillah

Es Duren Fadhilah di Jl. Tubagus Ismail-Bandung lumayan enak. Tujuh biji duren lokal dengn daging buah yang cukup tebal: ludes. Duren diberi air gula, air kelapa muda, dan es batu. Dengan membayar 20.000 rupiah, cukup puas dan eungap  

Kapan2, kita berjumpa lagi, ya. Dadah... 

Sentra Makanan Kiloan, Bandung

Jika main ke Bandung, boleh kalo mau mampir ke salah satu gudang makanan kiloan ini. Foto ini belum mewakili, masih banyak lagi jenis lain. Memang sih, make BTP, makanya harganya relatif murah. Alamatnya di Jl. Gunung Batu No.124-125, Bandung (Cimindi). 

Waktu kesini, terbayang makanan kiloan yang dulu suka dibeli waktu masih di kampus. Hehe....



Ruang Menyusui di Bandara Soetta (kedatangan, terminal 2F)


Ini nih nursing room di bandara soetta terminal 2f. Posisinya di arah bagian kedatangan, pojok sesudah toilet, sebelum ke tempat pengambilan bagasi. Ukurannya memang lebih kecil daripada nursing room di lantai 2 bagian keberangkatan, yaitu sekitar 1,5 x 2,5 meter persegi. Tetapi, tetap nyaman dengan kelengkapan berupa meja ganti, wastafel panas dingin, dispenser air minum panas dingin, tisu gulung, mesin pengering tangan, colokan listrik, tempat sampah, kaca, sofa panjang yang empuk serta ruangan yang ber-AC.

Dan kawans, saya baru nyadar tadi cobaaaa... Hehe.. Kemarin-kemarin gak ngeh ada ruangan menyusui di pojok tersebut.

Ruangan menyusui sangat penting bagi busui yang sedang bepergian seperti saya. Semoga banyak tempat layanan umum yang menyediakan fasilitas seperti ini. Terutama kantor saya sendiri. Terkadang miris juga melihat busui yang bekerja harus sembunyi-sembunyi untuk memerah asinya. Di dapur kantor, di ruang yang tidak terpakai, di mushola, atau bahkan di toilet. Padahal, bukankah ng-Asi jg termasuk hak asasi yang perlu di'lindungi' dan di'fasilitasi'? 

Untuk busui dengan bayi 0-6 bulan jelas ada Undang-Undang yang mendukung. Walaupun pada kenyataannya masih banyak atasan yang merasa keberatan atau terganggu jika stafnya meminta izin khusus untuk memerah asi selama jam kerja.

Semoga, semua kalangan mau mendukung busui yang bekerja agar tetap bisa menyediakan asi perah untuk bayi yang ditinggalnya selama beraktivitas di luar rumah. Gaya hidup modern, tidak malu berjuang ng-Asi.

Yo!

Teringat nasihat,"keras kepala untuk ng-Asi".

Bagi ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk ng-Asi, baik itu ibu rumah tangga maupun yang bekerja di luar rumah, tetap semangat. Ya?! Keras kepalalah 

Oleh-Oleh ASIP

Begini penampakan asip oleh-oleh buat anak saya ketika saya bertugas di luar rumah.

Alat tempur saya berupa 2 ice gel besar (bungkus plastik biasa, dulu saya beli di @ilmyana ) atau kadang ditambah es batu biasa jika dingin dirasa kurang, kantong asip (saya menggunakan kantong asip merk Natur) atau botol asi kaca (saya menggunakan botol asip kaca rekondisi uc1*** yang saya beli di @ilmyana juga), pompa asi (saya menggunakan pompa asi manual merk Pigeon), cooler bag (saya menggunakan cooler bag tali selempang merk Carter's), pulpen untuk mencatat keterangan asip, peralatan cuci, dan tissu kering.

Untuk perjalanan lebih dari sehari, saya menyimpan asip di kantong asip. Kantong asip ini sekali pakai. Saya tidak mematuhi anjuran untuk mengisi kantong asip dengan maksimal 150 ml asip, karena seringnya saya isi dengan 250-300ml asip. Biar lebih hemat, hehe.. Setiba di rumah, saya akan memindahkan asip tersebut ke botol asi kaca. Selain itu, kantong asip dipakai dalam perjalanan lebih dari sehari karena dapat menghemat tempat dalam cooler bag (bentuknya bisa fleksibel) dan tidak berat. Dalam perjalanan tugas maksimal sehari, saya menggunakan botol asi kaca. Tetapi, gpp juga kalo mau membawa asip di botol asi kaca dalam perjalanan lebih dari sehari: asal siap tempat dan tenaga.

Jadi ingat juga dulu make plastik es mambo atau plastik yang ada perekat itu... Hehe..

Bagi busui yang bekerja dan tetap mau berkomitmen mengupayakan asi untuk bayinya, peralatan tempur di atas sangat penting peranannya. Nyatanya, bisa disesuaikan juga dengan kondisi dan kenyamanan si busui. Misal, untuk memerah asi, ada yang lebih nyaman memerah dengan tangan ataupun memerah dengan menggunakan pompa asi elektrik. Seiring berjalannya waktu, in sya Allah kita bisa menyesuaikan diri.

Oia, saya pernah ditanya beberapa teman mengenai : asip dibawa ke pesawat. Tidak perlu khawatir. Asip tidak dilarang dibawa masuk ke pesawat. Tentu dengan perlakuan yang pas juga. Searching saja peraturannya. Ada kok. Saya lupa tepatnya, hehe..

Pengalaman saya sendiri, pertama kali membawa asip ke luar kota dengan pesawat, pada Oktober 2012 ke Sulsel, aman. Selanjutnya pun, tidak masalah. Sedangkan pengalaman pertama kali membawa asip ke luar negeri dengan pesawat, pada November 2012 ke Korsel, juga aman. Selanjutnya, belum tau nih, soale belum ada kesempatan ke luar negeri lagi, xixi... Dulu saya sempat khawatir juga, belum kebayang. Lalu searching, membaca tulisan busui yang pernah mengalami 

Yayaya, tampaknya ribet ya? Kemana-mana bawa alat tempur. Sedang asyik kerja (ceile, bahasanya: asyik.... -_-), harus diselingi kegiatan pumping. Belum lagi kalo dinas ke daerah dan menginap di wisma atau hotel yang tidak menyediakan kulkas di kamar. Harus nitip ke dapur. Bolak balik permisi numpang naruh asip :B Atau dalam perjalanan yang jauh sehingga ketar ketir mikirin asip di cooler bag aman atau tidak. Sering memang, apa-apa terasa sulit di awal. Bisa jadi itu karena kita belum terbiasa, belum luwes, atau bahkan belum yakin. Kalo masalah ini, coba dulu dan berkreasilah dalam beradaptasi. Bikin nyaman diri sendiri. Pumping dimana pun asal nyaman dan gak malu, xixi...

Yosh, tetap semangat ya busui yang bekerja. Jika memang itu pilihan kita untuk tetap bekerja di luar rumah, in sya Allah tetap ada jalan bagi kita untuk ng-Asi. Tidak usah sedih dengan cap 'ibu bekerja, anak kurang diperhatikan'. Ini pilihan. Walau memang tidak full selalu lengket dengan anak kita, buktikan bahwa kita tetap menyayangi mereka. Buktikan bahwa busui yang bekerja masih bisa memberi asi. Just focus and keep the spirit. Turut bahagia dengan teman-teman IRT yang bisa full di rumah 

Ni caption lama-lama jadi curcol. Kalo gak direm bisa kemana-mana. Ha ha. Udah ah. Salam ng-Asi! \(^_^)/

pengamen wanita di terminal be es



Kali kedua ketemu pengamen ini di terminal barangsiang, bogor. Wanita, paruh baya, tunanetra. Membayangkan bagaimana beliau bertahan hidup selama ini. Bergaul di lingkungan terminal ini, bagaimana? Semoga tidak ada hal-hal menyeramkan menimpanya. Nikmat mana lagi yang kau dustakan, Nel? Bayangkan jika satu nikmat mata saja dicabut dari dirimu......

Sekali-kali menggunakan kendaraan umum, memang banyak hikmah dan taushiyah gratis. Hidup untuk bahagia, adalah soal keterampilan memilih dan kearifan dalam menata hati. Maka, cari selalu alasan untuk berbahagia. Selidik celah sekecil apapun untuk menemukan hal-hal yang bisa disyukuri.

Bicara saja memang mudah. Silakan praktikkan, Nel!!! :')

Ala Bisa Karena Biasa (masak)

Ala bisa karena biasa. Biasa masak, in sya Allah jadi bisa! *kepal tangan di atas*

Emang asik nonton acara seputar dunia masak atau kuliner. Ada yang kayaknya ribet banget, ada juga yang simpel banget. Karena memasak itu butuh keterampilan, saya yakin semua orang bisa memasak asal mau dan 'rajin' masak-masak. Walau pada akhirnya itu-itu melulu masakannya. Ohiya, memasak juga soal kreativitas, kan? Dicicip, dikira-kira, dicoba! Demikian kira-kira *kali aj, nebak doank saya mah hehe* Kue bantat semacam brownies aja jadi populer. Padahal awalnya dibilang gagal. Memasak juga terkait rasa, dan ini relatif alias bisa beda-beda bagi penikmat masakan. Memasak jadi aktivitas yang menyenangkan. Apalagi, kalo punya alat-alat yang mendukung *ini bukan kode ke doi di rumah, hehe*

Ibarat senjata selagi perang, alat yang 'klop' juga menunjang keberhasilan memasak lho..... Ya nggak sih? 

Ditag @rifzahra yang ikutan giveaway @dapurhangus Sekalian aja direpost juga. Hehe.. Hayu ah follow @dapurhangus sembari liat-liat atau beli alat masak yang mungkin dibutuhkan :)) 




Tag suhu yang dah expert masak  @evrinasp @mellyloveskitchen
@ratna_gusliana

Oncong-Oncong

Oncong-oncong.

Begitu kami menyebutnya. Makanan ini saya buat untuk mengobati rindu kampung halaman. Dulu, emak saya suka membuatkan ini. Hmm.... Sambil mengunyah oncong-oncong ini, sejenak saya tersenyum-diam mengenang masa kecil :')

Mudah lho membuatnya.
_Siapkan daun pisang yang sudah dilayukan dan potong kurleb selebar 15-20 cm.
_Siapkan juga bahan-bahan: ketan yang sudah direndam kurleb 2 jam, gula merah yang sudah diiris tipis (boleh juga ditambah gula pasir), pisang, parutan kelapa muda, garam.
__Sudah siap? Yukita olah...

Lumatkan pisang. Lalu campur dengan irisan gula merah, garam dan kelapa muda parut. Tambahkan ketan. Aduk sampai cukup rata.

Masukkan bahan ke dalam daun pisang yang sudah dibentuk kerucut sambil disodok-sodok dengan sendok agar bagian ujung kerucut terisi. Susun dalam dandang.

Kukus hingga matang (kurleb 30 menit) atau uji saja.

Oncong-oncong enak dinikmati selagi hangat bersama teh atau minuman lain sesuai selera 




Senin, 26 Mei 2014

Ikut ke Dapur




"iaat mii... iaaaat" sambil menarik kursi mendekat ke tempat masak agar bisa berdiri sejajar dengan saya, Tsaqif sering antusias ikutan ngebantuin (baca: ngerecokin) umminya di dapur. 

Seperti malam ini, pas lagi pengen banget bikin brownies kukus. Tsaqif (kembali) penasaran liat umminya ngetim DCC dkk, mengayak tepung, ngaduk-ngaduk, dll. 

Setelah baca banyak referensi, bikin ajalah brownies ala-ala kiro-kiro seperti biasa: yang penting jadi. Toh gagal juga emang brownies tu kue gagal kok *ngeles banget ini mah* xD

Anak dan suami adalah konsumen terbaik saya. Pernyataan semacam itu sering juga diungkapkan para ibu yang suka masak  They are the best consumer ever! (bener gak tuh english-e hehe)

Walau kadang geregetan karena di'kacau'kan Tsaqif, tapi ujung-ujungnya kami selalu tertawa, meneruskan memasak sambil bercanda. Atau menikmati tangisan Tsaqif karena dijailin umminya. Ha ha.

Saya memang cuma (baru) bisa menyajikan masakan sederhana untuk anak-suami saya. Tidak sebanding dengan bunda-bunda di'sana' yang udah expert masak ini itu, hihii.. Rasanya juga sering gak konsisten (parah nih xD) Tapi, semoga semuanya bernilai pahala dan cinta saya bisa meresap ke makanan mereka#eaaaahaha

Berkenalan dengan Renang Sedari Bayi

Umumnya bayi memang suka bermain air. Saya melihat banyak yang memperkenalkan renang kepada anaknya sejak bayi. Saya pun begitu, tetapi bukan hanya karena ikut-ikutan ‘trend renang bayi’ saja, melainkan juga dalam rangka mewujudkan nasihat Rasulullah agar para orang tua mengajari anak-anaknya berenang, memanah, dan menunggang kuda. Saat ini anak saya, Tsaqif (15 bulan), masih bayi. Maka yang paling memungkinkan tentu pada pilihan pertama: berenang J

Ketika berusia ± 6 bulan, sebenarnya saya sudah menyediakan kolam kecil dan neckring untuk Tsaqif agar bisa berenang di rumah. Tetapi, karena alasan ‘penghematan air’ maka saya hentikan. He... Akhirnya saya dan suami memutuskan mengajak Tsaqif ke kolam renang umum saja.

Bahagia rasanya mengetahui Tsaqif suka diajak ke kolam renang. Pertama sih, Tsaqif melihat-lihat sekeliling (mungkin dia bertanya dalam hati,’tempat apa ini?’). Kemudian abinya mencelup-celupkan kaki Tsaqif ke dalam kolam. Karena tampak responnya positif, tidak takut, maka dilanjutkan dengan bermain balon apung, berjalan-jalan di kolam, latihan ‘berenang’.



Menurut info di  media cetak maupun pernyataan dokter, aktivitas berenang sangat bermanfaat bagi bayi.
a)      Melatih perkembangan sensorik dan motorik
Awal dilepaskan menginjak lantai kolam, Tsaqif gamang walau dipegang. Tetapi, kemudian dia berhasil beradaptasi. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya badannya yang bergerak, tetapi otaknya pun berpikir untuk menyeimbangkan badannya.
b)       Meningkatkan rasa percaya diri
Ada kasus bayi yang diajak ke kolam renang, malah takut dan tidak mau lepas dari orang tuanya. Alhamdulillah, sejak pertama saya ajak ke kolam renang, Tsaqif sangat menikmati. Selain itu, di kolam renang Tsaqif bisa bermain dengan anak-anak lain. Tentu ini bagus bagi jiwanya. Keriangan, membawa efek psikologis positif untuk anak.
c)      Mempererat ikatan (bonding) anak dan orang tua
Interaksi selama bermain di kolam renang secara langsung membentuk ikatan fisik dan emosional antara anak dan orang tua.


Tetapi, kita harus memahami bahwa tiap anak berbeda-beda pola adaptasinya terhadap lingkungan. Walaupun sudah lama berkeinginan mengajak Tsaqif ke kolam renang umum, saya memilih untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya terlebih dahulu. Saya berharap, bisa terus membimbing Tsaqif menikmati masa pertumbuhannya sembari memperkenalkan apa yang Rasulullah pesankan kepada kita para orang tua, “ajarilah anak-anakmu renang, memanah, dan menunggang kuda” J