nellysapta

nellysapta
kering berseri (rimbo pengadang-lebong-bengkulu 2014)

Minggu, 20 Maret 2016

Anak Main? Oke!

Huff, anak-anak emang punya macam-macam gaya dan kebiasaan. Mungkin itu juga menjadi bagian dari cetakannya. Ada anak yang aktif, hiperaktif, atau pasif. Duo bocah lanang di rumah, kalo main apapun, rasa-rasanya belum pernah bertahan lama atau betah gitu. Misalnya mobil-mobilan, udah dimainin bentar bukannya dimainin sewajarnya tapi malah dibongkar-bongkar. Klo beli mainan berukuran kecil lainnya pun sama: akan berakhir tragis *haha*. Gak diarahkan? Uwow, main diarahkan tu rasanya gimanaa gitu, kalo dibilangin bahwa ini mobil-mobilan, biasanya mainnya gini, bla bla, itu mah iya. Tapi, kelanjutannya gimana kalo dah dipegang mereka, saya biarin aja. Kecuali kalo udah mulai merusak, lempar-lempar atau sejenisnya. Baru mulut mulai ngoceh maning heheu....

Jalan lain, saya memutuskan membelikan mainan yang ukurannya lumayan besar bagi mereka. Mobil-mobilan yang bisa dinaiki, sepeda, atau mainan lain yang berukuran lumayan. Nah, yang ini emang lumayan awet, walau ada beberapa bagian mainan tersebut yang juga dibongkar, tapi masih bisa tetap berfungsi. Alhamdulillah.

Tapi tapi... pengen juga lah tetep ngasi mainan yang melatih sensorik motorik mereka. Entah itu playdough, pasir, beras, air, puzzle, dll. Oke, usahakan memang sekali pakai atau bisa beberapa kali, tergantung kondisi. Lebih enaknya, bikin sendiri. Tapi untuk eksplorasi sensorik tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk main di luar saja. Terserah mau main pasir, berenang, main air di ember, dll. Kalo puzzle, semuanya berakhir tidak sempurna alias pada ilang *wkwk* Ya sudahlah..nanti juga ada waktunya.

Dari bangun hingga tidur, adaaa aja kegiatannya. Duo TsaZha selalu aktif. Di dalam atau di luar rumah. Jadi, emang harus banyak sabar juga kalo rumah selalu berantakan! *halah hhahalesaaaann.. xD* Harus berebsar hati juga menghadapi keaktifan dan keberisikan mereka. Kalo lagi diem, malah kasian. “ni anak kenapa tumben diem” wkwk... Emang wajar ya, mereka masih ingin mengenal segala sesuatunya. Baguslah. Jadi teringat wejangan bahwa sebenarnya anak yang cerdas itu bukan yang semata pintar menjawab pertanyaan, tapi malah justru anak-anak yang banyak bertanya *tentang apapun* itu sangat baik untuk mendukung perkembangan pemikirannya. Okeh deh...

Ni ada foto Zhafran lagi main nyusun balok-balok. Emang sih, sebenarnnya permainan math block ini cocoknya untuk anak usia 5+ tapi saya emang sengaja kasih untuk mereka mengenal bentuk, warna, menyusun, dll. Alternatif murahnya bisa juga memanfaatkan barang apapun sebenarnya. Ini mah dasar emaknya aja sok-sok pengen ikutan beli mainan gituan >.<



Simpulannya, saya ingin membiarkan mereka memainkan apapun yang ingin mereka mainkan. Mengenal apa yang ingin mereka ketahui. Selama itu tidak berbahaya, tugas saya sebagai orang tua adalah memfasilitasi, mendampingi, dan mengarahkan jika perlu. Mainan tidak perlu mahal. Jika ada yang bisa kita buat alternatif sejenis, manfaatkan saja. 

Oke kiddos, let's play more! ^^

Kamis, 17 Maret 2016

Simpan Kafan

Sudah banyak cerita yang menyatakan bahwa orang-orang ‘dulu’ terbiasa menyiapkan kain kafan dan perlengkapan terkait yang dibutuhkan saat seseorang sudah meninggal. Kain kafan dan teman-temannya disimpan di suatu tempat, biasanya di lemari, agar bisa digunakan segera setelah mereka meninggal. Bagaimana dengan kita di era ini? Sudahkah kita menyiapkan kafan dkk. tersebut? Atau jangan-jangan malah gak kepikiran...
*
Kita tidak tau kapan kita akan meninggal. Sejauh ini, kita masih nyaman dengan kehidupan yang kita jalani. Walau mungkin, sering sesaat sebelum tidur malam, kita terpikir mengenai bagaimana seandainya kita tidak terbangun lagi, lantas berlanjut pada bayangan pasca kematian : bagaimana kita setelah meninggal, siksaan sepedih apa yang akan kita hadapi atau kebahagiaan seperti apa yang akan kita alami, apa yang akan terjadi di alam kubur dan selanjutnya? Ngeri? Kalo saya, iya. Bahkan jadi semakin susah tidur, saking takutnya.
**
Well, selain kafan dkk. tentu saja kita harus menyiapkan amal terbaik saat hidup. Masalahnya, kenyataan praktiknya tidak semudah itu. Kita ingin menjadi baik, tapi tidak sabar, tidak menambah ilmu yang dibutuhkan dan pada akhirnya memutuskan untuk berlaku tidak baik (tentu saja ini subjektif). Kita ingin masuk surga yang penuh dengan kenikmatan, tetapi mengabaikan persyaratan untuk memenuhinya.
***
Harga perlengkapan kafan standar sekitar 400 rb-an *lumayan juga kan*. Bisa lebih mahal atau murah, tergantung jenis kain dan perlengkapan tambahannya. Secara umum isinya adalah perlengkapan mulai dari mandi hingga menguburkan, yaitu kain panjang, gayung+sabun mandi+sarung tangan, kapas, kamper atau bubuk cendana, kain kafan (dewasa: lelaki biasanya 11 m, wanita 13 m – tergantung postur tubuh juga, itu ukuran standar): kain kafan ini bisa yang masih dalam lembaran atau sudah dipotong-potong sesuai pola yang dibutuhkan, tikar pandan. Handuk bisa menyiapkan sendiri atau request sekalian disiapkan.
****
Kita juga bisa kok. Tinggal beli, hehe... Simpan di lemari dan sampaikan ke keluarga bahwa kita menyimpan kafan kita di sana. Perkara akan dipakai atau tidak, terserah nanti. Yang jelas kita sudah menyiapkan.

Gimana?